SOLOPOS.COM - Ilustrasi ojek online. (Ilustrasi/Solopos Dok).

Solopos.com, SOLO — Driver taksi online Solo, Zelig, mengatakan pihak driver taksi online Soloraya tengah melakukan pendekatan persuasif kepada aplikator taksi online dengan membawa beberapa tuntutan.

“Kami bawa beberapa tuntutan, tidak banyak, jika direalisasikan setidaknya bisa membuat kami para driver bisa sedikit bernapas lega,” papar Zelig saat dihubungi Solopos.com, Rabu (13/6/2023).

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Zelig mengatakan aturan yang belum jelas membuat pihak driver taksi online merasa dilempar-lempar. Aturan seharusnya berasal dari Kementerian Perhubungan untuk R2 tetapi untuk R4 dikembalikan ke Gubernur atau Pemerintah Provinsi.

Dia melanjutkan dari pihak Pemerintah Provinsi justru mengembalikan kebijakan ini ke pusat. Hal ini menyebabkan tidak ada aturan pasti dan ada aplikator yang kemudian memasang harga bawah yang sangat rendah.

Selanjutnya, aplikator yang lain pun segera mengikuti lewat cara fitur hemat, sehingga akhirnya semua aplikator menerapkan fitur hemat.

Zelig mengatakan tarif bawah yang muncul akibat fitur hemat tersebut lama kelamaan akan membuat mereka rugi karena tidak mampu menutup biaya pemeliharaan unit.

Dia juga berkata saat ini ingin bertemu dengan Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka secara informal untuk berdiskusi dengan santai.

Mewakili Koalisi Online Soloraya, Zelig menjelaskan keinginan mereka adalah mendapatkan win-win solution berupa tarif yang dapat menguntungkan untuk para driver dan memberi profit bagi aplikator serta pelanggan tidak merasa kemahalan.

Dia juga berharap customer pengguna jasa transportasi online memahami kondisi para driver yang juga harus menghidupi keluarga.

Sementara itu, Dosen Ekonomi UNS, Nurul Istiqomah, mengatakan bisnis aplikator termasuk dalam pasar oligopoli jika dilihat dari ekonomi mikro.

“Jadi mereka berusaha menjadi market leader dengan menawarkan harga yang murah ke masyarakat, tetapi driver tidak mempunyai bargaining power yang tinggi, akhirnya menurunkan kualitas layanan mereka kepada masyarakat,” papar Nurul saat dihubungi Solopos.com, Rabu.

Nurul menambahkan akhirnya yang dirugikan adalah masyarakat sebagai konsumen karena tidak mendapatkan pelayanan yang memuaskan.

Sementara itu, mitra driver mendapatkan pendapatan yang menurun. Menurutnya, perlu ada mediasi yang membuat mitra driver dan perusahaan bertemu untuk selanjutnya mempertimbangkan beberapa hal.

Harga BBM yang meningkat perlu menjadi salah satu bahan pertimbangan.

Nurul juga mengatakan secara umum usaha aplikator online akan kembali pada hukum keseimbangan pasar. Keberadaan mereka bergantung pada mitra, sehingga ketika mitra keluar dari pasar menyebabkan penawaran mitra menurun dan harga pasar kembali naik.

Namun, kebebasan mitra untuk kembali bekerja sebagai mitra adalah dalam kondisi pasar persaingan sempurna, yaitu mereka bebas keluar masuk pasar dan tidak ada hambatan pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya