SOLOPOS.COM - Display produk ecoprint dalam acara Festival Payung Indonesia, di Kota Solo, Minggu (10/9/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Produk ramah lingkungan menjadi bagian dari perkembangan industri fesyen saat ini. Karakteristik produk tersebut berasal dari bahan, teknik, ataupun pewarna berbeda dengan mass product dalam industri garmen.

Salah satu produk fesyen yang digandrungi saat ini adalah ecoprint. Ecoprint merupakan teknik yang dapat digunakan untuk memberi warna tekstil melalui proses untuk transfer warna dan bentuk ke kain melalui kontak langsung.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Teknik ecoprint biasanya memanfaatkan bahan-bahan dari bagian tumbuhan yang mengandung pigmen warna seperti daun, bunga, kulit batang, dan lain-lain.

Produk yang dihasilkan dari ecoprint bisa menjadi peluang usaha karena ecoprint memiliki nilai seni dan nilai jual yang tinggi.

Beberapa pelaku usaha ecoprint yang disebut ecoprinter juga membentuk asosiasi guna mendukung perkembangan usaha ini.

Ketua Asosiasi Ecoprinter Indonesia (AEPI) Jawa Tengah, Fica Ariyanti S., menguraikan permintaan pasar dalam dan luar negeri sangat menjanjikan seiring dengan bertumbuh dan bertambahnya ecoprinter di Indonesia.

Ecoprint menjadi peluang usaha yang menjanjikan dengan keuntungan dari konsumen sendiri menggunakan produk ecoprint selain ramah lingkungan, yaitu model produk yang berbatas.

Tantangannya yakni pada komitmen kita menggunakan bahan serat alam dan pewarna alam secara konsisten

Fica menguraikan pada 2020 lalu AEPI lahir yang ingin menjadi asosiasi ecoprinter bertaraf internasional dengan kegiatan pengembangan produk ecoprint, melalui edukasi, penelitian, dengan berlandaskan nilai-nilai kearifan lokal di Indonesia.

Ia menjelaskan, usaha ecoprint saat ini berkembang, misalnya dengan adanya kegiatan asosiasi pada lokal dan internasional.

Kegiatan ini bertujuan mengasah dan menumbuhkan kemampuan ecoprinter. Saat ini di AEPI Jawa Tengah beranggota 260 ecoprinter, dan ada 1.841 ecoprinter yang tergabung dengan AEPI secara nasional.

“Kebanyakan dari kami melakukan variasi dengan berbagai wastra nusantara lainnya, misalkan ada yang dikombinasikan dengan tenun, batik, songket, lurik, dan sebagainya,” ujar Fica kepada Solopos.com, pada Minggu (10/9/2023).

Produk ramah lingkungan juga yang tengah digalakkan oleh pemilik NewCoral EcoFriendly, Denny Djoko, laku ratusan buah dalam sebulan.

Denny lebih dulu bergelut di dunia batik pada 2011, kemudian pada 2019 ia mulai merambah ke produk yang ecofriendly yang dikombinasikan dengan teknik ecoprint.

Di wilayah tempat tinggalnya, di Karanganyar, banyak sekali daun jati, tanaman lainnya.

“Kami berpikir bisa manfaatkan kalau tanaman, karena hampir semuanya produk fesyen memakai pewarna sintetis dan menghasilkan limbah, terus kami mencoba manfaatkan itu sehingga limbah yang dihasilkan pun alami,” ujar Denny.

Kemudian ia dengan mengurangi limbah tersebut, ia juga memberikan edukasi ke customer untuk mencintai alam. Jadi Denny menyebut produknya sustainable fashion atau busana ramah lingkungan.

Dengan memakai produk yang ramah lingkungan, menurut Denny bisa menimbulkan impact positif tidak hanya untuk lingkungan, namun juga untuk diri sendiri.

Untuk membuat produk ecofriendly, ia membutuhkan tiga pekan.

Harga produknya berkisar Rp65.000 hingga Rp700.000, yang paling laku adalah baju yang dibanderol mulai harga Rp300.000 hingga Rp500.000. Dalam sebulan ia paling tidak bisa menjual 100-an produk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya