SOLOPOS.COM - Kantor BUMDes Sinergi yang terletak di Desa Sidowayah, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten. Senin (16/10/2023) (Solopos.com/Gigih Windar Pratama)

Solopos.com, KLATEN – BUMDes Sinergi yang terletak di Desa Sidowayah, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, mampu membukukan omzet hingga Rp3 miliar dalam setahun.

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) masih menjadi tumpuan bagi kegiatan ekonomi di tingkat desa. Berdasar data BPS 2020, Jawa Tengah menjadi salah satu provinsi dengan BUMDes terbanyak di Indonesia dengan total 7.729 unit, di bawah Aceh (7.831) dan Jawa Timur (8.035).

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Sedangkan di Soloraya, terdapat total 1.258 unit dengan Kabupaten Klaten menjadi yang paling banyak yakni 361 BUMDes. Solopos.com mencoba melihat lebih dekat beberapa BUMDes yang ada di Soloraya, seperti cara beroperasi hingga omzet perbulan. Selain itu, kami mencoba mengamati bagaimana BUMDes saling bekerja sama sekaligus meningkatkan ekonomi desa.

Salah satunya adalah BUMDes Sinergi yang terletak di Desa Sidowayah, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten. Direktur BUMDes Sinergi, Hartoyo, bercerita mengenai unit usaha yang dikelolanya. Menurutnya, BUMDes Sinergi Sidowayah bisa memanfaatkan potensi sehingga terus berkembang.

“Kami mengelola tiga tempat wisata yaitu Umbul Manten, Siblarak sama Bulaksumur. Selain itu ada beberapa usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang bergerak di bidang warung makan jumlahnya 18. Itu kami rintis sejak 2016 dengan memanfaatkan Dana Desa untuk mengembangkan tempat-tempat tersebut,” ujarnya, Senin (16/10/2023).

Hartoyo melanjutkan, saat ini omzet dari semua unit usaha BUMDes Sinergi Sidowayah mencapai Rp3 miliar per tahun. Dari omzet tersebut, 40 persen nantinya akan digunakan untuk membangun Desa Sidowayah, seperti memperbaiki sekolah dasar, mendukung kegiatan Karang Taruna hingga pengembangan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis).

“Di 2022, omzet kami setahun itu Rp3 miliar dari semua unit usaha tersebut, termasuk pengelolaan umbul yang ada di sini dan sudah kami serahkan sebanyak 40 persen untuk membantu kas desa buat beragam kegiatan. Di tahun ini target kami adalah Rp5-6 miliar, tentu kami juga lakukan beragam inovasi, seperti kerjasama dengan BUMDes sekitar untuk membuat paket wisata agar lebih menarik minat pengunjung,” ulasnya.

Hartoyo mengatakan, selain mendatangkan keuntungan secara finansial, BUMDes Sinergi, Sidowayah juga memberdayakan sumber daya manusia (SDM) yang ada di sekitarnya. Menurutnya, meskipun jumlah pegawai hanya 20 orang, tapi masyarakat yang bergantung dengan aktivitas BUMDes Sinergi Sidowayah mencapai 200 orang.

“Pegawainya memang hanya 20, tapi kalau ditotal yang bergantung ke kami ada lebih dari 200 orang. Misalkan yang jaga warung, anggaplah satu warung tiga orang, sudah 54 orang, yang jaga umbul juga sudah berapa, belum yang freelance dan membantu kegiatan kami itu sudah lebih dari ratusan,” kata dia.

Saat ini tantangan terbesar dari BUMDes, menurut Hartoyo, adalah memberikan edukasi kepada masyarakat terkait sistem BUMDes sebagai unit usaha. Menurutnya, banyak masyarakat yang masih belum memahami, adanya investasi agar BUMDes bisa berkembang.

“Yang susah itu BUMDes saat ini kan harus mengembangkan usaha agar bisa mengambil pasar yang lebih luas jadi perlu investasi. Ini kadang yang enggak disadari warga, jadi ketika ada musyawarah desa itu selalu ada yang tanya, kenapa ada unit usaha A ini kalau enggak menguntungkan, padahal ya perlu waktu supaya unit usaha bisa untung. Belum lagi kalau ada yang berhitung keuntungan sekian tapi yang buat desa hanya 40 persen, biaya lain kan banyak seperti gaji karyawan, perawatan destinasi wisata dan sebagainya,” ulasnya.

Pernyataan yang sama juga dikatakan oleh Kepala bagian keuangan BUMDes Karya Lestari Manunggal, Muhammad Khairul Rais. BUMDes Karya Lestari Manunggal terletak di Desa Kemasan, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali. Rais mengatakan, saat ini BUMDes Karya Lestari Manunggal memiliki omzet Rp900 juta per bulan dan 30 persennya diberikan kepada Desa Kemasan.

“Sebenarnya omzet sebelum pandemi itu lebih besar dan bisa sampai Rp1,5 miliar per tahun. Tapi sekarag Rp900 juta itu empot-empotan. Kami membawahi beberapa unit usaha seperti wisata Umbul Tirto Mulyo dan membina UMKM di daerah kami, Umbul Mulyo itu ramainya tergantung dari kurikulum dari sekolah, liburnya kapan itu baru ramai. Tujuan dari BUMDes ini selain mendapatkan keuntungan, ya untuk memberdayakan SDM, di sini ada 10 orang yang bekerja di BUMDes semuanya warga Kemasan,” kata dia.

Rais menambahkan, tantangan terbesar saat ini adalah dana untuk mengemgangkan usaha-usaha yang dinaungi BUMDes. Menurutnya, banyak BUMDes yang akhirnya menjual asetnya ke pihak swasta karena kesulitan berkembang.

“Masalahnya sekarang ya dana, banyak objek wisata yang awalnya dikelola desa melalui BUMDes diserahkan ke swasta dan berkembang jauh lebih pesat. Kami di BUMDes ini membangun semuanya sendiri dan pelan-pelan sekali, karena dana yang terbatas,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya