SOLOPOS.COM - Deretan mobil diparkir di halaman rumah toko (ruko) di Jl. Ir. Soekarno, Solo Baru, Sukoharjo, Kamis (25/1/2018). (Bony Eko Wicaksono/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO – Sektor properti masih diandalkan guna menopang pertumbuhan perekonomian daerah maupun investasi yang menarik dan aman. Pascapandemi Covid-19, pasar properti rumah toko (ruko) di Solo cenderung mengalami perlambatan meski tetap bergairah lantaran didorong meningkatnya pertumbuhan ekonomi.

Hingga sekarang, properti masih menjadi instrumen yang menarik dan aman, terutama bagi para pemilik modal dan pelaku bisnis. Saat masa pandemi Covid-19, permintaan sewa ruko anjlok selama lebih dari dua tahun. Kala itu, banyak ruko dalam kondisi kosong lantaran tak ada peminat yang ingin menyewa.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Pascapandemi Covid-19, tren permintaan sewa ruko masih cenderung melambat meski tetap bergairah yang dipengaruhi melonjaknya pertumbuhan ekonomi di Solo, yakni sebesar 6,25 persen. “Ibarat pasien sakit masuk ruang ICU rumah sakit saat masa pandemi. Pascapandemi, pasien dipindah ke ruang bangsal namun belum sembuh sepenuhnya. Jadi sektor properti belum pulih sepenuhnya namun sudah menggeliat,” kata seorang agen properti dari Era Irea Cabang Solo Baru, Lia Imelda, saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa (14/6/2023).

Perlambatan pasar properti komersial tercemin pada hasil Perkembangan Properti Komersial (PPKom) triwulan I/2023 dari Bank Indonesia. Indeks permintaan properti komersial untuk kategori sewa tumbuh sebesar 9,35 persen namun melambat dibanding triwulan IV/2022 sebesar 12,22 persen.

Meski melambat, pasar properti ruko di Solo masih prospektif dan menjanjikan sebagai investasi jangka panjang dan menarik. Hal ini dipengaruhi aktivitas ekonomi dan usaha di Kota Bengawan  yang kembali menggeliat sejak pertengahan 2022.

Tak hanya itu, berbagai event dan kegiatan yang menyedot massa dalam jumlah besar kerap digelar di Solo. Hal ini menjadi pertimbangan utama para pelaku bisnis atau perusahaan untuk menyewa ruko yang berfungsi sebagai gerai maupun kantor.

“Sekarang Mixue Ice Cream & Tea bermunculan di pinggir jalan. Itu menyewa ruko-ruko di pinggir jalan. Kemarin, ada juga konsultan bisnis dan keuangan yang menyewa ruko untuk kantor. Mereka melihat tingkat perekonomian di Solo meningkat pesat,” papar dia.

Pengurus Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (Arebi) Soloraya ini menyampaikan pasar properti ruko tumbuh di wilayah perkotaan karena menguntungkan dari sisi bisnis. Selain di Solo, pengembangan pasar ruko tumbuh subur di kawasan Solo Baru yang menjadi pusat bisnis terbesar di Soloraya. Lokasi kawasan Solo Baru diincar pelaku bisnis lantaran ditopang pesatnya pembangunan fisik seperti mall, pusat perbelanjaan, hotel, apartemen, hingga rumah sakit bertaraf internasional.

Lia meyebut range harga sewa ruko di kawasan Solo Baru mulai Rp75 juta/tahun-150 juta/tahun. “Harga sewa paling mahal Rp150 juta/tahun. Harga sewa ruko itu tergantung lokasi, luas bangunan, luas tanah, lantai bangunan, dan fasilitas. Apakah area parkir kendaraan memadai atau sistem keamanan di sekitar ruko. Ini juga nilai plus ruko yang bisa mengerek harga sewa,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya