Bisnis
Kamis, 4 April 2024 - 14:27 WIB

Merawat Konektivitas melalui Simpul Transportasi di Terminal Tirtonadi Solo

Galih Aprilia Wibowo  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Warga melintas di Terminal Tipe A Tirtonadi Solo, pada Senin (18/3/2024). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo)

Solopos.com, SOLO — Terletak di pusat Kota Solo, Terminal Tipe A Tirtonadi di Jl. A. Yani, No. 262, dinilai sebagai transportasi yang strategis. Konektivitas antarmoda transportasi umum menjadi salah satu unggulan di Terminal Tirtonadi.

Terminal Tirtonadi terhubung dengan Stasiun Solo Balapan melalui sky bridge yang jaraknya sekitar 500 meter. Di Stasiun Solo Balapan juga terhubung dengan moda transportasi udara, yaitu ke Bandara Adi Soemarmo di Boyolali melalui kereta api (KA) Bandara. Penumpang bus bisa beralih ke moda transportasi lain melalui jembatan tersebut.

Advertisement

Selain terkoneksi dengan stasiun dan bandara melalui sky bridge, Terminal Tirtonadi Solo juga menjadi rute yang dilintasi oleh Batik Solo Trans (BST), Bus Rapid Transit (BRT) Trans Jateng Solo-Sumberlawang Sragen dan BRT Trans Jateng Solo-Wonogiri. Rute yang dilewati kedua angkutan ini hampir merata di Soloraya. Koneksi antarwilayah ini juga didukung dengan angkutan kota pengumpan atau angkot feeder.

Pengawas Satuan Pelayanan (Wassatpel) Terminal Tipe A Tirtonadi, Bandiyono, menilai dengan adanya sky bridge bisa membantu interkoneksi antarmoda angkutan umum. Menurut dia, masyarakat bisa dengan mudah beralih ke transportasi lanjutan, misalnya dari bus ke kereta maupun sebaliknya.

Pihaknya menempatkan satu petugas khusus di sky bridge untuk membantu para penumpang. Bandiyono menguraikan sirkulasi penumpang yang lalu lalang di sky bridge kurang lebih sebanyak 400 orang setiap harinya. Eksisnya Terminal Tirtonadi juga didukung karena jaringan mobilitas yang luas.

Advertisement

“Jadi kenapa Terminal Tirtonadi ini masih eksis, kami memudahkan orang menuju transportasi lanjutan. Misalnya dari Wonogiri mau wisata ke Sumberlawang Sragen, atau orang Solo mau ke Wonogiri,” terang Bandiyono saat ditemui Solopos.com, di kantornya, Senin (18/3/2024).

Pihaknya juga menyediakan shuttle bus menuju ikon wisata Kota Solo yaitu Masjid Sheikh Zayed. Fasilitas dari Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Solo, lanjut dia, rata-rata mengangkut 600 orang dalam sehari. Selain sky bridge, baru-baru ini Terminal Tirtonadi Solo juga dilengkapi Pojok Baca Digital (Pocadi) yang diluncurkan awal 2024.

Pocadi merupakan layanan akses buku digital yang terbuka bagi umum yangg disediakan oleh Perpustakaan Nasional (Perpusnas). Fasilitas yang ada di Pocadi terdiri dari empat unit komputer yang dengan akses lengkap untuk ribuan koleksi buku digital milik Perpusnas.

Taman Edukatif

Selain convention hall dan sport center, Terminal Tirtonadi Solo saat ini juga dilengkapi Taman Edukatif Lalu Lintas Portable yang bisa digunakan sebagai fasilitas bermain anak, sembari menunggu jadwal keberangkatan.

Advertisement

Kepala Dishub Kota Solo, Taufiq Muhammad, menyebut dengan adanya fasilitas tersebut, Terminal Tirtonadi tidak hanya sebagai tempat naik turun penumpang. Fasilitas tersebut membuat Terminal Tirtonadi menjadi tempat kegiatan masyarakat yang nyaman.

Menurut Taufiq, konektivitas antarmoda transportasi bisa tampak di Terminal Tirtonadi. Hal ini didukung dengan layanan antarkota, antarprovinsi, dalam provinsi, layanan perkotaan, dan feeder. Saat ini ada 2 koridor BRT Trans Jateng, 6 koridor BST, dan 6 koridor feeder.

“Jadi penumpang bisa menggunakan layanan yang ada. Termasuk sudah terkoneksi dengan layanan kereta api dengan adanya sky bridge,” terang Taufiq, pada Selasa (2/4/2024).

Saat ini bus masih menjadi salah satu pilihan transportasi warga, sehingga modernisasi terminal penting untuk dilakukan. Pekerja di Solo, Ajeng Rizky, 23, mengaku sering pulang ke kampung halamannya di Ngawi, sedikitnya dua pekan sekali.

Advertisement

Dia memilih menggunakan bus dan naik di Terminal Tirtonadi karena harga tiket yang lebih murah dibandingkan moda transportasi lain. Dia biasanya membayar Rp30.000 hingga Rp50.000 untuk sekali perjalanan, lebih murah dibandingkan dengan tiket angkutan umum lainnya seharga lebih dari Rp100.000.

“Menurutku fasilitas di Terminal Tirtonadi selalu membaik. Contoh beberapa bulan lalu dibangun lounge untuk bus eksekutif yang jadi tempat nyaman untuk nunggu antrean bus selanjutnya,” kata dia akhir pekan lalu.

Bus juga menjadi pilihan bagi mahasiswa Solo, Arina Zulfa, 23. Dia mengaku sering menggunakan BST setelah turun di Stasiun Solo Balapan menuju wilayah Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Dari indekosnya dia juga sering menggunakan BST menuju pusat perbelanjaan.

Arina rutin menggunakan BST ketika menjadi mahasiswa. Dia hanya perlu membayar Rp2.000 untuk menggunakan layanan BST saat menjadi mahasiswa. Menurutnya biaya yang dikeluarkan lebih terjangkau daripada menggunakan sepeda motor.

Advertisement

“Terus kalau pakai kartu, selama 90 menit, kalau enggak salah juga, ketika ganti koridor enggak perlu bayar lagi,” ujarnya.

Pembayaran yang menggunakan kartu elektronik (e-money), menurut Arina menambah efisiensi angkutan umum. Karena, sambung Arina, penumpang bisa membayar harga pas dan sopir tidak perlu memberikan kembalian. Selain itu, BST yang dilengkapi air conditioner (AC) membuat transportasi umum tersebut lebih nyaman.

Layanan BST juga menjadi pilihan pekerja asal Karanganyar, Wicaksono, 27. Untuk menuju tempat kerjanya sejauh 12 kilometer (km) di Solo, dia mengeluarkan uang tak lebih dari Rp10.000 dalam sehari. Sebelum menggunakan BST, dia biasanya harus mengalokasikan sedikitnya Rp15.000 per hari untuk membeli bahan bakar sepeda motornya.

Pelayanan Baik

Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno, menjelaskan jumlah penumpang BST tercatat sebanyak 4.872.902 orang sepanjang 2023. Hal ini merujuk dari materi paparan Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan Transportasi Publik Skema BTS di 10 Kota pada 29 Desember 2023 lalu.

Dia juga menjelaskan tingkat isian unit BST tertinggi terjadi pada koridor Bandara Adi Soemarmo-Terminal Palur sebesar 70,84% yang berjarak 48 kilometer dengan 30 bus dan rata-rata penumpang sebanyak 4.238 orang.

Djoko menguraikan tingkat keterisian BST mencapai 42,77% dengan farebox revenue atau pendapatan dari penjualan tiket sebesar Rp11,16 miliar. Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata ini menyebut terminal bus dan angkutan umum merupakan satu kesatuan yang saling mendukung dalam pengoperasiannya.

Advertisement

Menurut dia, modernisasi terminal perlu dilakukan untuk memudahkan pengguna dalam mendapatkan layanan angkutan umum yang diinginkan. Terminal juga mendorong usaha kecil dan menengah ketika tempat tersebut nyaman dan memiliki pelayanan yang baik.

Oleh sebab itu, sebagai simpul transportasi, terminal harus memperhatikan keterpaduan antarmoda angkutan dan kemudahan akses. “Keterpaduan antarmoda angkutan dan kemudahan akses pada simpul transportasi yang meliputi bandar udara, pelabuhan, stasiun kereta api, dan pusat kegiatan harus dilengkapi dengan fasilitas pendukung integrasi perpindahan moda angkutan umum,” terang Djoko dalam keterangan tertulis, pada Minggu (21/1/2024).

Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Organisasi Angkutan Darat (Organda) Kota Solo, Sri Baskoro menilai Terminal Tirtonadi cukup efisien untuk menghubungkan antarmoda transportasi. Baskoro menguraikan persyaratan dari sebuah kota yang ramah dan layak huni salah satunya adalah transportasi yang terintegrasi.

“Idealnya kota modern transportasi harus terintegrasi,” terang Baskoro saat ditemui Solopos.com, di kantornya pada Selasa (19/3/2024).

Sebagai fasilitas transportasi umum, dia juga menilai pelayanan Terminal Tirtonadi cukup lengkap. Tinggal, bagaimana masyarakat mampu memanfaatkan angkutan umum sebagai pilihan utama yang jauh lebih murah, tepat waktu, aman dan nyaman.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif