SOLOPOS.COM - Suasana di Jl. Gatot Subroto, Solo atau di Koridor Gatsu. Foto diambil Senin (10/4/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Kawasan Coyudan menjadi salah satu pusat perdagangan di Kota Solo. Beragam barang dagangan mudah ditemukan di kawasan tersebut, mulai dari produk tekstil, handphone, hingga perhiasan emas.

Coyudan adalah nama kawasan di Kota Bengawan yang meliputi Jl. Yos Sudarso, Jl. Dr. Radjiman, Jl. Gatot Subroto, Jl. Bedhoyo, dan Jl. Kalilarangan. Sepanjang jalanan tersebut banyak toko perhiasan emas besar yang telah eksis sejak puluhan tahun. Juga terdapat pedagang emas kaki lima yang berjajar membuka lapak di pinggir jalan. Selain toko perhiasaan emas, terdapat pula toko-toko yang menawarkan beragam produk fesyen.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Di Jl. Gatot Subroto, terdapat Plaza Singosaren yang telah lama dikenal sebagai pusat jual beli handphone baru ataupun bekas di Kota Solo. Setidaknya ada 300 pemilik toko handphone dan penyedia jasa service handphone.

Di lantai II Plaza Singosaren terdapat pula Matahari Departement Store yang menawarkan beragam diskon produk fesyen dan selalu menjadi jujukan warga. Di jalan tersebut juga tampak beberapa toko kain, misalnya Serba Peni dan Mac Mohan.

Kemudian di sepanjang Jl. Dr. Radjiman, ada sekitar sepuluh toko emas yang menjual berbagai perhiasan emas, perak, berlian bahkan permata. Toko emas tersebut antara lain Menjangan; Anoman; Gadjah; Semar; Doro; Rajawali; Kunci; Macan, dan Kumala.

Solopos.com mengunjungi kawasan Coyudan tepatnya di sepanjang Jl. Gatot Subroto pada Senin (10/4/2023) sore. Beberapa toko mulai tutup, penampakan berbeda mulai terlihat ketika petang, rolling door toko-toko tersebut dihiasi beragam lukisan mural yang lekat dengan Kota Solo. Aktivitas jual beli sana terlihat lengang, rata-rata toko perhiasan emas tutup mulai pukul 16.00 WIB. Sementara itu, di Plaza Singosaren masih ramai dan beberapa toko tekstil terlihat pelayan masih sibuk menanggapi calon pembeli.

Deretan mural yang dilihat di koridor Jl. Gatot Subroto tersebut menjadi obyek foto saat petang. Beberapa warga mulai lalu lalang menunggu waktu berbuka saat Ramadan. Tak jarang mereka berhenti di warung makan, atau hanya duduk-duduk santai di depan toko yang telah tutup.

Salah satunya warga Sragen, Nur Almardiyah. Ia duduk di depan toko setelah mencari kain di Mac Mohan. Ia mengaku jauh-jauh datang dari Sragen ke Solo untuk mencari pusat kain tekstil supaya mendapatkan pilihan yang beragam. “Di sini lebih lengkap, buat wisuda, jadi mencari bahan kain dulu buat dijahit,” papar Nur.

Saat ini, kawasan koridor Jl. Gatot Subroto atau Gatsu-Ngarsopuro, Solo, kini telah bertransformasi dan diproyeksikan menjadi ikon wisata malam yang memadukan unsur seni, budaya, dan kuliner. Keindahan lukisan mural dipadukan dengan bangunan-bangunan megah di sekitarnya membuat koridor tersebut menjadi wisata urban yang menarik bagi warga.

Ikon wisata malam tersebut diwujudkan melalui oleh Solo is Solo yang menggelar acara Solo di Waktu Malam setiap Sabtu malam. Acara tersebut juga dimeriahkan street art market yang membuka lapak di sepanjang Koridor Gatsu. Selain pasar seni, disuguhkan pula beragam penampilan dari seniman, seperti musik, dance, dan lain-lain.

“Solo di Waktu Malam sudah digelar kurang lebih empat bulan ini. Pertama di tanggal 31 Desember 2022 atau pas malam tahun baru, itu pas hari Sabtu juga jadi rutin digelar setiap Sabtu sejak saat ini sampai kemarin itu nonsetop tidak pernah absen atau bolong yang menjadi acara setiap malam Minggu,” papar Koordinator Program Solo is Solo, Irul Hidayat, saat dihubungi Solopos.com pada Selasa (11/4/2023).

Irul menguraikan antusiasme masyarakat berkunjung ke acara tersebut menurutnya sangat luar biasa sejak kali pertama diselenggarakan. Pihaknya melakukan pengamatan dari pertama acara digelar hingga sekarang terjadi lonjakan pengunjung. Bahkan di dua sisi koridor di sebelah barat dan timur penuh orang.

Menariknya, menurut Irul, mayoritas pengunjung adalah anak-anak muda yang menyukai seni dan dari segi penampilan yang menarik, karena menjadikan suasana di sepanjang koridor Gatsu lebih hidup dan berhasil menjadi ruang seni atau distrik seni publik yang  khas bernuansa Solo.

Setidaknya saat ini ada 50 lapak seniman yang memeriahkan street art market atau pasar seni dengan berbagai macam karya di dalam acara itu. Komunitas Solo is Solo tersebut berasal dari berbagai kalangan, mulai dari kelompok profesional hingga mahasiswa, anak muda yang punya bakat melukis mural secara autodidak.

Dalam proses menggambar mural para seniman juga berkoordinasi dengan pemilik toko dan tembok yang akan digambari mural. Sehingga ada sinergi antara keduanya. Keberadaan koridor mural di sana memberikan ruang ekspresi bagi para seniman di Kota Solo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya