SOLOPOS.COM - Instalasi solar panel di area operasional PT Widodo Makmur Perkasa, Tbk. (Istime

Solopos.com, SOLO — Diprediksi emisi gas rumah kaca dunia akan meningkat 50% pada tahun 2050 jika penghuni bumi tidak melakukan transisi ke energi bersih. Sedangkan populasi dunia juga meningkat dari 3 miliar jiwa dari 2020 ke tahun 2050.

Saat ini, sudah tercatat ada 22 negara yang menghentikan ekspor berbagai jenis pangan untuk mengamankan kebutuhan domestik di tengah ketegangan geopolitik dunia.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Berdasarkan pengamatan PBB, kenaikan harga pangan pada tahun 2022 meningkat sekitar 33 persen, serta harga pupuk yang juga meningkat lebih dari 50 persen.

Menurut catatan Food and Agriculture Organization (FAO), harga komoditas biji-bijian dunia, termasuk barley, gandum, dan jagung naik 17,1 persen Keprihatinan ini mendorong berbagai inovasi di bidang pertanian yang didukung teknologi baru ramah lingkungan.

Pemanfaatan energi matahari sebagai sumber energi alternatif untuk mengatasi krisis energi, khususnya minyak bumi, yang terjadi sejak tahun 1970-an mendapat perhatian yang cukup besar dari banyak negara di dunia.

Baca Juga: Butuh Kerja Sama Pelaku Industri untuk Wujudkan Ekonomi Hijau

Di samping jumlahnya yang tidak terbatas, pemanfaatannya juga tidak menimbulkan polusi yang dapat merusak lingkungan. Cahaya atau sinar matahari dapat dikonversi menjadi listrik dengan menggunakan teknologi sel surya atau fotovoltaik.

Potensi energi surya di Indonesia sangat besar yakni sekitar 4.8 KWh/m2 atau setara dengan 112.000 GWp, namun yang sudah dimanfaatkan baru sekitar 10 MWp.

Saat ini pemerintah telah mengeluarkan roadmap pemanfaatan energi surya yang menargetkan kapasitas PLTS terpasang hingga tahun 2025 adalah sebesar 0.87 GW atau sekitar 50 MWp/tahun. Jumlah ini merupakan gambaran potensi pasar yang cukup besar dalam pengembangan energi surya di masa datang.

Saat ini pengembangan PLTS di Indonesia telah mempunyai basis yang cukup kuat dari aspek kebijakan. Namun pada tahap implementasi, potensi yang ada belum dimanfaatkan secara optimal.

Baca Juga: Kilas Balik Jatuh Bangun Rezim Diempas Inflasi dan Krisis Ekonomi

Secara teknologi, industri photovoltaic (PV) di Indonesia baru mampu melakukan pada tahap hilir, yaitu memproduksi modul surya dan mengintegrasikannya menjadi PLTS, sementara sel suryanya masih impor.

Padahal sel surya adalah komponen utama dan yang paling mahal dalam sistem PLTS. Harga yang masih tinggi menjadi isu penting dalam perkembangan industri sel surya. Berbagai teknologi pembuatan sel surya terus diteliti dan dikembangkan dalam rangka upaya penurunan harga produksi sel surya agar mampu bersaing dengan sumber energi lain.

Mengingat rasio elektrifikasi di Indonesia baru mencapai 55-60% dan hampir seluruh daerah yang belum dialiri listrik adalah daerah pedesaan yang jauh dari pusat pembangkit listrik, maka PLTS yang dapat dibangun hampir di semua lokasi merupakan alternatif sangat tepat untuk dikembangkan.

Dalam kurun waktu tahun 2005-2025, pemerintah telah merencanakan menyediakan 1 juta Solar Home System berkapasitas 50 Wp untuk masyarakat berpendapatan rendah serta 346,5 MWp PLTS hibrid untuk daerah terpencil.

Baca Juga: AS Disebut Batal Resesi, BI Catat Modal Asing Masuk Rp3,02 Triliun

Hingga tahun 2025 pemerintah merencanakan akan ada sekitar 0,87 GW kapasitas PLTS terpasang. Dengan asumsi penguasaan pasar hingga 50%, pasar energi surya di Indonesia sudah cukup besar untuk menyerap keluaran dari suatu pabrik sel surya berkapasitas hingga 25 MWp per tahun. Hal ini tentu merupakan peluang besar bagi industri lokal untuk mengembangkan bisnisnya ke pabrikasi sel surya.

Salah satu terobosan yang sudah mulai banyak diterapkan adalah agrovoltaik sebuah metode pertanian yang memanfaatkan teknologi tenaga surya.

Di Jerman, metode pertanian tenaga surya ini berfungsi baik baik untuk buah-buahan lunak seperti apel, kentang, dan produk sayuran seperti tomat dan mentimun. Agrovoltaik ini sudah diterapkan sejumlah wilayah di Eropa dan sebagian wilayah Asia.

Agrovoltaik merupakan konsep pemanfaatan lahan dengan menggabungkan kegiatan pertanian/peternakan dengan produksi energi listrk dari PLTS melalui pemanfaatan solar panel.

Baca Juga: Solo Bisa Cuan Besar Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 2023

Instalasi Panel Surya

Agrovoltaik diprediksi juga semakin berkembang. Konsep ini mengombinasikan pemasangan PLTS dengan lahan pertanian yang ditumbuhi tanaman rendah (low-growing crop) seperti padi, jagung, teh, kopi, hingga tomat. Di Tanah Air, kawasan ini mencapai 210.000 kilometer persegi.

Dengan memasang 3-9 miliar panel surya diperkirakan bisa dimanfaatkan oleh 10 persen-30 persen dari total luas lahan pertanian tersebut. Pemanfaatan tenaga surya untuk pertanian tampaknya akan menjadi tren, tidak hanya diterapkan secara personal namun juga skala besar seperti perusahaan.

Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di sektor Consumer Goods and Agriculture Commodities, PT Widodo Makmur Perkasa, Tbk juga telah menerapkan program energi terbarukan melalui fasilitas solar panel sebagai sumber energi di berbagai fasilitas produksinya.

Melalui anak usahanya yaitu PT Langgeng Makmur Perkasa, saat ini Perusahaan memfokuskan pada pengelolaan dan pengembangan energi terbarukan berupa solar panel dan wind power untuk kebutuhan semua lini usaha Widodo Makmur Perkasa Grup.

Baca Juga: Widodo Makmur Perkasa Perluas Pasar Daging Ayam ke China

Strategi nihil emisi (zero emission) ini ditempuh perseroan dengan melakukan instalasi panel surya. Vice CEO, PT Langgeng Makmur Perkasa, Yuyu Y. Kasim, mengatakan pemanfaatan PLTS merupakan upaya agar Perusahaan dapat adaptif menghadapi tantangan perubahan zaman mengikuti perkembangan teknologi.

Langkah ini juga merupakan bentukdukungan sebagaiwarga dunia untuk berpartisipasi menjaga dan merawat bumi lebih baik, selain menjadipeluang untuk mendorong bisnis yang berkelanjutan di tanah air maupun regional.

“Tidak berhenti pada penerapan solar panel yang ramah lingkungan. Langkah upaya transformasi keberlanjutan lainnya juga akan diaplikasikan oleh perusahaan. Pada akhirnya, langkah ini akan menghadirkan nilai tambah bagi seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat secara luas,” ujarnya.

Hingga saat ini seluruh lini bisnis perusahaan yang telah memanfaatkan panel surya dengan kapasitas bervariasi mulai dari 250 KWp hingga 5,0 MWp untuk memasok kebutuhan energi internal Perusahaan.

Baca Juga: Ekspor ke China, PT Widodo Makmur Perkasa (WMPP) dan PT SII Jalin Kerja Sama

Upaya tersebut juga menjadi langkah jangka pendek perusahaan dalam mencapai capaian energi terbarukan hingga 2023. Untuk jangka menengah, Perusahaan merencanakan akan memanfaatkan PLTS di area peternakan terintegrasi (integrated farms) dengan kombinasi pembangkit listrik tenaga angin (PLTA) dan penggunaan baterai penyimpanan listrik. Secara keseluruhan, Perusahaan menargetkan dapat menghasilkan Energi Baru Terbarukan (EBT) mencapai 158 MWp.

Saat ini, Perusahaan masih memanfaatkan energi secara hybrid yaitu kombinasi antara penggunaan listrik dari PLTS dan PLN. Biasanya, penggunaan listrik PLTS akan digunakan saat siang hari di mana cahaya matahari melimpah, sedangkan ketika malam hari akan menggunakan pasokan energi dari PLN.



Mengingat pentingnya konsumsi listrik untuk pasokan energi, Perusahaan berharap agar dapat memaksimalkan penggunaan PLTS lebih dari 15% sejalan dengan upaya Pemerintah mencapai 23% Energi Baru Terbarukan (EBT) pada 2025.

Hingga saat ini, pemanfaatan PLTS sebagai EBT telah mendorong efisiensi biaya utilitas operasional hingga 20%-25%, dan menurunkan biaya produksi secara keseluruhan antara 2%-3%. Penurunan biaya produksi ini bermanfaat dalam meningkatkan daya saing dalam penjualan produk-produk Perusahaan di pasar, serta mendukung pengembangan bisnis dan investasi di berbagai lini bisnis.

 

 

 

 

 







Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya