SOLOPOS.COM - Pemilik Kimi Bag, Khusnul Itsariati, menunjukkan tas eksklusif berbahan kain kanvas di rumah produksinya, Jumat (19/8/2022). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com,  KLATEN – Salah satu destinasi Ekspedisi UMKM 2022 adalah produsen Kimi Bag, salah satu produk lokal Klaten, yang telah mendunia sejak 2012 dengan produk-produk dari kain kanvas dan goni.

Kegiatan Ekspedisi UMKM 2022 yang digelar Solopos Media Group ini didukung Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo, Telkom Indonesia, Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah, Semen Gresik, dan Yayasan Dharma Bhakti Astra.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

UMKM binaan Bank Indonesia (BI) itu telah mengekspor produk-produknya ke sejumlah negara seperti Brunei, Malaysia, Australia, Jepang, Uni Emirat Arab, hingga Swiss.

Rumah produksinya berada di area Pondok Pesantren Al Qohar, Dukuh Pulon, Desa Malangan, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten. Para santri juga terlibat dalam produksi tas, pouch, dompet, dan barang-barang dari Kimi Bag.

Pemilik Kimi Bag, Khusnul Itsariati, mengungkapkan salah satu kunci bisnisnya mampu menembus pasar internasional karena membuat website. Ia mengatakan, suaminya yang mengelola website belajar autodidak selama tiga bulan.

“Awal-awal itu pada 2012 [buyer] dari Swiss pesan 21.000 wine pouch. Kemudian, kalau orderan pertama setelah terpuruk karena pandemi, dari luar [negeri] itu dari Brunei Darussalam untuk suvenir pernikahan pada Juli 2022 ini,” ungkap Ria kepada tim Ekspedisi UMKM 2022, Jumat (19/8/2022).

Baca Juga: Ekspedisi UMKM 2022: Kisah Perjuangan Pengrajin Batik Girilayu Karanganyar

Karyawan merapikan tote bag di rumah produksi Kimi Bag yang berada di Klaten, Jumat (19/8/2022). (Solopos/Ni’matul Faizah)
Karyawan merapikan tote bag di rumah produksi Kimi Bag yang berada di Klaten, Jumat (19/8/2022). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Ia mengatakan pemasarannya tak hanya ke luar negeri, akan tetapi ia juga melayani pemesanan dari brand-brand besar di Indonesia. Untuk saat ini, kata Ria, Kimi Bag dapat memproduksi 300 tote bag dan lima – sepuluh tas eksklusif.

Lebih lanjut, perempuan 35 tahun tersebut mengungkapkan awalnya Kimi Bag hanya membuat tas tote bag berbahan dasar kanvas dan goni. Namun, seiring perjalanannya, Kimi Bag melayani pembuatan dompet, pouch, packaging untuk brand lain, dan barang-barang lainnya dari kain kanvas dan goni.

“Biasanya ada yang pesan minta apron, atau barang-barang lain itu pasti saya bilang bisa. Kuncinya itu, saya bilang bisa, baru coba buat, kalau mentok, saya baru bilang enggak bisa,” kata dia.

Ria mengatakan saat ini memberdayakan santri-satri yang ada di pondoknya bekerja di Kimi Bag untuk menjahit, packing, dan sablon.

Seiring bisnisnya yang semakin besar, Ria mengatakan dari hasil rata-rata omzet per bulan Rp25 juta, Kimi Bag dapat membantu operasional Ponpes Al Qohar sebesar 30 persen.

Baca Juga:Perjalanan Dimulai, Ini Rute yang akan Ditempuh Tim Ekspedisi UMKM 2022

Brand Story Product

Walaupun begitu, bisnisnya juga terpengaruh pandemi Covid-19. Ia mengatakan satu tahun pertama pandemi Covid-19 sama sekali tidak ada pemasukan.

“Yang awal-awal pesan langsung di-cancel, kemudian saya juga harus mengembalikan uang DP [down payment]. Itu satu tahun itu saya sama sekali saya tidak produksi,” kata dia.

Baru setelah tahun kedua, kata Ria, dirinya berinovasi untuk bangkit saat pandemi. Inovasi yang ia ciptakan adalah dengan membuat tas custom yang eksklusif dan memberikan brand story dalam produk-produknya.

Ria mengatakan sebelum pandemi memang sudah membuka pesanan custom, akan tetapi dengan minimal pemesanan 50 buah.

“Tapi waktu mau bangkit itu saya buat inovasinya bisa custom walaupun cuma satu tas. Dan tasnya itu bukan yang model tote bag tapi bisa dipakai untuk ke acara formal begitu. Waktu itu promosinya saya bawa saja ke acara-acara, terus pada tanya dan minta dibuatkan,” kata dia.

Baca Juga: Didukung 1.500-an Petani Wonogiri, Taklukkan Pasar Eropa hingga Amerika

Sementara itu, salah satu santriwati yang ikut membantu produksi barang-barang Kimi Bag, Tri Utami Dewi Nur, 20, mengaku senang dapat menuntut ilmu di pesantren sekaligus belajar menjahit.

Ia mengatakan mulai bergabung membantu menjahit pada 2021 atau sejak awal dia menuntut ilmu di Ponpes Al Qohar. Tami mengaku baru bisa menjahit setelah ikut memproduksi Kimi Bag.

Menurutnya, menjahit tak terlalu sulit walaupun waktu itu ia belajar kali pertama di rumah produksi Kimi Bag. Lebih lanjut, Tami mengatakan jadwalnya membantu menjahit adalah pukul 07.30 WIB – 12.00 WIB dan pukul 13.30 WIB – 15.00 WIB setiap Senin hingga Sabtu.

“Itu tidak mengganggu waktu mengaji saya, biasanya saya mengaji habis Subuh, Zuhur, dan Asar,” kata dia.

Banner Ekspedisi UMKM 2022



 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya