SOLOPOS.COM - Sebuah tanaman hias yang dibuat dengan teknik kokedama dipamerkan saat UMKM Expo di GOR Diponegoro Sragen, Kamis (1/6/2023). (Moh. Khodiq Duhri).

Solopos.com, SRAGEN – Tinggal di perumahan dengan luas lahan yang tergolong sempit membuat Teniyarti Cahyaning Mawarti, 58, harus memutar otak untuk menyalurkan hobinya bercocok tanam.

Hingga akhirnya, warga Margoasri, Puro, Karangmalang, Sragen, itu dipertemukan dengan seseorang yang mau mengajarinya cara bercocok tanam di lahan terbatas. Caranya dengan memanfaatkan serabut kelapa sebagai media tanam. Teknik bercocok tanam ini biasa disebut kokedama.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

“Rumah saya hanya seluas 120 meter persegi. Mau tidak mau, saya harus memutar otak. Jadilah saya memanfaatkan ruang seadanya untuk menyalurkan hobi bercocok tanam itu. Sekarang rumah saya sudah penuh dengan aneka tanaman bunga yang dibudidayakan dengan teknik kokedama,” ujar Teniyarti saat berbincang dengan Solopos.com di GOR Diponegoro Sragen, Kamis (1/6/2023).

Kokedama merupakan seni membuat pot tanaman yang praktis, unik sekaligus hemat biaya. Laman Pertanian.go.id menyebut kokedama berasal dari bahasa Jepang yaitu koke berarti lumut dan dama berarti bola.

Seperti namanya, di negara asalnya, Jepang, seni menanam ini memanfaatkan lumut yang dipadatkan, lalu dibentuk bulat layaknya bola sebagai media tanam. Dari bahannya yang unik itu kokedama sering mendapat julukan si bola lumut penghias rumah.

Sayangnya, keberadaan lumut sulit ditemukan di wilayah perkotaan padat penduduk. Maka dari itu, limbah serabut kelapa dipilih sebagai pengganti lumut.

Keunikan kokedama memang menjadi ciri khas tersendiri. Dibanding media tanam seperti pot plastik atau tanah liat pada umumnya, kokedama terlihat lebih berbeda karena bentuknya yang unik. Jenis tanaman yang dapat ditanam dengan teknik kokedama di antaranya sukulen, pakis, tomat mini, anggrek, rosemary, cabe hias dan lain-lain.

Untuk mempercantik tampilan bola serabut kelapa itu, Teniyarti menghiasinya dengan lilitan tali yang dibuat berpola garis-garis melingkar. Lilitan tali itu sekaligus dipakai untuk memadatkan serabut kelapa menjadi berbentuk bola.

Sudah lebih dari lima tahun Teniyarti membudidayakan tanaman dengan teknik kokedama. Selain menjadi penghias rumah, kokedama juga dapat dijadikan peluang bisnis.

Saat budi daya tanaman hias booming beberapa tahun lalu, Teniyarti panen cuan dari kokedama. Kini, pelanggannya tersebar di sejumlah kota seperti Bandung, Malang, Pasuruhan, Semarang hingga beberapa kota di Sulawesi.

Teniyarti memastikan tanaman kokedama aman bila dikirim dalam bentuk paket. Sebelum dikirim ke pelanggan, ia biasa menyiram tanaman itu dengan air secukupnya. Cadangan air dalam serabut kelapa itu bisa bertahan 4-5 hari.

Rata-rata pengiriman kokedama ke pelanggan sampai dalam waktu 2-3 hari. “Pengiman cukup aman, yang penting barangnya tidak kocak di jalan. Untuk pengiriman luar Jawa biasanya melalui pesawat agar cepat sampai,” terangnya.

Keahliannya dalam membuat tanaman hias dengan teknik kokedama membuatnya kerap diundang mengisi berbagai pelatihan. Melalui pelatihan itu, ia mengajak kalangan ibu rumah tangga untuk bercocok tanam walau punya lahan yang cukup terbatas. Dia menilai tanaman hias yang dibuat dengan teknik kokedama memiliki peluang pasar yang besar. Apalagi, jika mereka mau memanfaatkan layanan digital untuk memasarkan tanaman hias itu.

Teniyarti sendiri mengaku belum maksimal dalam memasarkan kokedama melalui platform digital seperti Shopee, Tokopedia, Bukalapak dan lain-lain. Berdasar pantauan Solopos.com di aplikasi Shopee, tanaman hias dengan pot kokedama cukup laris terjual. Salah satu toko online di aplikasi oranye itu bisa menjual hingga ribuan buah. Berapa toko menjual pot kokedama sekaligus tanamannya, namun sebagian besar toko hanya menjual pot kokedama.

Selama ini, ia biasa memasarkan kokedama itu melalui offline dan melalui media sosial, terutama Facebook dan WhatsApp. Teniyarti lebih banyak membidik pasar offline. Tanaman hias ini akan ramai dibeli saat dia mengikuti pameran produk UMKM. Ia biasa menjual kokedama mulai dari Rp20.000 hingga Rp200.000 per tanaman.

Belum lama ini, Teniyarti mengikuti pameran UMKM di Kota Solo. Dia beruntung salah satu produk kokedama jenis anggrek dibeli oleh Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka. “Mas Gibran membeli kokedama dengan tanaman angrek bulan. Yang paling laris saat pameran memang anggrek. Khusus anggrek, harganya berkisar Rp200.000 per tanaman,” kata Teniyarti.

Sementara itu, sebagai salah satu bentuk dukungan kepada pelaku UMKM, BRI menggelar Bazar UMKM BRILian di area Kantor BRI Cik Di Tiro, Gondokusuman, Kota Jogja pada Jumat (16/6/2023) lalu. Bazar UMKM BRILian tersebut merupakan bentuk komitmen dukungan BRI kepada para pelaku UMKM. Terlebih, sebanyak 70 persen nasabah BRI merupakan para pelaku UMKM.

Regional CEO Bank Rakyat Indonesia (BRI) Yogyakarta, John Sarjono, mengatakan Bazar UMKM bertujuan mempromosikan produk UMKM kepada masyarakat. Rencananya, BRI Yogyakarta juga akan menggelar pameran produk UMKM lagi untuk memeriahkan Pesta Rakyat Simpedes pada 1 Agustus mendatang.

“Nanti kami akan melibatkan UMKM binaan. Ada stan gratis yang bisa dipakai agar masyarakat bisa mengenal produk UMKM binaan BRI,” kata John saat ditemui wartawan di lokasi.

John menjelaskan terdapat lebih dari 3.000 klaster UMKM binaan BRI Yogyakarta. Sebagai bentuk apresiasi kepada mereka, BRI berencana mengundang mereka untuk mengikuti pameran UMKM. “Pelaku UMKM yang tampil di setiap pameran akan kami ganti terus. Bahkan, pameran tidak hanya di sini. Untuk UMKM klaster premium, bisa kami undang ke Jakarta [untuk mengikuti pameran],” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya