Bisnis
Jumat, 8 April 2022 - 19:09 WIB

Memilih Investasi, Lebih Untung Deposito atau Reksadana?

Anik Sulistyawati  /  Janlika Putri Indah Sari  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi memilih investasi online (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Bagi Anda yang ingin investasi mungkin akan mempertimbangkan lebih untung mana deposito atau reksadana?

Sebelum berinvestasi, ada baiknya Anda tahu perbedaan keduanya. Ada banyak perbedaan antara deposito dan reksadana pasar uang, mulai dari jenis dan sifat instrumen hingga risikonya.

Advertisement

Deposito adalah produk perbankan, sementara reksadana adalah produk investasi. Berikut perbedaan reksadana dan deposito seperti dikutip dari bareksa.com, Jumat (8/4/2022):

Baca Juga: Suku Bunga Deposito Turun, Simpanan Dana di Bank Ikut Melambat

Advertisement

Baca Juga: Suku Bunga Deposito Turun, Simpanan Dana di Bank Ikut Melambat

1. Keuntungan

Mengenai keuntungan imbal hasil (return), deposito mendapatkannya dari bunga, sementara reksadana pasar uang dari pertumbuhan nilai aset dalam portofolionya.

2. Pajak

Keuntungan reksadana tidak dikenakan pajak lagi karena bukan obyek pajak, sementara bunga deposito terkena pajak sebesar 20 persen.

Advertisement

Baca Juga: Starbucks Segera Berdiri di Madiun, Segini Nilai Investasinya

4. Modal Awal

Buat masyarakat dengan modal terbatas, reksadana pasar uang cocok karena bisa dibeli dengan modal Rp100.000 saja (rata-rata reksadana di marketplace Bareksa). Meskipun modalnya kecil, potensi keuntungannya sama dengan yang bermodal besar.

Sementara itu, deposito bank biasanya bisa dimulai dengan saldo Rp10 juta. Dengan batasan modal minimum itu, belum tentu mendapatkan bunga (rate) yang tinggi seperti nasabah dengan modal lebih besar.

Advertisement

5. Risiko

Risiko deposito adalah bunga bisa turun bila suku bunga acuan bank turun. Akan tetapi simpanan deposito dengan nilai hingga Rp2 miliar yang sesuai dengan bunga acuan dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) bila bank mengalami kebangkrutan.

Adapun reksadana memiliki risiko perubahan nilai aktiva bersih (NAB) tergantung kondisi pasar. Sebagai produk investasi, reksadana tidak dijamin LPS tetapi diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Baca Juga: Awas Investasi Bodong! Ini Tips Investasi Aman dari CEO Bareksa

Advertisement

Belum lama ini, Danareksa Investment Management (DIM) menilai instrumen reksa dana menjadi pilihan tepat di tengah tren penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia.

Jenis reksa dana pasar uang dan reksa dana saham menjadi alternatif pilihan bagi investor untuk mengoptimalkan imbal hasil.

Penurunan suku bunga bank sentral akan bertransmisi terhadap penurunan suku bunga perbankan dan bakal mendorong pemilik dana mencari imbal hasil lebih tinggi, antara lain pasar saham dan obligasi.

Baca Juga: Investasi Emas atau Deposito, Pilih Mana?

Direktur Utama DIM Marsangap P. Tamba mengatakan penurunan suku bunga membuka cakrawala investasi investor untuk melihat kembali reksa dana pendapatan tetap maupun reksa dana saham.

“Reksa dana pasar uang akan tetap dapat menjadi opsi investasi terutama dengan karakteristiknya yang highly liquid dan low risk,” kata Marsangap melalui keterangan resmi yang diterima Bisnis.com, Jumat (26/2/2021).

Pada reksa dana pasar uang, Danareksa Investment Management memiliki Danareksa Seruni Pasar Uang III per 22 Februari 2021 memberikan imbal hasil sebesar 5,42 persen secara year on year.

Baca Juga: Perbankan Terus Turunkan Bunga Deposito, Bank Apa Saja?

Sementara salah satu reksa dana saham, Danareksa Investment Management (DIM) yakni Danareksa Mawar yang memiliki underlying saham- saham LQ 45 memberikan imbal hasil hampir 20% dalam 6 bulan terakhir seiring pemulihan pasar.

“DIM memandang pertumbuhan investor ini sebagai hal yang sangat positif. DIM berharap reksa dana tetap dapat tumbuh dalam berbagai kondisi pasar, khususnya dengan dukungan dari investor domestik,” ujar Marsangap

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif