SOLOPOS.COM - Baskara saat melakukan persiapan media dan support tanam, polibag dan pemeriksaan instalasi irigasi di Green House BSD.(Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Jumlah petani muda Indonesia terus menurun. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pemuda usia 16-30 tahun yang bekerja di sektor pertanian turun dari 20,79% pada 2017 menjadi 18% pada 2022. Potret lain tentang pelaku pertanian di Indonesia adalah hampir 70 persen petani Indonesia berusia lebih dari 50 tahun dan didominasi lulusan SMP.

Di balik kondisi buruk itu, seorang pemuda bernama Baskara Widhi Jayanta yakin masih ada harapan cerah bagi pertanian Indonesia. Bagi Baskara atau Bas, kesejahteraan petanilah yang menjadi alasan mengapa pemuda enggan terjun di sektor pertanian. Bas begitu yakin, masih banyak pemuda ingin masuk ke dunia pertanian asalkan situasi buruk dan ketidaksejahteraan itu sirna.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

“Imej petani itu tidak sejahtera, supply demand masih kacau, beras aja kita masih impor dan kondisi lainnya itu masalahnya,” kata Baskara saat berbincang dengan Solopos.com, melalui Zoom Meeting, Kamis (1/2/2024) pagi.

Bas lahir dan besar di Kota Salatiga, Jawa Tengah. Ia meraih gelar sarjana dari program studi Agribinis Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga. Seusai berkuliah, ia mengikuti sebuah kompetisi perusahaan rintisan (start up) yang digelar Telkom pada 2016. Semangat muda melekat dalam diri Baskara dan dua rekannya. Waktu itu mereka membawa tawaran Smart Gardening dalam kompetisi tersebut.

Keinginan mengembangkan usaha rintisan itu begitu kuat. Berangkat dari misi bahwa untuk menuju suatu kondisi pertanian yang cerdas, maka perlu metode, konsep, dan cara-cara yang pandai. Usai masuk 10 besar start up potensial, Baskara memperkuat misi. Tak lagi sekadar ingin mendapat pendanaan dan hadiah melainkan mengembangkan jaringan di Telkom dan berkontribusi dalam sekup lebih luas.

“Ketiga dari kami diterima semua dan sampai sekarang di Telkom,” kata Baskara tertawa saat mengingat momen itu.

Seusai diterima, ketiganya justru mendapat kesempatan mengembangkan produknya. Mereka kian mendapat ruang aktivasi. Karenanya Baskara tetap di bidang pengembangkan digitalisasi pertanian, sementara kedua temannya ada di divisi lain. Baginya itu tak masalah, justru meluaskan ruang kebermanfaatan dan ekplorasinya. Lagi pula, mereka tetap bisa bekerja sesuai dengan passion masing-masing.

Itulah embrio Agree yang merupakan bagian tak terpisah dari tubuh Telkom Indonesia. Agree menggerakkan digitalisasi pertanian Indonesia sejak 2019. Di dalamnya petani, perusahaan agribisnis, pemodal, lembaga pendidikan, hingga instansi pemerintah bisa membangun ekosistem digital agrikultur.

Pertumbuhan demografi yang besar membuat kebutuhan akan pangan juga kian besar. Bas yakin sektor pertanian akan sangat dibutuhkan. Pertanian selalu menjadi penopang kehidupan manusia. Bahkan korporasi dan pemerintah. Agree menjadi potret bahwa pertanian tidak lagi terbatas pada sawah dan ladang. Pertanian adalah sama dengan yang lain. Mampu menyesuaikan diri dengan zaman. Sekali pun hulunya tak tergantikan.

“Orangnya tambah banyak, kebutuhan makan demikian. Jadi kalau ini enggak ada pasokan, harga [komoditas] ya tinggi,” lanjutnya.

Bas mengakui, Agree belum benar-benar menjawab kebutuhan pertanian Indonesia. Perjalanannya masih panjang. Namun yang terpenting baginya, melakukan sedikit demi sedikit jauh lebih baik dibanding menunggu sesuatu besar datang secara tiba-tiba. Telkom adalah ladang itu sendiri. Jaringan di dalamnya adalah pupuk itu sendiri. Begitu kiranya apa yang didapat Bas selama berada di Telkom. Ia bisa mengaktulisasi keilmuan pertaniannya sekaligus mengkolaborasi disiplin ilmu lain agar lahir satu formula yang tepat bagi kemajuan pertanian. Salah satunya membawa sektor pertanian di ekosistem digital.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya