Bisnis
Minggu, 28 Mei 2023 - 18:18 WIB

Masjid Sheikh Zayed Ramai, Pasar Ngemplak & Gilingan bakal Jadi Pusat Oleh-oleh

Galih Aprilia Wibowo  /  Ika Yuniati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pengendara melintas depan Pasar Ngemplak, Kota Solo, pada Minggu 28/5/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Sejumlah pedagang menyambut baik rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Solo menyulap Pasar Ngemplak dan Pasar Ngudi Rejeki Gilingan menjadi pusat oleh-oleh.

Menyusul kian banyaknya wisatawan berkunjung ke Masjid Sheikh Zayed Solo.

Advertisement

Berdasarkan pantauan Solopos.com pada pukul 09.30 WIB, kios-kios di Pasar Ngemplak banyak yang tutup dan tak ada aktivitas jual beli.  Hanya beberapa kios di depan pasar yang buka, seperti toko kelontong, servis jok, dan toko tembakau.

Tampak rombongan wisatawan melintas di depan Pasar Ngemplak.  Kalaupun mampir ke pasar, mereka hanya antre untuk ke toilet. Tidak jarang pula, wisatawan duduk-duduk di depan Pasar Ngemplak hanya untuk beristirahat.

Advertisement

Tampak rombongan wisatawan melintas di depan Pasar Ngemplak.  Kalaupun mampir ke pasar, mereka hanya antre untuk ke toilet. Tidak jarang pula, wisatawan duduk-duduk di depan Pasar Ngemplak hanya untuk beristirahat.

Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Solo, Heru Sunardi menjelaskan wacana dibentuknya pusat oleh-oleh tersebut.

Saat ini masih tahap kurasi pelaku usaha yang bakal berjualan di pasar tersebut. Proses kurasi ditangani Dinas Koperasi Usaha, Kecil, dan Menengah dan Perindustrian (Dinkop UKM Perin).

Advertisement

Ia tidak menyebut secara detail total pedagang di masing-masing pasar. Namun, posisi Pasar Ngemplak yang berdekatan dengan Masjid Raya Sheikh Zayed disebutnya jadi potensi besar.

“Rencana ya, masih dikurasi oleh Dinkop UKM Perin [untuk] UMKM yang mengisi,” papar Heru saat dihubungi Solopos.com pada Minggu (28/5/2023).

Terpisah, Kepala Dinkop UKM Perin Kota Solo, Wahyu Kristina, menyebut kios-kios kosong di Pasar Ngemplak akan dimanfaatkan untuk berjualan oleh-oleh dan cinderamata.

Advertisement

“Itu bukan membangun, tapi memanfaatkan tempat-tempat kosong di Pasar Ngemplak. Untuk jualan oleh-oleh dan cinderamata,” ujar Ina, sapaan akrabnya.

Sementara itu, salah satu pedagang di Pasar Ngemplak, Rahardyan menyambut baik wacana ini. Mengingat Pasar Ngemplak sering disebut mati suri. Ia berjualan rokok linting dhewe (tingwe) mulai pukul 10.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB.

Ia menguraikan aktivitas perdagangan di Pasar Ngemplak memang relatif sepi. Namun ia mempunyai beberapa pelanggan tetap. Dalam sehari paling tidak ia mampu menjual 20 kilogram tembakau kering sehari.

Advertisement

Namun, ia mengatakan sampai saat ini belum ada sosialisasi terkait wacana tersebut.  Jika nanti menjadi pusat oleh-oleh ia mengaku akan tetap berjualan rokok tingwe.

Salah satu warga setempat, Eko, membenarkan Pasar Ngemplak sering disebut sebagai pasar mati suri. Berbeda dengan Pasar Gedhe ataupun Pasar Legi, aktivitas perdagangan di Pasar Ngemplak tersebut cenderung sepi setiap harinya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif