SOLOPOS.COM - Ilustrasi industri tekstil dan produk tekstil. (Bisnis-Nurul Hidayat)

Solopos.com, SUKOHARJO — Ketua Apindo Sukoharjo, M. Yunus Arianto, mengatakan ada dilema antara nilai investasi yang masuk ke Indonesia dengan serapan tenaga kerja.

“Investasi yang masuk di Indonesia mayoritas berupa industri pengolahan yang padat modal, sehingga tidak membutuhkan banyak tenaga kerja, sedangkan di Sukoharjo mayoritas industrinya padat karya contohnya tekstil, garmen, dan produk turunannya,” papar Ari saat dihubungi Solopos.com, Jumat (5/5/2023).

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Menurut Ari, agar serapan tenaga kerja tinggi, perlu diimbangi dengan banyaknya investasi industri pengolahan padat karya.

Ari melanjutkan, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) juga masih mengalami banyak tantangan.

Tantangan tersebut antara lain bersaing dengan produk dari luar yang lebih murah, atau dengan impor pakaian bekas yang juga mengganggu pasar TPT dalam negeri.

Tantangan selanjutnya bagi TPT adalah ekspor yang masih lesu akibat ekonomi global yang belum pulih, ditambah dengan potensi kegagalan Amerika Serikat (AS) membayar utang negara mereka.

Diketahui, AS merupakan salah satu tujuan ekspor terbesar produk TPT dalam negeri, sehingga kelesuan ekonomi Paman Sam juga diprediksi berpengaruh pada kondisi ekspor TPT lokal.

Menurut Ari, kelesuan ekspor TPT juga membuat penambahan atau pertumbuhan tenaga kerja di sektor tersebut belum dapat berjalan.

Sementara itu, Key Account Officer Divisi Ekspor PT Danar Hadi, Eko Sudarsono, mengatakan ekspor kain batik Danar Hadi pada kuartal I 2023 terbilang ajeg dengan penjualan sebesar Rp4,3 miliar. Namun, dia mengatakan untuk kuartal berikutnya masih belum dapat diprediksi kondisinya.

“Kondisi kuartal berikutnya ini masih belum tahu ya, tetapi pembelian masih tetap stabil sampai sekarang, bahkan pasca Lebaran kemarin ada buyer baru berkunjung dan mau berbisnis dengan kami,” papar Eko saat dihubungi Solopos.com via sambungan telepon, Jumat.

Eko mengatakan PT Danar Hadi masih tetap optimistis ekspor stabil karena produk mereka dipakai untuk hobi quilting di Amerika Serikat. Namun, dia menyadari ada beberapa garmen yang mulai merasakan lemahnya ekspor produk-produk apparel mereka.

Kondisi ekspor pasar quilting menurut Eko stabil sepanjang tahun dan hanya agak turun saat awal serta akhir tahun. Dia menambahkan saat Lebaran, pembeli mereka sudah memahami dan memberi waktu bagi PT Danar Hadi untuk libur Lebaran terlebih dahulu.

Eko mengatakan ekspor quilting menyumbang pendapatan sebesar 14-15% bagi PT Danar Hadi, sementara sumbangan pendapatan lainnya dari produk lokal serta produksi benang.

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, November 2022 lalu tekstil menyumbang ekspor dalam negeri sebesar US$283,90 juta, sedikit unggul dibandingkan furnitur yang besarannya US$ 203,08 juta.

Negara tujuan ekspor indutri pengolahan non migas terbesar November 2022 masih dirajai oleh China (US$4.152,21 juta) dan Amerika Serikat (US$2.067,44 juta). Secara year-on-year dibandingkan November 2021, ekspor ke AS turun sebesar 17,11%.

Pada November 2022, nilai ekspor industri tekstil sebesar US$283.90 juta, sementara pakaian jadi sebesar US$283,90.

Secara yoy, ekspor tekstil turun, bernilai sebesar -34,70% dibandingkan November 2021, sementara ekspor pakaian jadi sebesar -4,80% dibandingkan periode waktu yang sama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya