Bisnis
Rabu, 9 Februari 2022 - 07:32 WIB

Maraknya Shadow Banking Jadi Tantangan Ekonomi Digital, Ini Langkah BI

Bayu Jatmiko Adi  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Doni P. Joewono, saat Webinar Rekomendasi Ekspedisi Ekonomi Digital 2021, yang disiarkan di Youtube Solopos TV, pada Selasa (8/2/2022). (Youtube SoloposTV)

Solopos.com, SOLO — Di tengah masifnya pertumbuhan ekonomi digital, ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah maraknya shadow banking, di mana peranan nonbank seperti fintech terus meningkat.

Serta ada kemungkinan mereplikasi layanan yang dulunya hanya ditawarkan perbankan dan lembaga keuangan.

Advertisement

Hal itu diungkap Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Doni P. Joewono, Webinar Rekomendasi Ekspedisi Ekonomi Digital 2021, yang disiarkan di Youtube Solopos TV, pada Selasa (8/2/2022).

Dia mencontohkan tentang shadow banking antara lain maraknya pinjaman online (pinjol). Tantangan selanjutnya mengenai lanskap risiko yang mulai bergeser.

Advertisement

Dia mencontohkan tentang shadow banking antara lain maraknya pinjaman online (pinjol). Tantangan selanjutnya mengenai lanskap risiko yang mulai bergeser.

Baca Juga: Ekspedisi Ekonomi Digital: BNI Xpora, Solusi UMKM Tembus Pasar Global

Melihat hal ini ini Bank Indonesia (BI) memberikan perhatian secara lebih pada aspek proteksi data, tindak pidana pencucian uang dan persoalan perlindungan konsumen dan risiko lain.

Advertisement

Doni menjelaskan BI sudah meluncurkan konfigurasi ekonomi dan keuangan digital yang didesain untuk mendorong transformasi ekonomi dan keuangan Indonesia ke arah digital. Saat ini ada beberapa inisiatif yang dilakukan BI.

Di antaranya pengembangan QRIS yang per akhir 2021 telah mencapai lebih dari 13,6 juta merchant dengan nominal transaksi Rp27,7 triliun. BI juga meluncurkan BI Fast yang menyediakan layanan 24 jam dalam tujuh hari.

Reformasi pengaturan terkait sistem pembayaran juga dilakukan. Ada pula standarisasi open API untuk mendukung keuangan digital. Selanjutnya BI akan meneruskan dan memperkuat area pengawasan dan perlindungan konsumen khususnya terkait sistem pembayaran.

Advertisement

Baca Juga: Bank Indonesia Solo Resmikan Pembayaran Nontunai QRIS di Lingkungan UNS

Rekomendasi Ekspedisi Ekonomi

Sementara itu, Presiden Direktur Solopos Media Group, Arif Budisusilo, mengatakan ekonomi digital sudah menjadi solusi yang luar biasa bagi perekonomian Indonesia. Dimana melalui digitalisasi itu, pada 2021 perekonomian Indonesia masih bisa tumbuh hampir 4%.

Dia juga menyampaikan belum lama ini Solopos Media Group juga telah melakukan ekspedisi untuk memotret dan menunjukkan kepada publik tentang manfaat ekonomi digital.

Advertisement

“Saat ini waktunya menunjukkan manfaat yang nyata itu apa sebenarnya dari ekonomi digital,” kata dia.

Baca Juga: Dominasi Raksasa E-Commerce di Ekonomi Digital Tanah Air

Dari ekspedisi itu Solopos Media Group juga memberikan rekomendasi yang diharapkan bermanfaat untuk mendukung pertumbuhan ekonomi digital agar memberikan kontribusi lebih besar untuk perekonomian di Soloraya, di Jawa Tengah dan di Indonesia secara umum.

Pengamat Ekonomi Digital INDEF, Nur Komaria, membenarkan adanya pertumbuhan ekonomi digital saat ini. Bukan hanya pertumbuhan dari sisi perusahaan, namun hingga petumbuhan pengguna atau konsumen ekonomi digital.

“Saat ini yang perlu diperkuat memang mengenai pengamanan cyber dan literasi digital terkait SDM digital,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif