SOLOPOS.COM - Fitur live shopping Tokopedia PLAY. (Istimewa/Tokopedia).

Solopos.com, SOLO — Metode  berjualan dengan melakukan siaran langsung atau live shopping di plafform digital tengah menjamur di masyarakat Indonesia.

Saat pandemi Covid-19 metode ini jadi andalan bagi para usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal. Namun, akhir-akhir ini live shopping diramaikan oleh beberapa artis.

Promosi Layanan Internet Starlink Elon Musk Kantongi Izin Beroperasi, Ini Kata Telkom

Banyak artis yang berjualan dengan pakaian, produk kecantikan, makanan, dan lainnya. Kalangan pedagang Solo menyayangkan fenomena ini. Salah satunya diungkapkan oleh Budiyono, 50.

Pedagang fesyen di Pusat Grosir Solo (PGS) Solo ini merasa tidak adil dengan fenomena tersebut. Namun hal ini juga merupakan masing-masing hak individu. Ia mengaku tidak mungkin menghalangi.

Akan tetapi sebagai pedagang kecil, Budi menyebut hal menyedot konsumen untuk lari ke live shopping artis. Karena tentunya artis ini sudah punya nama di masyarakat

“Tapi itu hak mereka masing-masing ya, tapi juga enggak fair,” terang dia saat ditemui Solopos.com, pada Kamis (21/9/2023).

Salah satu seller online di Shopee, Wildan Farih menyebut hal serupa. Menurut dia, menggunakan metode berjualan live shopping merupakan hak semua orang, baik dari artis, influencer, dan orang lainnya.

Namun menurut Wildan, artis dan influencer ini menang pamor.

“Tetapi artis atau influencer ini mempunyai privilege popularitas jadi semakin tinggi popularitas semakin banyak pula penonton tersebut,” terang dia.

Hal ini, lanjut dia, tentunya berbanding terbalik jika pedagang biasa yang melakukan live shopping. Karena traffic tayangan lebih rendah sehingga akan rendah pula omzet penjualan yang didapatkan.

Pentingnya Kolaborasi

Menurut Ketua Partguyuban UMKM (PUS) Solo, Iman Buhairi Santoso, perlu kolaborasi untuk mendukung perkembangan produk lokal. Sebab, fenomena live shopping artis menurutnya memang cukup merugikan.

Terpisah, Dosen Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS), Nurul Istiqomah menguraikan dugaan penyebab fenomena ini.

Nurul menyebut fenomena ini berhubungan dengan perubahan pergeseran hiburan masyarakat dari televisi ke Internet. Misalnya ada beberapa perusahaan televisi ingin mengejar pangsa pasar anak-anak muda atau eksklusif muda.

“Ternyata bergeser, mereka [anak muda] lebih suka nonton YouTube. Sehingga para artis kehilangan pasar, permintaan mereka untuk mengisi acara menurun. Sedangkan gaya hidup sudah terbentuk, jadi mereka akhirnya harus mencari lahan lain untuk menjadi sumber pendapatan. Dan mereka tahu ‘nama’ mereka adalah berharga,” terang Nurul kepada Solopos.com, Jumat (22/9/2023).

Apalagi dengan kemudahan membuat akun platform digital, sehingga ketergantungan para arti pada produsen televisi akan berkurang.

Setidaknya, itu menurut Nurul juga menaikkan bargaining power mereka tidak langsung ke televisi. Hal ini menurut Nurul terjadi juga platform digital TikTok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya