SOLOPOS.COM - Melly Goeslaw memeriahkan perayaan Anniversary ke-9 tahun The Park Mall Solo Baru dalam pertunjukan yang digelar di Broadway Atrium The Park Mall, Minggu (6/11/2022). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri).

Solopos.com, SOLO — Penyelenggaraan konser musisi nasional dan internasional dianggap pengamat ekonomi sebagai pasar konsumtif yang memiliki sisi baik dan buruk.

Dosen Ekonomi Pembangunan UNS, Nurul Istiqomah, mengatakan sisi baik dari event konser adalah ekonomi tumbuh terutama dari pasar Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE).

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Namun, dia tidak menampik jika konser adalah event ekonomi yang tumbuh memanfaatkan pola konsumerisme masyarakat Indonesia yang tinggi.

Menurut Nurul, konsumsi berkontribusi pada PDB Nasional dengan rata-rata tahunan sebesar 56%.

Nurul juga mengatakan masyarakat Indonesia yang cenderung  fear of missing out (fomo) menjadi lahan empuk untuk menggaet penonton konser terutama untuk musisi papan atas yang terkenal.

Dia menjelaskan masyarakat yang ingin menonton konser dapat mengalami dua kemungkinan.

“Kalau pemasukannya tidak cukup untuk nonton konser tetapi sudah dilanda fomo malah larinya ke pinjol [pinjaman online] entah bisa melunasi atau tidak, kemudian seperti banyak yang terjadi di media sosial, calon penonton konser juga rentan kena tipu penjualan tiket konser,” papar Nurul saat dihubungi Solopos.com lewat sambungan telepon, Senin (15/5/2023).

Nurul mengatakan saat ini pemerintah perlu edukasi skala prioritas kepada masyarakat, juga meningkatkan kesadaran terkait rentannya penipuan yang marak terjadi mengincar calon pembeli tiket konser yang tidak waspada.

Hal ini karena menurutnya penyelenggaraan konser di Indonesia menunjukkan keberhasilan pasar MICE Indonesia tumbuh, sehingga langkah yang diperlukan adalah memastikan masyarakat tidak melampaui pola konsumsi sehari-harinya hanya karena fomo menonton konser.

Nurul juga menjelaskan tidak hanya untuk menonton konser, saat ini banyak mahasiswi UNS yang terjerat pinjol untuk memenuhi kebutuhan flexing dan terkena fomo.

Dia menceritakan banyak mahasiswi UNS yang mengambil pinjol terutama untuk memenuhi keinginan memiliki make up dan kosmetik yang banyak dari jenama ternama seperti sering dipakai teman-teman mereka.

Selain untuk kebutuhan kosmetik, mahasiswi juga mengambil pinjol untuk membeli ponsel agar memakai ponsel keluaran terbaru dan tidak ketinggalan zaman.

Menurut Nurul, proses pemberian pinjol yang sangat mudah hanya dengan mengirim foto selfie dengan KTP dipilih mahasiswi dan generasi Z untuk mendapatkan uang dengan cara instan sehingga segera bisa dipakai untuk berbelanja memenuhi keinginan.

Kondisi ini bisa menimbulkan lonjakan angka kriminalitas jika pembayarannya macet. Tingginya penggunaan pinjol juga disebabkan kemampuan ekonomi masyarakat yang rendah sehingga angka pengangguran semakin banyak.

Namun, masyarakat terlanjut memiliki pola konsumtif yang tinggi sehingga mereka mengambil pinjol sebagai jalan cepat mendapatkan uang.

Menurut Nurul, saat korban pinjol tidak bisa membayar utangnya tetapi mendapatkan tagihan setiap hari, mereka akan mencari jalan pintas agar tidak ada tagihan lagi.

Jika gelap mata, mereka bisa mencuri atau tindakan lainnya.

Seorang pegawai di Solo, Indika Cahya, mengatakan tidak tertarik menonton konser Coldplay di Gelora Bung Karno November 2023 mendatang karena harga terlampau mahal jika dibandingkan pendapatannya.

“Kalau Coldplay pilih enggak nonton, mahal sampai jutaan dan harus ke Jakarta yang artinya perlu menyiapkan biaya akomodasi. Alhamdulillah tidak pernah ada rasa fomo sehingga memang saya tahu Coldplay, tetapi tidak yang sampai nge-fans jadi ikhlas saja melewatkan konsernya,” ujar Indika.

Menurut Indika, untuk saat ini dia hanya akan menonton konser jika musisi yang diundang adalah musisi favoritnya dan penyelenggaraan di Solo dengan harga tiket di kisaran Rp500.000.

Tentunya dia berharap suatu hari bisa menonton konser musisi favorit walaupun tarifnya di atas Rp1 juta.

Tetapi mengingat gajinya yang belum memenuhi gaya hidup yang mencukupi untuk menonton konser, Indika memilih tidak menghambur-hamburkan uang untuk itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya