Bisnis
Senin, 6 November 2023 - 22:28 WIB

Marak Kasus Arisan Online Bodong, Banyak Kena Tipu karena Tergiur Dana Instan

Galih Aprilia Wibowo  /  Ika Yuniati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi arisan online. (freepik)

Solopos.com, SOLO — Pengamat ekonomi Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Bhimo Rizky Samudro menyebut beberapa orang masih meminati arisan online karena membutuhkan dana instan. Walaupun risiko arisan online dengan nilai besar bakal berujung penipuan.

Bhimo menjelaskan walaupun pemulihan ekonomi setelah pandemi Covid-19 yang membaik, namun ada beberapa segmen kebutuhan masyarakat yang masih cukup berat.

Advertisement

Cara instan untuk mendapatkan dana segar dengan akses yag mudah menjadi salah satu faktor arisan online digemari.

“Arisan online ini termasuk salah satu yang mungkin menjadi salah satu yang boleh dibilang sumber dana segar dengan akses tidak terlalu sulit, meskipun risikonya lumayan besar,” ujarnya saat dihubungi Solopos.com, Senin (6/11/2023).

Advertisement

“Arisan online ini termasuk salah satu yang mungkin menjadi salah satu yang boleh dibilang sumber dana segar dengan akses tidak terlalu sulit, meskipun risikonya lumayan besar,” ujarnya saat dihubungi Solopos.com, Senin (6/11/2023).

Masifnya perkembangan teknologi saat ini juga harus dibarengi literasi keuangan yang kuat. Bhimo menyebut banyak orang yang paham teknologi, misalnya media sosial tapi tidak dibarengi penguatan literasi keuangan dan berbagai risikonya.

Selain itu, ia menilai banyak orang yang terpaksa mengikuti gaya hidup dan modal usaha yang membuat arisan online ini menjadi salah satu alternatif sumber dana.

Advertisement

Ia juga menguraikan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) perlu mengedukasi lebih lanjut melaluis sosialisasi kepada masyarakat.

Sementara itu dilansir dari Bisnis.com, Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2022 yang sudah dirilis secara resmi oleh OJK menunjukkan indeks literasi dan inklusi keuangan di Indonesia mengalami kenaikan menjadi 49,68 persen dan 85,10 persen.

Jumlah tersebut meningkat dibandingkan dengan 2019 yang masing-masing sebesar 76,19 persen dan 38,03 persen

Advertisement

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi, menuturkan, saat ini indeks literasi nasional sudah menyentuh angka 49 persen.

“Harapannya, [indeks literasi keuangan] bisa mencapai 52 persen atau 53 persen di akhir tahun,” sebut Friderica, Selasa (25/7/2023).

Sementara itu, sejauh ini Presiden RI Joko Widodo menargetkan di tahun 2024 inklusi keuangan mencapai 90 persen. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun optimis dapat memenuhi angka yang ditargetkan Presiden tersebut.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif