SOLOPOS.COM - Pengunjung memadati salah satu pusat perbelanjaan di Solo Paragon Mall, Selasa (3/5/2022). (Solopos.com/Siti Nur Azizah)..

Solopos.com, SOLO — Dosen Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS, Evi Gavitiani, telah memprediksi pengeluaran masyarakat selama Ramadan dan Lebaran bakal membengkak  pada tahun ini.

“Pengeluaran ekstra sudah pasti terjadi saat Ramadan dan Idul Fitri, karena biasanya sudah ekstra, sekarang kondisinya masyarakat masih ingin memuaskan hasrat belanja dan berpesta setelah aktivitas terpaksa berhenti selama pandemi Covid-19,” papar Evi saat dihubungi Solopos.com, Rabu (12/4/2023).

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Evi mengatakan pengeluaran ekstra tidak hanya untuk warga Muslim tetapi juga non-Muslim.

Hal ini karena pada Ramadan dan Idul Fitri di Indonesia melekat tradisi turun menurun untuk berpesta mulai dari hidangan berbuka dan sahur sekaligus dari yang dipakai sehari-hari guna bertemu orang lain saat berbuka bersama atau halalbihalal.

Evi menambahkan tradisi juga dilengkapi dengan berbagi bingkisan berupa makanan, pakaian, dan barang-barang yang sekarang sering disebut sebagai hampers yang ditawarkan oleh produsen, reseller, maupun toko retail dengan berbagai harga.

Menurut Evi, hal itu menambah pengeluaran masyarakat di momen Ramadan dan Lebaran.

Selanjutnya juga dari pengeluaran untuk kesiapan transportasi masyarakat dalam bermudik.

Kemudian saat Lebaran, pengeluaran masyarakat juga untuk makanan khas Lebaran contohnya untuk memasak opor, roti-roti lebaran, minuman segar & kemasan, serta amplop berisi uang untuk anak-anak kecil dari orang tua.

Evi menjelaskan pengeluaran ekstra masyarakat ini terjadi setiap tahun, terutama saat Lebaran tiba.

Pola pengeluaran yang lebih banyak dari bulan-bulan biasa juga didorong dengan pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) untuk seluruh masyarakat yang bekerja.

Sementara itu, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS, Nurul Istiqomah, mengatakan pekan ketiga Ramadan pergerakan masyarakat mulai tinggi untuk berbelanja Lebaran sekaligus persiapan mudik.

Hal tersebut berhasil menggerakkan ekonomi selama Ramadan dan Lebaran 2023.

Namun dia mengatakan ada sedikit kelesuan yang dirasakan oleh masyarakat akibat penyerapan tenaga kerja yang melemah sehingga banyak yang tidak memiliki pendapatan ataupun THR, menyebabkan daya belanja lebih rendah dari sebelumnya.

“Biasanya menjelang lebaran pemerintah giat untuk memperbaiki infrastruktur jalan dan jembatan supaya mudik lebih lancar, tapi kenyataannya pada tahun sekarang hal tersebut lebih sedikit dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” ujar Nurul saat dihubungi Solopos.com, Jumat (7/4/2023).

Nurul menuturkan hal tersebut akan berdampak pada penyerapan tenaga kerja padat karya, sehingga jika penyerapan tenaga kerja sedikit, maka daya beli masyarakat juga jadi rendah karena tidak ada uang untuk berbelanja.

Menurut Nurul, tingkat inflasi Kota Solo di bulan Maret yang lebih rendah dibandingkan Februari menunjukkan permintaan agregat menurun, yang juga terbukti dari deflasi di beberapa daerah.

Nurul menambahkan, hal itu menunjukkan ada kelesuan ekspor yang ditambah dengan isu resesi membuat penurunan GDP Indonesia, yang kemudian membuat terjadi keterlambatan penerimaan THR dan aktivitas belanja menjelang Lebaran 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya