SOLOPOS.COM - Warteg Kharisma Bahari yang berada di kawasan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) di Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, pada Jumat (25/8/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo)

Solopos.com, SOLO — Dalam beberapa bulan terakhir, warteg atau Warung Tegal mulai menjamur di wilayah Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Warteg menjadi penyelamat mahasiswa dalam urusan perut karena harga menu makanan yang relatif terjangkau.

Usaha warteg mudah ditemui di mana saja dan menjadi tempat makan yang tidak pernah sepi pembeli. Kondisi ini bisa menjadi peluang usaha, mengingat setiap harinya orang-orang pasti membutuhkan minum dan makan dengan anggaran ramah di kantong.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Berdasarkan penelusuran Solopos.com, sejumlah warteg yang menjamur di wilayah UMS di Pabelan, Kartasura, Sukoharjo, antara lain Warteg Kharisma Bahari, Warteg Citra Baru, Warteg Makmoer dan beberapa warteg sederhana lainnya. Jarak antara warteg satu dengan lainnya cukup berdekatan, misalnya Warteg Kharisma Bahari yang hanya berjarak kurang dari 200 meter.

Kemudian di wilayah Kampus I UMS Solo jarak antarwarteg juga tidak lebih dari 500 meter. Setidaknya ada belasan warteg dalam kawasan UMS Solo.

Karakteristik bangunan warteg tampak dari kursi panjang yang mengelilingi etalase kaca. Menu-menu yang ditawarkan terlihat dari etalase kaca.

Pembeli bisa memilih menu yang disediakan hanya dengan menyentuh etalase kaca tersebut. Kemudian warna warteg yang dominan hijau dan kuning menyala. Ada puluhan menu yang disediakan, mulai dari tempe orek, aneka sayur, kerang, telur, dan lain-lain.

Marketing Warteg Kharisma Bahari, David, menjelaskan ada dua outlet warteg sejak Juni yaitu di UMS Solo dan di kawasan Pabrik Sritex, Sukoharjo. David menjelaskan memang warteg menyasar di wilayah kampus sehingga ketika kali pertama ia memilih lokasi di wilayah Soloraya adalah di kawasan UMS.

Sebelumnya ia berhasil mengerjakan 30 outlet di Yogyakarta sejak November 2022, butuh waktu sebentar warteg sudah menjajah Yogyakarta. Ia menyebut lokasi paling potensial untuk bisnis warteg adalah di sekitar kampus, pabrik, pasar dan perkantoran.

Ia memutuskan untuk babat alas di wilayah Soloraya karena cukup potensial dengan adanya permintaan waralaba yang cukup banyak. Namun hal ini diikuti dengan pesaing lainnya yang mulai bermunculan. Sebab Warteg Kharisma Bahari memang hadir lebih dulu wilayah UMS. Menurut David para pesaing sudah diprediksi bakal bermunculan. “Ya pasti muncul persaing,” terang David saat berbincang dengan Solopos.com pada Kamis (24/8/2023).

Ia menjelaskan warteg telah eksis dan menjamur di Jakarta sehingga pasar warteg makin sempit. Oleh sebab itu, ia memutuskan untuk melirik wilayah, Solo, Yogyakarta, dan Semarang.

David menguraikan daya tarik warteg adalah pada rupa, rasa, dan harga. Selain itu pemilihan lokasi juga penting dalam bisnis ini, ia menyasar daerah kampus, pabrik dan perkantoran. Ciri khas menu makanan yang ia jual adalah masakan rumah, menurutnya, menu di warteg sama dengan makanan yang selalu disantap ketika di rumah.

Berbeda dengan warmindo yang menyasar kebutuhan orang nongkrong, lalu lintas pembeli di bisnis warteg menyasar orang yang butuh makan lalu pergi dengan durasi singgah yang relatif sebentar. Ia juga menyediakan metode pembayaran Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) untuk melayani kebutuhan pembeli.

Tidak seperti warteg kebanyakan dengan sistem pembayaran tunai, menurutnya fasilitas QRIS ini sangat diperlukan. Menurut David pola perilaku masyarakat yang berubah menjadi cashless menjadi faktornya. Misalnya di Warteg Kharisma Bahari yang terletak di kawasan UMS, transaksi QRIS bisa tembus Rp1 juta sehari. Untuk manajemen sumber daya manusia (SDM) atau karyawan, ia biasanya mendatangkan orang asli Tegal, Brebes, dan Pemalang.

Salah satu pembeli di Warteg Kharisma Bahari di UMS, Khofifah, menguraikan warteg-warteg di sekitar kampusnya mulai bermunculan dua bulan ini. Beberapa yang ia kunjungi menawarkan menu yang murah dan pas di kantong mahasiswanya.

Sebelum warteg mulai bermunculan, warung makan khas masakan Jawa menjadi pilihan menu santapnya. Ia biasanya merogoh kocek Rp8.ooo hingga Rp10.000 cukup untuk membuat perutnya kenyang. Dengan pilihan menu yang beragam dengan tawaran minum es the gratis menjadi hal yang istimewa menurutnya. Warteg pun menjadi penyelamat mahasiswa dalam urusan perut karena harga menu yang cukup terjangkau.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya