SOLOPOS.COM - Ayam petelur di peternakan ayam di Krakitan, Bayat, Klaten, Jumat (8/10/2021). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, SOLO — Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Jawa Tengah menyebut masih mahalnya harga telur ayam ras salah satunya akibat berkurangnya populasi unggas ini. Berkurangnya populasi ayam petelur merupakan akibat dari mahalnya biaya peremajaan hewan unggas ini.

Ketua Pinsar Jateng, Parjuni, mengatakan harga telur ayam terus berfluktuasi selepas Lebaran. Hal ini disebabkan terjadinya kekosongan produksi di sentra-sentra peternakan ayam petelur di sejumlah daerah.

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Para peternak ayam petelur tak kuasa menahan beban biaya produksi yang terus mengalami kenaikan, terutama setelah badai Covid-19 melanda pada 2020 silam. Di sisi lain, tidak ada regenerasi ayam petelur akibat efek domino badai pandemi Covid-19. “Suplai pasokan telur ayam ras di pasaran berkurang sedangkan permintaan telur cenderung meningkat. Tidak seimbang antara supply dengan demand,” ujar Parjuni, Senin (15/5/2023).

Salah satu peternak ayam petelur di Solo, Eddy Harjanto, mengatakan mahalnya biaya peremajaan ternak tidak bisa dihindari saat ini. Menurutnya dengan tingginya harga pakan, maka secara otomatis biaya peremajaan ternak ikut mahal.

Dia mencontohkan, untuk harga satu ekor ayam siap telur umur 13 minggu didapatkan dengan harga Rp62.400. “Itu masih kasih makan dua bulan lagi, sampai usia awal bertelur. Untuk makan dua bulan berarti tambah biaya,” lanjut dia.

Untuk diketahui, usia ayam sampai bisa bertelur secara optimal adalah sekitar 6-7 bulan. Jika per hari untuk satu ekor ayam membutuhkan biaya Rp850, maka jika dikalikan dua bulan atau 60 hari menjadi sekitar Rp51.000/ekor.

Kalau ditambahkan yakni Rp62.400 dan Rp51.000, maka untuk satu ekor ayam butuh biaya Rp113.000. “Kemudian tidak mungkin saya masuk [ayam] 10.000 ekor kemudian nanti besar jadi 20.000 ekor. Mungkin tinggal 8.000 ekor. Jadi peremajaan itu mahal sekali,” kata dia.

Sebelumnya diberitakan, harga telur ayam ras di sejumlah wilayah, termasuk Solo terus mengalami peningkatan beberapa hari terakhir. Kenaikan harga tersebut salah satunya merupakan dampak dari tingginya harga pakan ternak saat ini.

Berdasarkan informasi harga yang diunggah di www.bi.go.id/hargapangan, harga telur ayam ras di Solo pada Senin (15/5/2023) telah mencapai Rp31.000/kg. Sementara di sejumlah pasar di Solo, harga telur pada Minggu (14/5/2023) juga sudah mencapai Rp30.500-Rp31.000/kg. Harga tersebut lebih tinggi dibandingkan harga telur saat momentum Lebaran kemarin yang hanya sekitar Rp28.000/kg.

Salah satu peternak ayam petelur di Solo, Eddy Harjanto, mengatakan peningkatan harga tersebut sangat dipengaruhi oleh harga pakan yang tinggi. Meski juga ada sedikit dampak dari banyaknya ayam afkir saat Lebaran, namun penyebab utama dari naiknya harga telur ayam ras saat ini adalah tingginya harga pakan.

Dia mengatakan berdasarkan acuan pemerintah, harga jagung dengan kadar air 15% sampai di tangan konsumen adalah Rp5.000/kg. Namun saat ini harga jagung kadar air 17%-18% sampai di tangan konsumen masih sekitar Rp5.800/kg. “Sampai hari ini [seperti itu], dari dulu sebelum Lebaran,” kata dia saat ditemui Solopos.com, Senin (15/5/2023).

Menurutnya, saat ini sudah ada subsidi dari pemerintah meskipun baru diberikan untuk peternak UMKM. Selain jagung, dia menyebut harga katul dan konsentrat juga tinggi. Untuk harga konsentrat saat ini sudah mencapai Rp9.700/kg. Harga tersebut sudah naik tiga kali. Sebelum Lebaran atau awal puasa lalu harga konsentrat sekitar Rp8.800/kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya