SOLOPOS.COM - Progres pembangunan KEK Kesehatan di Sanur, Denpasar, Bali, Kamis (6/7/2023).

Solopos.com, DENPASAR — Pemerintah melalui Kementerian BUMN membuat terobosan baru di Bali, yaitu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan Sanur di Denpasar. Pembangunan KEK Kesehatan itu diharapkan menjadi magnet baru pariwisata di Bali.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan KEK Kesehatan Sanur akan menjadi pusat layanan kesehatan kelas dunia dan magnet pariwisata baru melalui konsep medical & wellness tourism. Erick pun mengapresiasi kolaborasi sejumlah BUMN dalam menghadirkan terobosan tersebut.

Promosi Telkom Dukung Pemulihan 82,1 Hektare Lahan Kritis melalui Reboisasi

“InJourney membangun kawasan, tidak sepotong-sepotong, lalu di sini juga ada bos-bos (BUMN) karya. Jadi tidak semua (BUMN) karya jelek, bagus karya yang ini, ada Nindya Karya, PT PP,” ujar Erick saat meninjau progres pembangunan KEK Kesehatan di Sanur, Denpasar, Bali, Kamis (6/7/2023).

Saat ini, di lokasi tersebut masih berlangsung pembangunan rumah sakit (RS) berstandar internasional yaitu Bali International Hospital (BIH). Selain hotel, BUMN juga melakukan revitalisasi Hotel Grand Inna Bali Beach. Proyek hotel itu ditargetkan rampung akhir tahun ini.

Menurut Erick, hal ini menjadi buah kerja sama yang apik antara holding BUMN pariwisata dan pendukung atau InJourney dengan sejumlah BUMN karya. Nilai investasi proyek tersebut mencapai senilai Rp1,4 triliun.

Erick mengatakan Nindya Karya dan PT PP mampu merevitalisasi Hotel Grand Inna Bali Beach dan exhibition atau tempat pertemuan terbesar di Bali. Ia menuturkan Hotel Grand Inna Bali Beach akan soft opening pada September mendatang dan beroperasi penuh pada awal tahun depan.

Exhibition atau area meeting itu, akan menjadi yang terbesar di Bali. Kapasitasnya mampu menampung 5.000 orang dengan 20 ruang meeting. Erick mengatakan area meeting itu menjadi terbagus dan terbesar di Bali. Bahkan ada pihak yang sudah memesan untuk lima tahun ke depan guna pelaksanaan medical conference.

Erick menilai keberhasilan Nindya Karya dan PT PP patut mendapatkan apresiasi dalam meningkatkan layanan kesehatan dan daya saing sektor kesehatan Indonesia di kancah internasional.

Lebih lanjut Erick mengatakan persoalan utang kadang membelenggu BUMN. Ia menyebut total utang BUMN senilai Rp1.600 triliun, sementara modalnya Rp3.200 triliun.

“Jadi kalau kita usaha, biasanya utangnya 70 persen, modalnya 30 persen. Ini kebalik, utang cuma 34 persen utang, modalnya yang 66 persen,” lanjut Erick dalam keterangan resmi yang diterima Solopos.com.

Erick menyampaikan BUMN karya dengan segala tantangan tetap berkomitmen melakukan pembangunan untuk meningkatkan perekonomian bangsa dan juga menciptakan lapangan pekerjaan. Hal ini yang terkadang luput dari perhatian banyak pihak terhadap upaya BUMN karya dalam mengemban misi mulia tersebut.

“Contoh, ini total proyek Rp1,4 triliun, jadi hotel dan exhibition center dan yakin untung karena membuat sesuatu terobosan, membuat kawasan khusus ekonomi kesehatan pertama. Inilah kalau mau kompetisi dengan negara-negara Asia Tenggara kita harus punya sebuah proyek yang nyata dan punya nilai jual,” kata Erick.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya