SOLOPOS.COM - Pemilik Nasi dan Ketan Totogan, Aryana melayani pembeli, di lapak miliknya, daerah Jl. R. M. Said, Ketelan, Banjarsari, Solo, Jumat (14/4/2023) tengah malam. Ia menjual aneka sayur, nasi, bubur, dan ketan. Nasi sayur yang ia jual dihargai Rp2.500 per porsi. (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Nasi dan Ketan di warung makan Totogan kuliner tengah malam di Kota Solo selalu ramai pembeli, hingga harus menggunakan nomor antrean. Tidak sampai dua jam, semua makanan yang dijual selalu ludes, bahkan banyak pembeli yang kehabisan.

Pemilik Nasi dan Ketan Totogan, Aryana, 54, menguraikan telah berjualan sejak 2000. Selama 23 tahun ia berjualan dagangannya selalu diburu masyarakat karena terkenal murah. Ia menjual nasi, ketan, bubur, dan aneka sayur, hingga gorengan dan aneka menu pelengkap lainnya.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Satu porsi nasi sayur, ia jual dengan harga Rp2.500 per porsi, sementara itu jika ditambah telur dibanderol dengan harga Rp5.000 per porsi.

Ketan juruh yang ia jual cukup dengan harga Rp2.000 per porsi. Menu pelengkap lainnya, juga terjangkau, teh hangat hanya Rp1.000, dan aneka gorengan mulai Rp1.000.

“Nasi sayur Rp2.500, pakai telur Rp5.000, kalau telur mundhak mboten terpengaruh, lombok larang ya sudah. Sing penting saget mubeng,” ujar Aryana saat berbincang dengan Solopos.com, pada Jumat (14/4/2023).

Khusus untuk Ramadan, Aryana berjualan nonstop tanpa libur. Pada hari-hari biasa ia hanya libur sehari tiap pekan, yaitu pada Minggu malam.

“Buka setengah satu pagi, biasanya pukul 02.00 WIB sudah habis, kalau agak lama sampai jam 03.00 WIB. Kalau pas hujan bisa sampai Subuh, kalau ujan [orang] enggak mau ada yang keluar. Menu yang paling cepat habis sayur lombok ijo,” terangnya.

Banyak pelanggan tetap yang rutin untuk membeli dagangannya. Kadang Aryana meminta untuk berhitung sendiri total berapa yang harus dibayarkan oleh pembeli.

Ia mengaku tidak apa-apa jika dibohongi, kalau misalkan ada pembeli yang curang. Aryana mengaku sering menawarkan makanan secara cuma-cuma bagi pembelinya.

Saat awal berjualan Aryana tidak memilih waktu tengah malam seperti sekarang, sebelumya ia memilih berjualan saat Subuh untuk menu sarapan pagi. Karena banyak pelanggan yang menunggu sebelum ia buka saat Subuh tersebut, ia memutuskan untuk menyiapkan dagangannya lebih awal.

“Jualannya dari dulu, ya nasi, bubur, ketan, sayur, sambel goreng tempe, sambel goreng tahu, terik, dan tumpang, dan ketannya bubuk juruh. Pertama jualannya, setelah Subuh, pagi, karena sebelum aku dagang aku sudah ditunggu orang, aku kan lebih baik maju, aku pilih itu menyiapkan lebih dulu, jangan sampai ditunggu orang. Maksud saya awalnya seperti itu, tapi saya sudah maju tapi yang beli ikut maju lagi,” papar Aryana.

Aryana mengaku dari dulu hingga sekarang ia berjualan di depan SMA Muhammadiyah 1 Surakarta itu saja.

Awalnya ia belum memakai nomor antrean, namun karena selalu ramai dan bingung siapa yang datang lebih dulu, ia memutuskan memakai nomor antrean hingga 50 nomor. Satu nomor antrean biasanya dipakai untuk rombongan beberapa orang.

“Awal buka, ya sudah 23 tahun yang lalu, saya jualnya nasi sayur cuma Rp1.500 sekarang Rp2.500,” ujar Aryana.

Ditanya apakah ia tidak rugi berjualan dengan harga murah, ia mengaku tidak masalah yang penting bisa buat modal kembali. Ia juga enggan menyebutkan detail omzet yang ia raup dari berjualan ini.

Untuk stok dagangan ia biasanya menyesuaikan budget, namun tidak menyebutkan detail berapa yang dibutuhkan karena tergantung harga pasar. Dagangan yang ia jual juga tidak banyak, dan ia selesai berjualan ketika barang dagangannya selesai.

“Biasanya dari siang sudah racik-racik. Pulang dari dagang pukul 03.00 WIB, pulang bersih-bersih cuci piring, pukul 04.00 WIB ke pasar belanja. Nanti gantian sama bapake [suami], yang menyiapkan minuman,” ujar Aryana.

Menurut Aryana banyak orang yang tidak percaya dengan harga yang harus dibayarkan ketika selesai makan. Menurutnya orang-orang ramai datang ke lapaknya karena promosi dari mulut ke mulut. Ia juga tidak bisa memperkirakan berapa total orang yang datang untuk membeli setiap malam ke lapaknya.

Salah satu pembeli, Ardyan Saputro, membeli empat bungkus ketan untuk dibawa pulang. Ia juga membeli nasi sayur dengan telur untuk dimakan di tempat.

“Sering ke sini karena murah, selain itu juga enak. Jajannya malam, karena memang kerjanya sif malam, jadi pas dengan waktu pulang kerja sekalian mampir,” ujar Adryan.

Pembeli lainnya, Dyah Ayu menguraikan baru pertama kali makan di lokasi tersebut. Ia tertarik untuk mencoba makan warung legendari itu karena melihat unggahan di Instagram.

Karena baru pertama kali datang ia kaget aneka gorengan dan tusukan hati ayam dan usus ayam ludes hingga tidak sempat mencicipinya. Menurutnya, harga yang ditawarkan juga cukup murah, tapi standar makan murah di Solo memang dalam rentang harga yang Aryana tawarkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya