SOLOPOS.COM - Penampakan motor salah satu kurir di Solo, Arif, yang siap berangkat mengantarkan paket di gudang JNT Express Blulukan Colomadu Sabtu (15/4/2023). (istimewa).

Solopos.com, SOLO —  Kurir jasa ekspedisi di Solo bekerja hampir 24 jam selama periode Ramadan hingga menjelang Lebaran. Saban hari, mereka sibuk membawa banyak barang untuk diantarkan kepada pemiliknya.

Salah satunya yang dilakukan oleh kurir kargo di Solo, Dedy Setiawan. Pria berumur 27 tahun ini bekerja di jasa ekspedisi sejak 2021.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Bermula dari freelance, kemudian menjadi pegawai tetap. Banyak pengalaman berkesan diceritakan oleh kurir kargo ini. Salah satunya ketika dua pekan awal bekerja.

Membawa truk kargo buka hal yang mudah apalagi baru belajar hingga dua pekan. Dedy pernah menabrak mobil hingga penyok. Beruntung, pemilik mobil memaklumi kesalahanya.

Kesibukan Dedy semakin meningkat menjelang Hari Raya Idul Fitri. Paket yang dikirimkan jauh lebih banyak dari biasanya.

Paket yang melonjak naik membuat kurir harus bekerja lebih extra tak mengenal waktu.

“Tahun lalu malah saya pernah malam takbiran itu masih nganter paket mba, karna ya memang harus segera sampai ke pemiliknya, kasian kalo mau di pake Lebaran,” ujar Dedy, Sabtu (15/4/2023).

Meski identik dengan pekerja lapangan, Dedy mengaku senang dan nyaman menjadi seorang kurir kargo. “Suka bertemu orang baru, jam kerja yang fleksibel dan pekerjaan lapangan menjadi alasan nyaman bekerja sebagai kurir,”  kata Dedy.

Namun, bukan berarti tanpa masalah. Tantangan terberat Dedy adalah ketika mengantarkan ke gang kecil. Ia harus memarkirkan mobil di pinggir jalan barulah berjalan kaki mencari alamat di gang kecil.

Paket yang besar dan berat dibawanya mengetuk rumah ke rumah untuk menemukan pemiliknya. Seringkali harus menggunakan troli untuk membawa paket yang besar.

Tanggung jawab mengantarkan paket ke rumah- rumah bukan hanya karna bonus. Bonus yang diberikan ketika menjelang Lebaran tak terlalu besar.

“Ingat yang dirumah jangan sambat [mengeluh], kalo capek ingat yang dirumah pasti bakal semangat lagi,” terang Dedy ketika ditanya tips
agar semangat.

Hal serupa dirasakan oleh kurir paket dari ekspedisi yang berbeda, Arif, 27.  Arif hampir tak libur sejak Selasa
(4/4/2023) hingga Hari Raya Idul Fitri nanti.

Ia tak bisa mengambil libur karena banyaknya paket yang menumpuk. Dalam sehari, Arif mampu mengantar hampir 150 paket.

“Ada tiga kloter pagi jam sembilan itu ambil paket diantarkan terus nanti kloter siang jam 12 balik ke gudang lagi sampe kloter
terakhir jam empat sore itu nanti selesai paling malem,” ujar Arif.

Mempunyai hati yang besar dan kesabaran menjadi kunci utama menjadi kurir paket. Motor yang penuh membawa paket sampai paket pernah terjatuh di jalan pernah dia alami selama menjadi kurir.

Untungnya kebersamaan sesama kurir begitu kuat. Paket yang terjatuh ditemukan sesama kurir dan dikembalikan kepada Arif untuk di kirimkan ke alamat rumah pemiliknya.

Menurutnya tantangan yang dihadapi paling berat adalah ketika mengantarkan paket cash on delivery (COD). Ia beberapa kali dibentak dan mendapat perlakuan kasar dari pemilik paket COD.

Pernah juga menghabiskan waktu yang lama untuk menunggu pemilik paket keluar rumah karena harus menerima uang. Menghadapi paket COD yang identik dengan emak-emak galak seolah menguji kesabaran Arif ditengah Ramadan.

Perjuangan tersebut seolah tak sebanding dengan harga antar per paket yang hanya seribu. Pelajaran paling berharga yang didapat selama Arif bekerja menjadi kurir ekspedisi adalah sabar.

“Ya jadi kurir itu yang paling penting ya sabar, sudah itu saja satu kata tapi kalo dilakukan susah sekali,” ujar Arif dengan tersenyum kecil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya