SOLOPOS.COM - Sate Klathak Pak Pong. (Istimewa/BRI)

Solopos.com, BANTUL–Bagi yang belum pernah mencicipi sate klathak, nama tersebut mungkin terdengar unik. Sebenarnya, sate klathak dimasak dengan cara yang sama seperti sate pada umumnya, namun tusuknya tidak terbuat dari bambu melainkan jeruji besi sepeda.

Karena ditusuk dengan besi, panas bara api bisa tersebar lebih cepat dan lebih merata, sehingga dagingnya pun empuk sempurna hingga ke dalam. Alih-alih manis seperti sate biasanya, sate klathak punya rasa yang gurih dan bikin ketagihan.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Sate Klathak Pak Pong termasuk salah satu yang melegenda di Yogyakarta. “Saya merintis usaha ini pertama kali pada tahun 1997 dengan mengontrak sebuah kios kecil pinggir jalan berukuran 6×6 meter di daerah Jejeran, Bantul, Yogyakarta. Kemudian, untuk mengembangkan usaha kuliner ini, pada tahun 2000 saya memberanikan diri pinjam modal usaha ke KUR BRI,” ungkap Zakiron alias Pak Pong selaku pemilik Sate Klathak Pak Pong, dikutip Selasa (16/4/2024).

Nama Pak Pong sendiri ternyata berasal dari bahasa Jawa jempong, yaitu sebutan untuk orang yang bangun tidurnya suka molor atau kesiangan. Saat kecil, Zakiron suka jempong, sehingga oleh bapaknya dipanggil Pong.

Gara-gara itu juga, banyak masyarakat sekitar yang lebih mengenal Zakiron sebagai Pak Pong, ketimbang nama aslinya. Dari situlah nama Sate Klathak Pak Pong kemudian lahir.

Pascagempa Yogyakarta pada 2006, nasib baik justru dialami Sate Klathak Pak Pong. Masifnya pembeli membuat nama Sate Klathak Pak Pong melambung. Banyak media yang gencar memberitakannya, sehingga makin banyak orang yang penasaran buat mencoba.

“Pada tahun 2010, lewat fasilitas KUR BRI, saya meminjam modal usaha lagi untuk membeli tanah dan mendirikan bangunan permanen untuk Sate Klathak Pak Pong pusat yang beroperasi sampai sekarang,” jelasnya.

Pak Pong mengaku daging yang digunakan untuk pembuatan sate klathak ini berasal dari kambing yang disembelih sendiri setiap hari.

“Di hari-hari biasa, kami bisa menyembelih 20-30 ekor kambing sehari. Sementara saat akhir pekan maupun momen libur panjang, seperti Lebaran, kami bisa menyembelih hingga 40-50 ekor kambing sehari. Dengan jumlah tersebut, kami bisa meraih omzet sekitar Rp35 juta-Rp50 juta per bulan,” imbuhnya.

Tempat makan ini ternyata juga punya menu lain yang difavoritkan pelanggan, yaitu krenyos dan tengkleng kambing. Banyak pelanggan yang memesannya, terutama anak-anak muda, sehingga kedua menu tersebut kerap habis duluan.

Adapun krenyos merupakan daging sandung lamur kambing yang digoreng dengan bumbu garam dan disantap dengan sambal bawang mentah atau sambal kecap.

Pengunjung Rela Antre 2 Jam

Pak Pong mengakui tempatnya ramai dijadikan tempat buka bersama saat Ramadan, dan pengunjung semakin membeludak menjelang Lebaran, “Mungkin karena di akhir-akhir Ramadan sudah mulai banyak orang yang mudik ke Yogyakarta, sehingga setiap H-5 lebaran Sate Klathak Pak Pong ini selalu ramai sampai H+10llebaran. Tak jarang, omzetnya bisa mencapai Rp50 juta per bulan,” ungkapnya.

Saking melegendanya, Sate Klathak Pak Pong bisa membuat pelanggannya rela mengantre hingga dua jam. Karena tempat duduk terbatas, tidak jarang pengunjung harus berdiri menunggu sampai ada kursi yang kosong.

Saat Lebaran, Sate Klathak Pak Pong juga menyediakan paket hemat untuk beberapa orang yang sudah berisikan sate klathak, tengkleng, kreyos, gulai, dan menu andalan lainnya, sehingga pelanggan tak perlu ribet lagi memesan menu.

Maka dari itu, jangan lupa ajak keluarga maupun orang terdekat lainnya saat mudik atau libur Lebaran untuk mampir ke Sate Klathak Pak Pong Yogyakarta.

Dalam kesempatan terpisah, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan sesuai dengan amanah pemerintah, program KUR bertujuan meningkatkan dan memperluas akses pembiayaan kepada usaha produktif, meningkatkan kapasitas daya saing usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM); dan mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.

“BRI mendapatkan kuota penyaluran KUR terbesar pada tahun 2024, yakni sebesar Rp165 triliun. BRI telah menyalurkan KUR senilai Rp27,2 triliun sepanjang Januari-Februari 2024 kepada 561.000 debitur. Jika dihitung, penyaluran tersebut sekitar 16,5% dari total jatah KUR yang disalurkan BRI tahun ini,” imbuhnya.

Dengan realisasi KUR awal tahun 2024 ini, BRI optimistis bisa mencapai target dari penyaluran KUR tahun ini dengan menerapkan strategi bisnis berkelanjutan.

Strategi bisnis mikro BRI di tahun 2024 akan fokus pada pemberdayaan berada di depan pembiayaan. BRI sebagai bank yang berkomitmen kepada UMKM telah memiliki kerangka pemberdayaan yang dimulai dari fase dasar, integrasi, hingga interkoneksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya