SOLOPOS.COM - Ilustrasi membatik (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, SOLO – Komoditi batik masih menjadi primadona ekspor andalan Kota Solo guna menopang perekonomian dan menambah serapan tenaga kerja. Tren permintaan batik di perdagangan internasional fluktuatif di tengah upaya pemulihan perekonomian yang dilakukan masing-masing negara.

Secara umum, kinerja ekspor batik pada periode triwulan I/2023 tak berbeda jauh dibanding tahun lalu. Kinerja ekspor batik mencatatkan tren positif pada Januari dengan volume 39.436,97 kilogram dan nilai ekspor mencapai US$835.358,90.

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Sebulan kemudian, terjadi penurunan permintaan yang berdampak pada anjloknya volume dan nilai ekspor. Volume ekspor batik pada Februari seberat 31.267,15 kilogram senilai US$563.577,38.

“Awal tahun, permintaan batik dari luar negeri cukup tinggi. Namun, sempat turun yang berpengaruh terhadap nilai ekspor batik pada Februari,” kata Kepala Bidang (Kabid) Pengembangan Ekspor dan Pemasaran Produk Dalam Negeri Dinas Perdagangan (Disdag) Solo, Endang Kurnia Maharani, Rabu (14/6/2023).

Grafik kinerja ekspor batik kembali menorehkan tren apik pada Maret. Terjadi peningkatan volumen dan nilai meski tak sebanyak pada awal 2023. Volume ekspor batik tercatat sebanyak 40.864,72 kilogram dengan nilai US$741.702,33.

Pertumbuhan kinerja ekspor batik diharapkan terus berlanjut pada triwulan II hingga akhir tahun. “Industri batik didominasi industri kecil dan menengah (IKM) yang tersebar di Kampung Batik Kauman, Pasar Kliwon dan Kampung Batik Sondakan, Laweyan. Harapannya kinerja ekspor batik konsisten dalam tren positif hingga akhir tahun,” ujar dia.

Endang menyebut pemerintah potensi ekspor batik di Kota Bengawan cukup tinggi. Karena itu, pemerintah berkolaborasi dengan pelaku IKM batik berupaya mewujudkan ekosistem ekspor guna mendatangkan devisa bagi negara. Terlebih, batik telah ditetapkan sebagai salah satu warisan budaya tak benda oleh UNESCO.

Sementara itu, Kepala Seksi Kepabeanan dan Cukai Bea Cukai Solo, Agung Setijono, mengatakan salah satu upaya pengembangan industri batik menuju pasar global dengan mendirikan Rumah Ekspor pada akhir 2021. Selama ini, para perajin batik masih berfokus pada produk kain. Kendala lainnya, jaringan akses perdagangan internasional masih minim.

Para perajin batik didorong untuk berinovasi terhadap produk menyesuaikan permintaan pasar luar negeri. “Kualitas produk ekspor harus berstandar internasional. Permintaan masing-masing negara juga berbeda. Ini yang menjadi tantangan ekspor batik ke depan,” ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya