SOLOPOS.COM - Ilustrasi petani Sukoharjo menjemur gabah (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, SOLO – Kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah kering panen (GKP) dari Rp4.200 per kilogram menjadi Rp5.000 per kilogram dinilai akan menguntungkan tengkulak namun belum memberikan dampak signifikan bagi kalangan petani. Saat ini, harga GKP di tingkat petani masih di atas HPP yakni Rp5.500 per kilogram-Rp5.700 per kilogram.

Badan Pangan Nasional (Bapanas) secara resmi menaikkan HPP GKP dari Rp4.200 perkilogram menjadi Rp5.000 per kilogram pada 15 Maret. Selain HPP gabah, pemerintah juga menetapkan harga eceran tertinggi (HET) beras medium dan beras premium berdasarkan zonasi.

Promosi Fokus Transformasi, Telkom Bagikan Dividen Rp17,68 Triliun atau Tumbuh 6,5%

Kebijakan itu ditanggapi oleh pengurus Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) di wilayah Soloraya. Mereka menilai kebijakan menaikkan HPP gabah belum berdampak besar terhadap nasib para petani.

“Kenaikan HPP gabah itu apakah harga batas atas atau batas bawah. Ini masih membingungkan para petani. Karena sekarang harga gabah di tingkat petani masih di atas HPP. Di Sukoharjo, harga gabah Rp5.600 per kilogram-Rp5.700 per kilogram,” kata Ketua KTNA Sukoharjo, Sukirno, saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (17/3/2023).

Menurut Sukirno, gabungan organisasi petani pernah mengusulkan HPP gabah di atas Rp5.500 per kilogram. Kenaikan harga gabah guna mengimbangi ongkos produksi padi selama satu musim masa tanam padi. Namun, pemerintah rupanya menetapkan HPP gabah senilai Rp5.000 per kilogram.

Kenaikan harga gabah tersebut cenderung menguntungkan para tengkulak yang bergentayangan di areal persawahan saat masa panen raya padi. “Para broker atau tengkulak berani menawarkan gabah hasil panen dengan harga tinggi. Sebenarnya, polemik harga gabah ini sudah lama dan sampai sekarang belum ada solusi yang paling pas bagi petani. Apakah ada kepastian tidak ada impor beras setelah HPP gabah dinaikkan,” ujar dia.

Pernyataan senada juga disampaikan Ketua KTNA Wonogiri, Dwi Sartono. Meski pemerintah telah menaikkan harga gabah namun mekanisme pasar masih tetap berlaku. Saat ini, harga gabah di tingkat petani di kisaran Rp5.500 per kilogram. Padahal HPP menjadi acuan Perum Bulog dalam menyerap hasil produksi petani.

Menurut Dwi, kerugian masih akan menimpa kalangan petani lantaran cost produksi yang ditanggung selama masa tanam cukup besar. Di sisi lain, konsumen bakal mendapatkan harga beras yang tinggi dan mahal.

“Ini catatan sejarah dalam perberasan di Indonesia. Harga gabah kering panen bisa mencapai Rp6.400 per kilogram pada beberapa bulan lalu. Rekor tertinggi harga gabah di tingkat petani,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya