SOLOPOS.COM - Produk singkong goreng milik gitaris Pecas Ndahe, Ahmad Nurul. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Di tengah kesibukannya sebagai musisi dan manggung bersama band orkes humor Pecas Ndahe, Ahmad Nurul, sejak tiga tahun terakhir membuka usaha bernama Pojok Ijo Kopi & Pohong.

Gitaris sekaligus Presiden Pecas Ndahe itu membuka usaha di rumahnya Banaran, Grogol, Sukoharjo. Bermula dari kecintaan terhadap singkong, dia kemudian terpikir untuk membuat sendiri dalam jumlah yang besar untuk dijual. Tidak mudah menemukan resep dan cara mengolah singkong dengan jumlah banyak.

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Dia mengaku sempat kesulitan ketika mempraktikkan tutorial di YouTube. Bahkan, dia sempat gagal dan banyak singkong olahannya yang hancur. Menurutnya, belajar dari tutorial yang dibagi di YouTube hanya bisa berhasil dalam jumlah kecil.

“Saya nyoba di YouTube sampai habis puluhan [kg singkong] itu banyak yang tidak jadi, saya sudah praktikkan semuanya,” kata dia kepada Solopos.com, Selasa (17/10/2023). Akhirnya, dia memutuskan untuk mengikuti pelatihan cara mengolah singkong.

singkong keju pecas ndahe
Gitaris Pecas Ndahe, Nurul Ahmad, menunjukkan produk singkong olahannya. (Istimewa)

Menurutnya, keberhasilan memproduksi singkong tergantung pada kualitas bahan dan teknik pengolahan. Jika bahan singkong bagus namun cara mengolahnya salah, bisa jadi rasanya tidak enak.

“Jadi olahan singkong yang bagus dan bisa dijual itu ketika sudah jadi merekah dan utuh. Kalau terlanjur empuk dan hancur itu tidak bisa dijual,” kata dia.

Oleh karena itu, dia sangat selektif memilih singkong. Nurul lebih memilih mengambil singkong dari daerah Wonosobo. Menurutnya, di daerah tersebut kualitas singkong yang dihasilkan cukup bagus. “Dari Wonosobo bukan berarti terus bagus, cuma kalau dibuat grafik itu kualitas singkongnya cenderung stabil lah,” kata dia.

Dia mengaku kualitas singkong memang tidak selalu bagus. Ada kalanya hasil panen dari Wonosobo sedang tidak baik. Jika sudah begitu, dia mengaku lebih baik tidak mengambil dan menunggu sampai hasil panen membaik.

Oleh karena itu, produksi singkong di tempatnya tidak menentu. Terkadang Nurul mendapatkan singkong kualitas bagus sebanyak satu kuintal, di hari tertentu dia hanya mendapat tiga puluh kg. Hal ini mempengaruhi jumlah produk yang diproduksi dalam sehari.

“Dalam sehari saya paling banyak satu kuintal, kadang-kadang saya cuman tiga puluh kg. Tidak mesti, karena stok singkong itu naik turun. Kadang susah, kandang gampang, tergantung musim di Wonosobo juga,” kata dia.

Nurul menjual tiga jenis singkong yakni goreng, kukus, dan frozen. Masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda. Singkong goreng buatannya terasa krispi di luar namun dalamnya empuk. Begitu juga dengan kukus, tekstur singkongnya tidak keras dan mudah dikunyah.

Sedangkan untuk singkong frozen, pembeli masih harus memasaknya sendiri. Biasanya pemesan produk ini berasal dari kafe, warung, atau restoran. Dia mengatakan cara menggorengnya pun khusus. 

“Intinya ketika digoreng jangan terlalu sering dibalik dan apinya sedang saja, jangan besar-besar,” kata dia. Untuk produk frozen ini dia pernah mengirim ke luar kota seperti Jakarta dan Surabaya.

Selain menjual langsung di rumah, dia sendiri memasarkan produknya melalui platform digital seperti Go Food, Grab Food, dan Shopee Food. Harganya pun berbeda ketika membeli secara langsung dan daring. Jika beli langsung di rumahnya, singkong matang goreng dan kukus per porsi dibandrol dengan harga Rp10.000. Sedangkan singkong frozen Rp8.000. “Kalau online itu singkong matang Rp15.000, terus singkong frozen Rp12.000,” kata dia.  

Ketika ditanya terkait omzet, dirinya tidak terlalu memikirkan. Baginya, yang lebih penting adalah mempertahankan rasa agar konsisten enak. Sehingga pelanggan tidak pernah kecewa.

“Jadi kadang ora gagas omzet dulu, itu nanti akan datang sendiri ketika kualitas sudah maksimal, saya yakin gitu. Saya hanya mempertahankan kualitas saja. Jangan sampai rasa bumbu itu berubah,” kata dia.

Dia yakin kunci mengembangkan usaha adalah konsistensi. Menurutnya pada waktunya usaha rintisannya itu bakal bisa besar, tinggal menunggu waktu. “Saya hanya yakin semakin lama akan semakin matang jika kita konsisten,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya