SOLOPOS.COM - Produk milik warga Krikilan, Kalijambe, Sragen, Etik Suyati dijual ketika acara Gebyar Sangiran di Museum Manusia Purba Sangiran Klaster Bukuran, Senin (13/11/2023). (Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati)

Solopos.com, SOLO — Kuliner di kawasan Situs Sangiran memiliki potensi yang bisa dikembangkan dan bisa menjadi pilihan wisatawan setelah berkunjung ke museum purba itu.

Misal kuliner tradisional khas desa setempat seperti bonggol gedang, merupakan makanan dari bagian akar pohon pisang yang direbus dan dicacah. Ditambah pewarna dari daun jati muda. Rasa yang dihasilkan biasanya manis dan gurih.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Selain itu ada pula minuman jejak yang biasa dinikmati kala malam dan bermanfaat sebagai penghangat tubuh. Minuman tradisional itu bisa memiliki efek menghangatkan lantaran terbuat dari campuran jahe, kencur, serai dan jeruk nipis.

Kawasan sangiran yang subur akan tanaman palawija juga bisa dimanfaatkan untuk membuat camilan khas Sangiran. Seperti perempuan asal Krikilan, Kalijambe, Sragen, Etik Suyati, 42, yang memanfaatkan pisang dan singkong.

Etik memanfaatkan bahan yang tersedia di wilayah Sangiran seperti singkong yang dia olah menjadi camilan bernama balung kethek. Nama camilan yang unik itu diambil dari Bahasa Jawa yang berarti tulang monyet.

Balung kethek dibuat dari singkong yang dikukus, kemudian dijemur lalu digoreng. Setelah kering akibat paparan sinar matahari, tekstur balung kethek terasa keras.

Mungkin lantaran teksturnya yang keras mirip tulang sehingga warga menyebutnya balung kethek. Namun agaknya berbeda, balung kethek yang dijual Etik tidak keras, namun cenderung renyah dan gurih untuk dimakan. Balung kethek merupakan salah satu camilan yang banyak diburu wisatawan.

Etik tidak memproduksi sendiri balung kethek itu. Balung kethek itu dibuat oleh pelaku UMKM lain di Sangiran yakni Winarsih. Camilan lain yang kini menjadi oleh-oleh khas Sangiran seperti keripik tales, keripik tempe, keripik singkong, sampai keripik sukun juga dia jual. Namun khusus untuk keripik sukun, dia hanya produksi jika sudah masuk musim panen.

“Ini memanfaatkan kearifan lokal saja, hasil pekarangan warga itu kan kalau dijual mentah dijual tidak begitu tinggi, ada nilai lebih lah kalau kita oleh dan dikemas dulu baru kemudian dijual,” kata dia ketika ditemui Solopos.com, Senin (13/11/2023) malam.

Dia menjual produknya tidak hanya secara offline, namun juga online melalui marketplace seperti Tokopedia dan Shopee. Meski begitu, dia menyebut penjualan dari online dan offline seimbang.

“Kadang ada yang dari Bogor atau Jakarta pesan dari online. Yang paling banyak dipesan pembeli luar kota itu balung kethek, sale pisang, sama keripik pisang,” kata dia.

Potensi kuliner yang kaya dari kawasan cagar budaya itu juga ditangkap oleh pihak Museum Purba Sangiran. Pamong Budaya Situs Sangiran, Wahyu Widiyanta, menyebut potensi itu bisa dimanfaatkan dan dikembangkan menjadi wisata kuliner.

“Harapannya kuliner di Sangiran bisa menjadi satu sajian wisata kuliner. Dengan suasana perkampungan, suasana yang di dalamnya masih banyak fosil kita bisa kuliner di situ. Ada pasar yang menampilkan kuliner Sangiran, bisa menjadi suatu yang luar biasa,” kata dia.

Dia menyebut wilayah Sangiran yang terdiri dari 25 desa itu memiliki kuliner dengan keunikan tersendiri. Seperti bonggol pisang, nasi bancakan, gendar pecel, dan lainnya.

Guna memantik agar semakin dikenal, dai menjelaskan ragam kuliner Sangiran sudah pernah ditampilkan pada acara Sangiran Fair 2023 di Terminal Tran Jateng Desa Krikilan pada 3-5 November lalu.

“Kuliner Sangiran memang kita branding untuk naik kelas, dalam arti tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat sendiri, tapi ditampilkan menjadi sesuatu yang bisa dinikmati pengunjung, Nanti seandainya bisa ada event juga menjadi bagian yang ditampilkan,” kata dia.

Menurutnya selama ini kuliner yang merupakan bagian dari masyarakat sedikit terlupakan. Padahal, menurutnya masyarakat harus menjadi subjek dari segala aktivitas pariwisata yang ada di Situs Sangiran.

“Jadi tidak hanya situsnya. Tapi juga seni, budaya, dan kuliner kita harus angkat semua. Karena itu bagian yang tidak bisa terpisahkan dengan situs saringan. Karena di sekitar Sangiran itu ada masyarakat yang di dalamnya perlu kita angkat biar bisa terkenal seperti situsnya,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya