SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO—Kredit macet atau non performing loan (NPL) perbankan di Soloraya pada Desember 2020 sebesar 9,66%. NPL ini turun jika dibandingkan dengan November 2020 sebesar 9,84% dan Oktober 2020 sebesar  10,25%.

Meskipun demikian, angka kredit macet ini terbilang tinggi lantaran dipicu tidak lancarnya pembayaran kredit salah satu debitur besar di Solo.

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Solo, Eko Yunianto, mengatakan persentase kredit macet ini turun jika dibandingkan bulan sebelumnya. Meskipun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya (year on year), NPL naik 0,58% (2019: 9,08%).

“NPL ini senilai Rp8,057 triliun [Desember 2020], sedangkan pada November 2020 nilainya Rp8,173 triliun. Sementara secara yoy nilai NPL-nya Rp7,49 triliun,” ujarnya, akhir pekan lalu.

Baca Juga: Pesawat CN235 Diminati Mancanegara, Ke Mana Saja Pasarnya?

Lebih lanjut Eko menjelaskan sektor yang menyebabkan kredit macet paling besar adalah debitur industri pengolahan, disusul sektor penyediaan jasa akomodasi dan penyediaan makan minum, kegiatan yang belum jelas batasnya, dan konstruksi.

Namun demikian, kredit di bank umum berdasarkan sektor ekonominya adalah paling besar di industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, rumah tangga, dan bukan lapangan usaha lainnya.

Di sisi lain, penyaluran kredit perbankan tumbuh sebesar 0,39% (month to month) pada Desember 2020, yakni dari Rp83,074 triliun (November 2020) menjadi Rp83,398 triliun. Jika dibandingkan dengan dengan bulan yang sama periode tahun sebelumnya (year on year), kredit ini tumbuh 1,05% dari Rp82,532 triliun (2019).

Baca Juga: Beda Data Penerima BST Pusat Dan Daerah, Ini Kata Wali Kota Solo

Aset Bank Tumbuh

Meskipun demikian, aset dan kredit bank umum (bank konvensional, bank syariah, dan unit usaha syariah) tumbuh. Aset tumbuh 0,65% (mtm), yakni dari Rp92,45 triliun menjadi Rp93,051 triliun.

Namun demikian, dana pihak ketiga (DPK) tumbuh minus sebesar -0,81% (mtm), dari Rp77,767 triliun menjadi Rp77,138 triliun. Dari ketiga jenis DPK, giro (-13,59%) dan deposito (-0,48%) yang tumbuh minus, sementara tabungan masih tumbuh positif sebesar 2,41%.

“Kali terakhir kami melakukan koordinasi lintas instansi, OJK, BI, Himbara, dan Bank Jateng terkait evaluasi dan menyusun sinergi rencana program pemulihan ekonomi nasional [PEN],” papar dia.

Baca Juga: Peluang Bisnis Burger Terbuka Dengan Rp6,5 Juta

Eko menggarisbawahi ada beberapa usulan program PEN pada 2021. Ini meliputi sinergi program literasi dan inklusi kepada masyarakat terkait dengan program-program kredit atau pembiayaan serta digitalisasi di industri keuangan.

Sebelumnya, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Solo, Nugroho Joko Prastowo, mengatakan dari sisi lapangan usaha, peningkatan pertumbuhan ekonomi didorong oleh lapangan usaha informasi dan komunikasi. Meski, kinerja sektor konstruksi cenderung melambat.

“Pertumbuhan ekonomi Solo memiliki kontribusi terbesar terhadap perekonomian Soloraya, yakni sebesar 18,37%. Keempat sektor utama penopang perekonoman Solo adalah industri pengolahan [29,04%], perdagangan [17,95%], pertanian [12,07%], dan konstruksi [10,27%],” ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya