SOLOPOS.COM - Founder Lingga Straw, Dhanny Ika Budianto, menunjukkan produk bikinannya di Pamedan Pura Mangkunegaran Solo, Jumat (17/5/2024). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo)

Solopos.com, SOLO— Banyak sisi menarik dari rangkaian acara hari ulang tahun (HUT) ke-44 Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) dan peringatan Hari Kesatuan Gerak (HKG) ke-52 Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) di Kota Solo, yang digelar mulai Rabu (15/5/2024) kemarin.

Salah satunya pelaku usaha dari Purbalingga yang menyulap batang tanaman gelagah menjadi peralatan makan ramah lingkungan. Sebelum dikreasikan menjadi peralatan makan, tanaman gelagah biasanya hanya digunakan untuk membuat sapu ijuk.

Promosi Sambut HUT ke-59, Telkom akan Gelar Digiland Run 2024 di Jakarta

Dalam prosesnya para perajin sapu di Purbalingga membakar batang tanaman gelagah karena dianggap sebagai sampah. Melihat hal tersebut, Founder Lingga Straw, Dhanny Ika Budianto, tertarik memanfaatkan batang tanaman gelagah yang dibuang para perajin.

Pada 2020, Dhanny yang tengah pulang dari Jakarta ke kampung halamannya di Purbalingga dan melihat batang gelagah sisa pembuatan sapu dibakar.

“Jadi saya inisiatif pertama kali saya bikin sumpit dari gelagah. Setelah sumpit saya proses lama kan ternyata bisa dilubangin. Jadi bisa dibikin sedotan juga,” terang Dhanny saat ditemui Solopos.com di acara ekspo UMKM binaan Dekranas di Pamedan Pura Mangkunegaran Solo, Jumat (17/5/2024).

Menurut Dhanny, menggunakan sedotan dari tanaman gelagah lebih aman dibandingkan memakai sedotan plastik. Namun menurutnya, masih perlu mengubah mindset konsumen dan dukungan pemerintah untuk menggalakkan kampanye hidup ramah lingkungan.

Walaupun lebih mahal 30% dari sedotan plastik, Dhanny menyebut pasar sedotan gelagah cukup besar. Produk sedotan gelagah dibanderol dengan harga Rp1.000/buah dan Rp500/kemasan untuk sumpit gelagah.

Dhanny mengaku saat ini ada 35 orang di sekitar rumah produksinya yang membantu memenuhi pesanan sedotan dan sumpit gelagah. Dalam sebulan rata-rata Dhanny mampu memproduksi sedikitnya 40.000 sedotan.

“Kebanyakan pesanan dari pernikahan, perhotelan, dan logonya bisa custom,” kata dia.

Dhanny mengaku banyak mendapatkan pesanan dari Jakarta, Makassar, Bandung, dan Surabaya. Dia juga berkolaborasi dengan perajin sapu dan petani gelagah dari proses penanaman. Dia memilih batang tanaman gelagah dengan ukuran minimal 4 mm.

Batang gelagah tersebut kemudian dipotong sepanjang 24 cm, dilanjutkan dengan proses pelubangan dan sterilisasi. Dhanny mengaku juga telah melakukan uji laboratioum untuk memastikan standar keamanan produk.

Dia mengaku tantangan terbesar untuk membuat produknya adalah mengubah mindset konsumen dan kemampuan produksi barang handmade belum bisa menggunakan mesin.

Dhanny mengaku juga sempat mengirim produk miliknya ke luar negeri dengan bantuan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Menurutnya respons masyarakat terhadap produknya cukup bagus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya