SOLOPOS.COM - Sepeda motor listrik hasil konversi di RWIN Development Solo yang dimiliki Rubiyanto Hadi Purnomo. Foto diambil Selasa (7/3/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Konversi sepeda motor dari bahan bakar minyak (BBM) berganti listrik diklaim bisa menghemat biaya operasional hingga lima kali lipat.

Pemilik RWIN Development Solo, Rubiyanto Hadi Purnomo, mendukung konservasi sumber daya alam menuju dunia yang lebih hijau melalui pelayanan jasa konversi motor listrik. Hal ini, kata Rubiyanto, sejalan dengan Persetujuan Paris atau Paris Agreement yang sudah ditandatangani oleh Presiden Jokowi.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Persetujuan Paris adalah sebuah traktat internasional tentang mitigasi, adaptasi dan keuangan perubahan iklim yang mulai diteken pada April 2016 hingga April 2017.

Rubiyanto mulai mengembangkan konversi motor listrik mulai Agustus 2022 yang sebelumnya sempat terkendala pandemi Covid-19. Rubiyanto menguraikan dalam side event G20 marak membahas mobil listrik.

Ia tertarik dan melirik potensi dalam hal konversi yaitu bukan memproduksi kendaraan listrik baru, tapi fokus modifikasi atau konversi motor-motor yang sudah ada ke elektrik berbasis baterai. Dengan mengonversi sepeda motor yang menggunakan bahan bakar minyak (BBM) ke sepeda motor listrik, ia klaim menjadi lebih hemat.

“Suaranya lebih halus, enggak ada asap, enggak ada getaran. Energi tentu akan lebih hemat, ongkos energi itu dibandingkan dengan Pertalite atau Solar, atau BBM dibanding dengan biaya membayar listrik itu kurang lebih 1:5,” ujar Rubiyanto saat ditemui Solopos.com di bengkelnya yang terletak di Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar, pada Selasa (7/3/2023).

Lebih lanjut, Rubiyanto menjelaskan untuk jarak tempuh dan bobot kendaraan yang sama, menggunakan baterai pasti jauh lebih murah dibandingkan menggunakan BBM.

Semua sepeda motor bisa dikonversikan menjadi sepeda motor listrik, namun menurut anjuran pemerintah, hanya untuk sepeda motor yang berusia paling lama sepuluh tahun. Dengan 2.000 watt energi untuk motor yang mempunyai 150 cubical centimer (cc). Untuk mengonversi jenis ini paling tidak membutuhkan biaya Rp12 juta.

“Range harga konversi motor ini beragam, tergantung tipe motor dan performa atau spesifikasi yang dikehendaki. Range harga mulai, untuk low end Rp12 juta, middle Rp15 juta, dan high Rp18 juta,” ujar Rubiyanto.

Rubiyanto telah beberapa kali melakukan konversi ke sepeda motor listrik. Misalnya untuk spesifikasi menggunakan dinamo HUB DRIVE BLDC 72 Volt 2.000 watt, baterai Lithium Ion 72 Volt 20 AH, kontroler Votol EM 100, pengisi daya atau charger 72 Volt 2 Ampere.

Dari hasil konservasi tersebut mampu membuat motor listrik dengan tiga kecepatan pilihan, misalnya eco untuk kecepatan 45km/jam, kemudian urban 60km/jam, dan sport di atas 60km/jam hingga 90km/jam.

“Kecepatan eco, urban, sport, ini klasifikasinya masing-masing lebih hemat, sedang, boros. Ukurannya pada jarak tempuh, sport lebih galak untuk mendahului. Sedangkan eco, relatif lamban, halus, dan irit, jarak tempuh panjang,” ujar Rubiyanto.

Selain itu untuk mengisi daya motor listrik bisa menggunakan listrik rumah tangga sebesar 450 watt, paling tidak ketika indikator baterai menunjukkan setengah terisi butuh waktu tiga jam untuk penuh. Boros atau tidaknya energi dipengaruhi oleh bobot kendaraan dan bobot penumpang, serta kapasitas dinamo, bengkel ini yang bertugas mengharmoniskan hal tersebut.

Ia sendiri tengah menunggu sertifikasi bengkel dan mekanik untuk mendukung penyaluran subsidi konversi motor listrik dari pemerintah. Karena belum ada mekanisme atau prosedur yang jelas mengenai penerimaan subsidi ini, konsumen masih kerap bertanya.

“Mekanisme atau prosedur penyaluran subsidi Rp7 juta untuk konversi motor listrik belum jelas. Kalau motor listrik dealer baru mungkin tinggal kasih diskon. Kalau konversi prosedur subsidinya bagaimana? Selain itu untuk uji fisik harus ke kota besar, Jakarta, [butuh] biaya tambahan. Sebagai bengkel daerah berharap juga bisa dilakukan di daerah sendiri di Dishub atau Satlantas setempat. Harapan kami untuk sertifikasi bengkel dan mekanik bisa diberi kemudahan juga,” kata Rubiyanto.

Rubiyanto menjelaskan tantangan konversi motor ini adalah harga komponen masih cukup mahal dan sosialisasi ke masyarakat juga belum merata.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya