SOLOPOS.COM - Ilustrasi penipuan digital. (freepik).

Solopos.com, SOLO — Riset platform komunikasi interaksi pelanggan, Twilio membuktikan walaupun kerap terjadi kebocoran data, konsumen di Indonesia masih bersedia membagikan data-data pribadi mereka dengan perusahaan digital.

Namun, konsumen di Indonesia dan Filipina merasa kehilangan kepercayaan terhadap suatu jenama atau perusahaan jika situs mereka tidak secara terang-terangan menunjukkan penggunaan third party cookies (cookies/situs pihak ketiga).

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Fungsi situs pihak ketiga selama ini dipakai untuk merekam data pribadi pengguna situs atau suatu aplikasi.

Sebanyak 48% konsumen di Indonesia menganggap jenama penting menyantumkan mereka menggunakan cookies pihak ketiga ini, disusul 40% konsumen dari Filipina.

Sementara itu dalam rilis riset yang diterima Solopos.com, Sabtu (10/6/2023), menunjukkan konsumen lain di negara Asia Pasifik sudah terbiasa dengan keberadaan cookies yang membuat mereka dialihkan ke situs ketiga saat membuka suatu situs atau aplikasi.

Jika suatu saat nanti cookies pihak ketiga tidak dipakai, maka para jenama akan mendapatkan informasi konsumen mereka secara langsung.

Survei Twilio menunjukkan pendekatan ini akan menuntun pada hasil terbaik bagi pebisnis dan konsumennya.

Namun konsumen masih memilih membagikan data mereka tidak di sembarang tempat. Hasil survei di Asia Pasifik menunjukkan konsumen paling banyak merasa terbuka untuk membagikan data di situs resmi suatu jenama, yaitu 69% dari total responden.

Selanjutnya adalah lewat media sosial, contohnya Facebook sebanyak 51%.

Mereka yang tidak keberatan membagikan data kepada media sosial jenama didominasi oleh konsumen berusia 25-44 tahun, sementara usia di atas 55 tahun tidak begitu berkenan untuk hal tersebut.

Data-data yang menurut para konsumen di Asia Pasifik termasuk di Indonesia aman dibagikan paling banyak adalah gender dan usia. Sementara itu, 34% dari konsumen Indonesia memahami sepenuhnya bagaimana organisasi-organisasi menggunakan data mereka.

Sebanyak 26% konsumen Indonesia hanya mengetahui secara umum bagaimana data mereka digunakan. Sisanya tidak tahu bagaimana data yang mereka bagikan ke suatu jenama atau organisasi digunakan.

Sementara itu, Head of External Communications Tokopedia, Ekhel Chandra Wijaya, mengatakan data pribadi pengguna Tokopedia tetap menjadi aset penting yang mereka lindungi dengan prioritas utama.

“Tokopedia sebagai perusahaan teknologi Indonesia berbasis kepercayaan terus berkomitmen untuk menjaga keamanan dan kerahasiaan data pribadi pengguna dengan mengimplementasikan sistem pengendalian keamanan terbaik untuk memastikan perlindungan data pribadi pengguna yang memadai,” papar Ekhel saat dihubungi Solopos.com, Selasa (13/6/2023).

Ekhel mengatakan sejak akhir 2022, Tokopedia sudah membatasi akses penjual terhadap data pribadi pembeli selama proses transaksi berlangsung.

Dari sisi pengguna, Tokopedia juga terus mengajak user Tokopedia untuk mengikuti anjuran langkah pengamanan agar semua tetap terlindungi.

Menurut Ekhel langkah paling penting adalah pengguna harus mengganti kata sandi akun Tokopedia secara berkala. Pengguna juga sebaiknya tidak menggunakan kata sandi yang sama di berbagai platform digital.

Selanjutnya pengguna sebaiknya menjaga one time password (OTP)dengan tidak memberikan kode tersebut kepada pihak manapun, termasuk yang mengatasnamakan Tokopedia dan untuk alasan apapun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya