Bisnis
Kamis, 21 April 2022 - 08:45 WIB

Kondisi Keuangan Sri Lanka dan Indonesia Beda Jauh, Ini Kata Menkeu

Wibi Pangestu Pratama  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan saat wawancara eksklusif dengan Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI) di Jakarta, Jumat (22/11/2019). (Bisnis-Abdullah Azzam

Solopos.com, JAKARTA — Kondisi Indonesia disebut jauh berbeda dengan Sri Lanka yang sedang mengalami krisis utang.

Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, pembiayaan utang Indonesia justru menurun dari tahun lalu. Sri Mulyani menjelaskan bahwa hingga Maret 2022, pembiayaan utang dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) mencapai Rp149,6 triliun.

Advertisement

Jumlahnya terdiri dari penerbitan surat berharga negara (SBN) Rp133,6 triliun dan pinjaman Rp16 triliun. Total pembiayaan utang itu turun 55,6 persen dari posisi Maret 2021, yang saat itu mencatatkan pembiayaan Rp336,9 triliun.

Baca Juga: Menteri Keuangan Siapkan Rp1,08 Triliun untuk Insentif 23.000 Nakes Baru

Menurut Sri Mulyani, penyesuaian strategi pembiayaan terjadi dengan penurunan target lelang SBN, pergeseran global bonds, dan sejumlah strategi lainnya.

Advertisement

Keseimbangan Primer Berbalik Positif Menurutnya, hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi Indonesia berbeda dengan Sri Lanka, yang saat ini mengalami krisis akibat utang. Indonesia kerap dibandingkan dengan kondisi Sri Lanka, di antaranya karena adanya utang terhadap China.

“Pembiayaan kita akan kita usahakan secara sangat prudent, sehingga banyak yang sering kemudian menanyakan kondisi seperti suatu negara, Sri Lanka dibandingkan dengan Indonesia. Dalam hal ini kita melihat kondisi APBN Indonesia jauh sangat berbeda dengan situasi yang dihadapi oleh negara seperti Sri Lanka,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa, Rabu (20/4/2022).

Baca Juga: Delegasi G20 Kunjungi Booth UMKM di Loji Gandrung Solo, Ada Yang Beli?

Advertisement

Dia menjelaskan bahwa kondisi pasar SBN dan pasar uang cenderung tertekan oleh inflasi, dampak konflik geopolitik, dan capital outflow. Namun, dalam kondisi itu Indonesia mampu menciptakan ketahanan APBN dengan kondisi kas yang cukup.

Pasar keuangan Indonesia yang volatile pun dinilai tidak harus dipaksa untuk dilakukannya pembiayaan APBN. Menurut Sri Mulyani, hal tersebut merupakan strategi yang sangat pas dan sesuai.

“Dengan demikian, APBN mendapatkan reputasi dan kredibilitas yang baik, terutama kalau kita lihat baik para investor ritel maupun besar institusionalnya mereka semuanya memiliki kepercayaan, rating agency juga memberikan konfirmasi. Jadi ini adalah salah satu tren perbaikan dan penguatan APBN yang harus terus kita jaga,” katanya.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul: Bandingkan Kondisi Indonesia dan Sri Lanka soal Utang, Sri Mulyani: Beda Jauh.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif