SOLOPOS.COM - Ilustrasi upah pekerja. (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Perempuan 22 tahun asal Klaten, Putri Maharani, merasa kewalahan memasuki dunia kerja seusai lulus kuliah. Selain dibayar dengan gaji yang pas-pasan oleh perusahaan yang mempekerjakannya, upah yang ia terima dua bulan terakhir selalu dipotong hampir Rp200.000.

Dia bahkan tidak mengetahui alasan pasti mengapa upah yang ia terima berkurang. Terakhir, informasi yang ia dapat dari manajamen, hal ini dikarenakan target perusahaan tidak terpenuhi. Sejauh yang ia tahu, harusnya besaran gaji pokok yang ia terima setiap bulan tidak berubah.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Hal itu sesuai dengan kontrak kerja yang ia teken pada Mei 2023 lalu. Putri bekerja di salah satu perusahaan swasta di Solo.

Ia mendapatkan pekerjaan ini ketika melamar di sebuah jobfair sebelum ia wisuda. Tuntutan orang tua membuat ia kelabakan mencari lowongan pekerjaan. Dalam kurun waktu tersebut, ia hampir setiap hari menghadiri interview kerja baik secara daring ataupun tatap muka.

Sebagai fresh graduate, ia sebenarnya tidak mematok gaji yang tinggi. Menerima gaji sebesar Rp2,5 juta per bulan, ia mengaku cukup bersyukur. Sebab, gaji itu telah melebihi upah minimum di Solo sebesar Rp2,1 juta. Namun, ketika gajinya dipotong, ia hanya menerima Rp1,9 juta pada dua bulan. Belum lagi gaji yang dibayarkan selalu terlambat, tak sesuai kontrak kerja yang telah disepakati.

Namun Putri mengaku tidak menuntut banyak, karena sebagai lulusan baru ia fokus mengembangkan skill. Walaupun, beberapa kebutuhan hidupnya harus disokong oleh orang tua, seperti beras, mi instan dan lainnya. Berhemat adalah kuncinya serta menekan pengeluaran untuk gaya hidup, seperti liburan dan lainnya. Sebanyak Rp500.000 ia bayarkan untuk indekos, Rp300.000 untuk tabungan sekolah adiknya.

Ia mematok tidak boleh menghabiskan uang lebih dari Rp25.000 sehari. Kemudian uang Rp20.000 ia alokasikan untuk membeli bensin setiap dua hari sekali. Sedikitnya ia menghabiskan Rp1,5 juta untuk transportasi dan kebutuhan makan. Besaran uang tabungan miliknya harus ludes bulan ini untuk membantu permasalahan orang tunya.

Hal ini membuat ia harus makin mengencangkan ikat pinggang. “Benar-benar keteteran dalam mengurus uang. Apalagi dipotong, nyesek sih,” ujar Putri saat ditemui Solopos.com di Solo, pada Jumat (28/11/2023).

Dia mengaku ingin mencari pekerjaan lain yang bergaji lebih besar, namun menurutnya lowongan kerja yang ditawarkan di Soloraya tidak mengakomodasi keinginannya ini. “Lulusan SMA/SMK dan kuliah gajinya sama saja. Padahal keluar uang lebih banyak untuk kuliah,” terang dia.

Mau tidak mau, suka tidak suka, dengan sulitnya mencari pekerjaan, hal ini harus dia lakoni karena tak mau menyandang titel pengangguran. Sebelumnya, saat menjadi mahasiswa, ia mengaku tidak terlalu mengatur keuangan. Berbeda dengan sekarang, yang memilih makanan harus diperhitungan dengan harga yang ramah di kantong.

Lain halnya dengan Krisna Indra, 22, yang baru lulus pada September 2023. Ia mendapatkan pekerjaan di salah satu agensi di Solo. Sepekan setelah bekerja di sana, ia memutuskan untuk resign. Karena jobdesk yang ia kerjakan berbeda dari kontrak kerja.

Apalagi dengan tawaran gaji Rp1,9 juta, tanpa pikir panjang ia meninggalkan pekerjaan tersebut. Tak lama, ia diterima oleh perusahaan agensi kreator konten di Solo yang menawarkan gaji Rp2,5 juta per bulan. Ditambah iming-iming bonus ketika melebihi target.

Sebagai fresh graduate, Krisna mengaku tidak masalah dengan besaran gaji yang ia terima. Saat ini ia tinggal bersama neneknya. Krisna tak perlu mengeluarkan uang lebih untuk membayar indekos.

“Masih baru, [belum] berpengalaman, ya segitu tidak masalah, ideal,” terang dia. Walaupun menurut dia, Kota Solo terkenal murah, ketika harga bahan bakar minyak (BBM) naik ataupun naiknya harga sembako yang berimbas pada harga makanan juga membuat ia kebingungan.

Sebagai generasi Zenial (Gen Z), ia mengaku juga memilih bekerja dengan gaji kecil daripada harus di rumah dan menjadi pengangguran. Menurut dia, besaran gaji yang ia terima akan sejalan dengan pengalaman.

Dilansir dari Bisnis.com, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Agustus 2022, jumlah angkatan kerja Indonesia sebanyak 143,72 juta dengan tingkat partisipasi angkatan kerja sebesar 68,63%, didominasi oleh generasi milenial sebesar 25,87% dan Gen Z sebanyak 27,94%. Angkatan kerja Gen Z di dunia kerja memiliki karakter yang unik dibanding generasi-generasi sebelumnya, di mana gaji atau penghasilan bukanlah hal utama yang menjadi pertimbangan mereka dalam memilih pekerjaan.

Hasil riset dari aplikasi survei daring Jakpat mengenai preferensi karier generasi muda kepada 1.114 responden pekerja muda usia 20-an, terungkap beberapa faktor yang menjadi alasan utama mereka dalam memilih tempat kerja. Yang mendapatkan porsi jawaban terbanyak dari responden adalah jenjang karier yang jelas yakni sebesar 77%, selanjutnya lokasi tempat bekerja 67%, tunjangan dan fasilitas kesehatan 66%, kesempatan pengembangan diri 46% dan waktu kerja yang fleksibel sebanyak 40%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya