SOLOPOS.COM - Ilustrasi tunjangan hari raya (THR). (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, SOLO–Menerima tunjangan hari raya (THR) bagi pekerja ibarat menerima rezeki nomplok. Tunjangan ini memang diberikan dengan maksud sebagai tambahan dana untuk memenuhi keperluan hari raya. Namun ada pula yang mengalokasikan tambahan dana ini untuk melunasi tagihan utang.

Seperti yang dilakukan pekerja asal Wonogiri, Hermawan, 33. Dia mengaku masih memiliki utang di salah satu platform pinjaman online (pinjol) sebesar Rp1,6 juta. Dia mengandalkan THR yang bakal dia terima untuk melunasi utang tersebut serta kebutuhan hari raya seperti angpau Lebaran dan kebutuhan baju baru.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

Besaran THR yang bakal dia terima kurang lebih Rp5 juta. “Dapat THR ya tak lunasi itu [pinjol],” terang Hermawan saat dihubungi Solopos.com, pada Kamis (14/3/2024).

Hermawan mempunyai utang pinjol tersebut guna memenuhi kebutuhan rumah tangganya, mengingat kebutuhan buah hatinya yang belum genap setahun cukup banyak. Misalnya kebutuhan sandang dan kebutuhan lainnya seperti popok.

Dia mengaku sering menggunakan pinjol untuk memenuhi kebutuhan darurat karena dia tidak mempunyai cukup tabungan yang bisa diandalkan.

Seperti tahun lalu, dia mengajukan pinjol untuk biaya mudik saat Lebaran. Utang untuk mudik ini selesai ia lunasi enam bulan setelahnya, kurang lebih yang harus dia bayarkan sekitar Rp4,5 juta.

Tahun ini, dia dia berencana menggunakan sedikit tabungan yang mulai dia kumpulkan. Hermawan memang berulang kali terjebak dalam jeratan pinjol. Dia bahkan pernah meminta bantuan kepada orang tuanya untuk melunasi utang tersebut.

Menurut penuturannya, hal ini bermula ketika kebutuhan pengeluaran tidak sebanding dengan gaji yang dia terima. Awalnya dia bekerja di Kota Solo selama tiga tahun dengan gaji yang dia terima tak lebih dari Rp1,2 juta per bulan. Gaji di bawah upah minimum yang dia terima ini pun juga sering dipotong karena target penjualan yang tidak terpenuhi.

Dia kemudian memilih bekerja di Jakarta, dengan harapan gaji yang lebih besar. Gaji yang dia terima tiap bulan menjadi Rp4,6 juta. Besaran yang dia terima memang mengalami kenaikan, namun begitu juga dengan pengeluaran.

Lima tahun setelah bekerja di Jakata, dia memutuskan untuk menikah. Alhasil, tabungan yang dia kumpulkan ludes untuk biaya pernikahan yang menghabiskan Rp74 juta untuk satu hari akad nikah dilanjut resepsi. Kebutuhan pascapernikahan yang tidak dia pertimbangan, membuatnya mengandalkan kemudahan pinjol untuk memenuhi kebutuhan.

Hal serupa diungkapkan oleh pekerja di Solo, Tri Afiyani, 23, yang juga mengalokasikan uang THR yang bakal dia terima mendekati Lebaran untuk membayar utang. Berbeda dengan Hermawan yang berutang ke pinjol, Tri mempunyai utang di temannya sebesar Rp350.000.

Utang ini dia gunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Sebelumnya, dia harus membayar paylater selama enam bulan untuk membeli handphone baru. Dia harus menyisihkan Rp600.000 setiap bulan agar cicilan paylater miliknya bisa terbayar.

Oleh sebab itu, kadang kala gaji yang dia terima tidak cukup untuk sebulan. Kebutuhan mendesak tidak bisa dia hindari setiap bulan, karena itu dia memilih untuk berutang ke temannya.

Di sisi lain, Tri mengaku tidak sabar menerima THR untuk pertama kalinya. Menurut informasi yang dia dapat, dia bakal menerima THR sebesar dua kali dari gaji pokok. Sedikitnya Rp4 juta bakal dia kantongi untuk memenuhi kebutuhan Lebaran.

Dia mengaku mengalokasikan THR yang dia terima untuk beberapa pos pengeluaran. Selain membayar utang, dia harus memberikan angpau kepada keponakan ataupun saudaranya. Tri mengaku juga ingin membeli baju Lebaran untuk dirinya dan keluarganya. Jika ada sisa, alokasi terakhir dari THR yang dia dapat adalah untuk tabungan.

Hal berbeda diungkapkan oleh Krisna Indra, 23, dan Dyah Ayu, 24, yang tidak mempunyai utang. THR yang bakal mereka terima bakal diencanakan untuk kebutuhan Lebaran dan tabungan. Krisna mengalokasikan Rp300.000 dari uang THR untuk membeli baju Lebaran.

Sementara Dyah memasang bujet Rp1 juta untuk angpau yang bakal dia berikan kepada sanak saudara. Besaran THR yang bakal dia terima kurang lebih Rp2,5 juta. Selain untuk angpau, Dyah mengaku bakal menyisihkan Rp750.000 untuk menabung, dan sisanya untuk biaya berlibur bersama keluarga, misalnya untuk biaya makan-makan.

Perencanaan Keuangan

Dosen Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo, Nurul Istiqomah, menilai wajar saja ketika THR digunakan untuk membayar utang.

Menurutnya, bagi orang yang mengalokasikan THR untuk membayar utang memiliki kesadaran dalam pemenuhan kewajiban. Mereka sadar untuk membayar kewajiban dibandingkan memenuhi ego diri untuk kebutuhan lain yang skala prioritasnya lebih rendah.

“Bagus untuk orang yang memang mempunyai perencanaan keuangan yang baik. Di mana THR digunakan untuk membayar utang. Karena mereka sadar akan pemenuhan kewajiban dibandingkan untuk memenuhi kebutuhan yang hanya untuk show off atau pamer saja,” terang Nurul saat dihubungi Solopos.com.

Bagi orang yang memprioritaskan utang, menurut Nurul orang yang bertindak seperti ini memiliki manajemen keuangan rumah tangga yang bagus. Nurul menyebut hal ini bertujuan untuk memperbaiki kredibilitas nama baik mereka.

Lebih lanjut Nurul menguraikan bagi para pekerja, THR difungsikan sebagai pendapatkan dan bakal dialokasikan ke pos-pos pengeluaran seperti tahun sebelumnya.

“Jadi bukan seperti uang kaget, tapi memang seperti pendapatkan yang sudah diekspektasikan,” ujarnya.

Menurutnya, THR biasanya dialokasikan untuk kebutuhan Lebaran, misalnya mudik, untuk oleh-oleh untuk saudara yang berada di kampung halaman. Nurul menilai hal ini menjadi salah satu indikator kesuksesan bagi mereka pekerja yang merantau.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya