SOLOPOS.COM - Salah satu pedagang Pasar Triwindu, Kiky, menunjukkan barang dagangannya di kiosnya pada Senin (23/1/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Prospek bisnis jual beli barang antik di Pasar Triwindu Solo bisa dibilang menjanjikan. Salah satunya dibuktikan oleh Fitria Kiky Saputri yang bermodalkan Rp1 juta untuk memulai usaha jual-beli barang antik.

Kiky, sapaan akrabnya, menguraikan bahwa ia memilih ikut berjualan di Pasar Triwindu seperti ayahnya sebelum akhirnya mulai membuka kiosnya sendiri. Bermodalkan uang beasiswa basket senilai Rp1 juta, ia mulai menitipkan barang antik yang berhasil ia dapatkan di toko milik ayahnya.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Tidak menuruti saran dari ibunya untuk melanjutkan kuliah setelah lulus SMK, ia memutuskan untuk menekuni usaha tersebut. Berjalan beberapa tahun, mulai 2015, ia akhirny mulai membuka toko sendiri. Ia menggadaikan sertifikat kiosnya di bank untuk membuka toko lagi dan membeli stok barang.

“Jadi diingat-ingat ada utang harus yang harus dibayar jadi mau enggak mau harus fokus kerja gimana caranya,” terang Kiky di kiosnya pada Senin (23/1/2023). Ia sendiri merupakan pedagang paling muda di Pasar Triwindu.

Kiky sendiri banyak menjual replika barang antik hasil reproduksi dan beberapa barang antik orisinal. “Orang berpikiran kalau barang antik itu misalnya keris, tapi saya tidak paham [seluk beluk keris]. Jadi saya memutuskan [menjual] barang apa yang bisa dijual dan saya ngerti prospeknya,” terang Kiky.

Untuk barang antik yang ia jual berupa cangkir, guci, dan lampu. Sementara itu untuk replikasi barang antik hasil reproduksi biasanya paling banyak ia menjual piring keramik.

“Piring-piring keramik ini, barangnya baru, cuma diprosesnya kaya barang lama, gambar dan motif juga disesuaikan katalog lama,” terang Kiky. Pasokan replika barang antik hasil reproduksi tersebut biasanya ia peroleh dari Jawa Timur dan Jawa Barat.

Sedangkan untuk barang yang murni antik atau kuno biasanya ia mencari sendiri ke desa atau memenuhi permintaan orang pindah rumah. “Jadi ketika ada orang tua yang meninggal entah itu buyut atau nenek, cucu-cucunya tidak tinggal di rumah yang diwariskan, jadi rumah dan isinya akan dijual, jadi saya biasanya dipanggil, untuk cari-cari barang kuno yang sekiranya bernilai ekonomis, misalnya lemari, cangkir, dan lain-lain. Istilahnya borongan,” terang Kiky.

Kiky yang jadi generasi keempat sebagai pedagang di Pasar Triwindu itu mengaku banyak mengerti seluk beluk barang antik dari orang tuanya. Ia kemudian menjadi pedagang pertama di Pasar Triwindu yang merintis pemasaran online. “Kalau cuma berjualan di kios saja tidak mungkin laku,” terang Kiky.

Tantangan dari pemasaran secara online sendiri adalah kepercayaan dari pembeli. Sebab, kebanyakan dagangan miliknya merupakan barang pecah belah sehingga risiko pecah dan rusak menjadi salah satu keraguan pembeli. Untuk menyakinkan keraguan ini, ia memilih menjamin dengan menukar produk ketika barang yang diterima pembeli rusak.

“Untuk packing sendiri mengandalkan kardus, koran, dan packing kayu, jadi aman,” terang Kiky. Ia berjualan online melalui Instagram, marketplace, dan Whatsapp, selain itu ia juga mengandalkan promosi dari mulut ke mulut dari pelanggan tetapnya. Hingga akhirnya, barang dagangannya laku di kafe dan resto untuk bahan dekorasi.

Ia sendiri juga mempunyai beberapa reseller di beberapa daerah, misalnya di Salatiga dan Sidoharjo, serta di wilayah Jawa Timur. Untuk memikat pembeli biasanya ia mengunggah foto testimoni pelanggannya di media sosial guna mendapatkan kepercayaan pelanggan baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya