SOLOPOS.COM - Ilustrasi klaim asuransi. (Freepik).

Solopos.com, SOLO — Asuransi di Kota Solo masih kesulitan mengembangkan pasar mereka, faktor kesulitannya beragam, mulai dari ketidakpercayaan nasabah hingga minimnya kesadaran untuk memiliki polis asuransi.

Selain itu, bisnis asuransi juga masih belum pulih pascapandemi.

Promosi Fokus Transformasi, Telkom Bagikan Dividen Rp17,68 Triliun atau Tumbuh 6,5%

Bagi para pelaku bisnis asuransi di Kota Solo, tantangan ini sudah mereka rasakan sejak tahun lalu, hal ini diperparah dengan keraguan pascakasus Asuransi Bumiputera yang bergulir sejak 2010.

Meskipun demikian, para pelaku asuransi di Solo tetap optimistis ada peluang untuk mereka berkembang.

Kepala Cabang Mega Insurance Solo, Wibowo, saat ditemui Solopos.com di Kantor Cabang Mega Insurance Solo, Kamis (2/1/2023), menilai berjualan asuransi di Kota Solo memang tidak semudah di kota-kota lain. 

“Memang untuk kami yang berjualan asuransi risiko seperti kami memang cukup sulit apalagi setelah pandemi tiga tahun lalu. Tetapi faktornya bukan hanya pemulihan pascapandemi, namun juga hal lain seperti jumlah pendapatan, kesadaran masyarakat hingga kepercayaan dari warga Kota Solo,” urai Wibowo kepada Solopos.com.

Wibowo mencontohkan dari segi kesadaran masyarakat Solo untuk memiliki asuransi masih cukup rendah. Hal itu tak lepas dari Kota Solo yang aman dan praktis tidak memiliki ancaman seperti di kota-kota lain.

“Memang kesadaran warga Kota Solo masih minim karena belum paham mengenai pentingnya asuransi itu seperti apa, jadi fungsi asuransi itu meringankan beban jika ada kejadian yang tidak diinginkan. Tetapi, memang Kota Solo relatif aman, mungkin itu salah satu faktornya,” tambah Wibowo.

Selain itu, faktor pendapatan juga cukup berpengaruh terhadap kesulitan mereka dalam memasarkan asuransi. 

“Karena Upah Minimum Kota (UMK) Solo memang enggak besar, ditambah lagi kesadaran masyarakatnya bahwa asuransi itu penting, maka dari itu kami mencoba memberikan edukasi mengenai pentingnya asuransi bagi masyarakat di Kota Solo sejak dini,” tambahnya.

Meskipun demikian, menurut Wibowo tetap ada warga Solo yang akhirnya memiliki asuransi. Rata-rata mereka yang memiliki asuransi adalah mereka yang sudah bekerja dan memahami risiko kerusakan atau kehilangan barang yang mereka miliki.

“Rata-rata yang punya polis asuransi itu mereka yang sudah bekerja lalu punya barang yang menurut mereka berharga seperti mobil, motor ataupun rumah. Karena yang pasti mereka ingin memiliki rasa aman apabila terjadi apa-apa terhadap barang kesayangan mereka,” tambah Wibowo.

Kesulitan untuk menjual produk asuransi juga dirasakan Sinta, salah satu sales asuransi jiwa Prudensial Jawa Tengah.

Ia menyebut adanya kesulitan untuk memasarkan asuransi jiwa di Kota Solo, hal ini tidak lepas dari minimnya kepercayaan setelah banyaknya permasalahan asuransi di Indonesia.

“Saat ini memang sedang sulit untuk memasarkan asuransi di Indonesia secara umum. Asuransi ini kan bisnis kepercayaan, sedangkan memang sejak adanya masalah PT Asuransi Jiwa Bumi Putera 1912, itu banyak yang enggak percaya dengan asuransi,” ucap Sinta kepada Solopos.com. 

Meskipun ada kesulitan dalam memasarkan produk asuransi jiwa di Kota Solo, Sinta menilai tetap ada peminat asuransi terutama bagi mereka yang sudah bekerja dan akan pensiun. 

“Tetapi untuk pasarnya memang masih ada, apalagi mereka yang akan pensiun biasanya memang sudah bersiap untuk hari tua,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya