SOLOPOS.COM - Area Manager BSI Solo, Hari Nopa Kurniawan (tengah) saat berbicara di acara Program Sharing dan Diskusi Sinergi BUMN Berdayakan UMKM di Griya Solopos, Selasa (27/6/2023). (Solopos.com/Bayu Jatmiko Adi).

Solopos.com, SOLO — Pengembangan ekosistem kewirausahaan bisa dikatakan sebagai ciri khas dari pola yang dijalankan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) dalam penguatan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Selain berbasis kampung, BSI juga menjalankan program penguatan UMKM berbasis lingkungan sekitar masjid. Saat ini, BSI setidaknya sudah memiliki dua ekosistem masjid yang menjadi hub pengembangan UMKM yakni Masjid Al Falah di Sragen dan Masjid Madaniyah Karanganyar.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Area Manager BSI Solo, Hari Nopa Kurniawan, menjelaskan program pengembangan klaster UMKM berbasis lingkungan masjid akan menjadikan masjid tidak hanya menjadi tempat untuk bicara agama, namun lebih dari itu masjid juga akan memiliki kemampuan untuk mengembangkan ekonomi masyarakat khususnya UMKM di sekitar masjid.

“Jadi ini akan membuat klaster-klaster atau ekosistem yang bagi bank sangat berguna. Sebab itu ada pembinaan yang bersinergi dengan takmir,” jelas dia, di sela-sela Talkshow Sinergi BUMN Berdayakan UMKM: UMKM Bangkit, Ekonomi Melejit!, yang diselenggarakan Solopos Media Group di Multifunction Hall Radya Litera, Selasa (27/6/2023).

Melalui pola tersebut, UMKM akan dibina bukan hanya dari sisi keuangannya. Para pelaku UMKM juga akan mendapatkan pemahaman mengenai kehalalan produk, cara penjualan yang baik dan sebagainya.

Tidak menutup kemungkinan program tersebut akan menyasar hingga di tingkat perkampungan. Untuk sementara program berbasis masjid tersebut telah dijalankan di Sragen dengan masjid Al Falah dan Karanganyar dengan Masjid Madaniyah.

Mengutip data dari Kantor Kementerian Agama, Wawan menyebut di Soloraya saat ini ada sekitar 16.000 masjid. Kemudian khusus di Solo ada sekitar 590 masjid. Namun menurutnya pelaksanaan program tersebut tetap harus diseleksi, dan disesuaikan dengan kemampuan dan kemauan pihak takmir masjid.

“Kalau ini bisa berjalan di sebagian saja [dari jumah masjid yang ada di masing-masing kabupaten/kota], sudah cukup untuk menggerakkan UMKM yang ada di Soloraya,” lanjut dia.

Program BSI tersebut menarik perhatian UMKM yang kebetulan juga hadir dalam Talkshow Sinergi BUMN Berdayakan UMKM kemarin.

Pemilik kerajinan Adi Sutaryo Craft, Siswo Nuryono, asal Tawangmangu, adalah salah satu UMKM yang saat ini tengah merintis untuk bisa ekspor produk kerajinan salah satunya tempat tisu ke Prancis, dengan dibantu Bank Indonesia dan stakeholder yang lain.

Dia ingin pemberdayaan masyarakat dengan model masjid sebagai pusat ekonominya juga dilakukan di wilayahnya agar terbentuk klaster yang lebih kuat.

Menanggapi hal ini, Hari menegaskan bahwa pemberdayaan UMKM berbasis lingkungan masjid di Karanganyar masih difokuskan di Masjid Madaniyah sebagai hub. “Masjid MAdaniyah akan melakukan pembinaan ke masjid sekitarnya. Nah, kebutuhannya apa, terkait pelatihan apa, nanti bisa kita gulirkan programnya. Selain ke hub, juga bisa langsung ke BSI karanganyar, nanti akan kita lihat potensinya seperti apa.”

Potensi ini salah satunya adalah kemampuan takmir masjidnya. Sebelum menjalankan program ini, BSI harus memastikan takmir masjidnya mampu menjadi mitra yang baik dan juga konsen pula terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya