Bisnis
Jumat, 4 Februari 2022 - 19:20 WIB

Kentang Large McDonald's Dihapus Merupakan Tanda Bahaya, Mengapa?

Maria Elena  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kentang goreng. (Freepik)

Solopos.com, JAKARTA — Kebijakan McDonald’s menghapus menu kentang goreng ukuran besar tidak bisa dianggap remeh.

Sebagaimana diketahui restoran cepat saji asal Amerika Serikat itu belum lama ini mengumumkan hal tersebut dengan alasan kelangkaan kentang goreng.

Advertisement

Kepala Kajian Makroekonomi dan Ekonomi Politik LPEM FEB UI Jahen F. Rezki menyampaikan kelangkaan french fries dan juga minyak goreng merupakan salah satu fenomena dari meningkatnya tekanan inflasi.

Menurutnya, fenomena inflasi meski tidak mendapat banyak sorotan, namun memiliki dampak yang signifikan bagi kemampuan masyarakat dalam melakukan konsumsi.

Advertisement

Menurutnya, fenomena inflasi meski tidak mendapat banyak sorotan, namun memiliki dampak yang signifikan bagi kemampuan masyarakat dalam melakukan konsumsi.

Baca Juga: Kebiasaan Makan Makanan Cepat Saji Picu 5 Penyakit Mematikan Ini

“Kalau lihat media sosial sekarang, ada kesulitan untuk mendapatkan french fries di Mcdonald’s atau ada kesulitan mendapatkan minyak, atau harga-harga menjadi sangat meningkat, dan kita tahu inflasi itu tidak terlalu terlihat tapi dampaknya cukup signifikan bagi kemampuan masyarakat untuk melaksanakan konsumsi,” katanya dalam video conference, Jumat (4/2/2022) seperti dilansir Bisnis.

Advertisement

Salah satu hal yang menyebabkan inflasi, yaitu besarnya stimulus ekonomi oleh pemerintah di seluruh dunia. Stimulus tersebut bertujuan membantu menjaga konsumsi masyarakat, namun berimplikasi pada peningkatan permintaan yang lebih cepat daripada kemampuan suatu negara memproduksi barang yang dibutuhkan.

“Ketika pull-demand inflation semakin besar, maka dampaknya terjadi kenaikan harga yang cukup signifikan,” jelasnya.

Baca Juga: Krisis Bahan French Fries, Ini Jenis Kentang yang Dipakai McDonald’s

Advertisement

Penyumbang inflasi lainnya juga terjadi pada cost-push inflation, di mana terjadi penurunan penawaran agregat yang berasal dari biaya produksi yang lebih tinggi dan saat ini terjadi di seluruh dunia, terutama didorong oleh tiga faktor, biaya tenaga kerja, biaya bahan baku, dan biaya energi yang lebih tinggi.

Lebih lanjut, tekanan pada sisi penawaran terjadi dikarenakan meningkatnya harga energi yang kemudian mempengaruhi besaran biaya produksi. Adanya ketidak seimbangan fase pemulihan secara global memberikan tekanan pada harga energi mengingat produsen dan bisnis yang bergerak pada sektor energi belum sepenuhnya pulih.

Selain itu, kondisi cuaca ekstrem pada beberapa wilayah, produksi energi terbarukan yang masih cukup rendah, serta dimulainya musim dingin juga berkontribusi terhadap adanya ketidaksesuaian antara jumlah permintaan dan pasokan energi.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif