SOLOPOS.COM - Ilustrasi rumah komersial.(plantationhomes.com.au)

Solopos.com, SOLO — Keputusan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan BI-7 days reverse repo rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 6% disebut berpotensi mempengaruhi penjualan rumah komersial.

Ketua Ketua DPD Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Soloraya, Samari, mengatakan potensi pasar masih cukup bagus sampai September 2023 dan penjual juga cenderung stabil. Namun ketika BI rate naik, pasar properti mengalami penurunan.

Promosi Telkom dan Scala Jepang Dorong Inovasi Pertanian demi Keberlanjutan Pangan

“Apalagi menghadapi tahun politik itu banyak yang menunda pembelian, ya kondisinya seperti itu, ya pasar menurun,” kata dia saat ditemui Solopos.com saat Rakerda DPD Apersi Jateng-DIY di The Sunan Hotel, Rabu (25/10/2023). Dia mengatakan penurunan pasar secara umum bisa mencapai 20%. Samari menyebut memang setiap kali suku bunga naik akan selalu berdampak pada penjualan rumah atau properti.

“Ini yang paling terdampak [rumah] komersial, kalau pemerintah menetapkan BI repo rate 6% itu pasti split 2,5%. Paling tidak KPR Komersial itu mencapai 8% sampai 9%. Itu otomatis mengerek pembiayaan suku bunga KPR Komersial,” kata dia.

Meski begitu, dia menyebut rumah subsidi tetap di angka 5% lantaran ada insentif pemerintah dan tidak mengikuti suku bunga BI. Maka rumah subsidi tidak berdampak. “Tapi secara makro daya beli masyarakat pasti turun dengan kondisi suku bunga naik,” kata dia.

Dia mengatakan perilaku masyarakat menunda pembelian rumah tidak bisa diprediksi akan sampai kapan. Meski begitu, dia melihat adanya indikator bahwa akhir tahun akan semakin membaik.

“Karena ekonomi tumbuh lagi, masyarakat akan membelanjakan uangnya di akhir tahun, ini hubungannya dengan libur panjang. Jadi perputaran uang tinggi lagi dan biasanya [penjualan rumah] naik lagi,” kata dia.

Selain itu dia berharap Pemilihan Presiden pada 2024 berjalan lancar sehingga tidak mempengaruhi sektor properti. “Saya yakin kalau tidak ada masalah, suksesinya berjalan lancar, semua termasuk properti dan ekonomi bagus semua,” kata dia.

Ketua Umum DPP Apersi, Junaidi Abdillah, mengatakan pengaruh kenaikan suku bunga berdampak pada rumah komersil yang mengikuti BI repo rate. Meski begitu dia meyakini pemerintah memiliki cara agar masyarakat tetap mampu membeli.

“Orang kadang-kadang menunda [membeli rumah] hingga bunga normal kembali. Tapi ada juga karena memang butuh itu dijalankan,” kata dia.

Dia menambah kenaikan suku bunga akan selalu berpengaruh pada permintaan pasar. Maka setiap kali suku bunga naik pemerintah harus melakukan stimulus agar permintaan pasar tidak menurun drastis. “Contoh [meringankan] PPN dan biaya proses. Perbankan juga begitu, mungkin menurunkan biaya prosesnya atau menurunkan uang muka,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya