Bisnis
Senin, 16 Januari 2023 - 15:50 WIB

Kenaikan Harga Beras Kerek Inflasi pada 2022, Ini yang Dilakukan Bulog Solo

Galih Aprilia Wibowo  /  Muh Khodiq Duhri  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi beras. (Istimewa/freepik.com)

Solopos.com, SOLO — Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS), tren kenaikan harga beras yang terjadi pada rentang waktu Juli-November 2022 lalu menjadi salah satu faktor capaian inflasi umum.

Dikutip dari Bisnis.com, pada Senin (16/1/2023), BPS mencatat komoditas beras pada November 2022 masih terus menyumbang inflasi, yakni sebesar 0,37%, namun mulai melemah dibanding bulan sebelumnya. Deputi Bidang Statistik dan Jasa BPS, Setianto, melaporkan komoditas beras dalam lima bulan terakhir terus mengalami inflasi namun cenderung menurun.

Advertisement

“Beras masih mengalami inflasi namun dengan perkembangan yang semakin lama semakin melemah dan di November [2022] sebesar 0,37%,” jelas Setianto dalam Rilis Berita Resmi Statistik (BRS), Kamis (1/12/2022).

Sejak Juli 2022, komoditas beras terus mengalami inflasi, namun tekanan inflasi semakin melemah. Tercatat pada Juli 2022, beras menyumbang inflasi sebesar 0,05%, kemudian naik pada Agustus menjadi 0,54%

Advertisement

Sejak Juli 2022, komoditas beras terus mengalami inflasi, namun tekanan inflasi semakin melemah. Tercatat pada Juli 2022, beras menyumbang inflasi sebesar 0,05%, kemudian naik pada Agustus menjadi 0,54%

Sumbangan inflasi dari beras mencapai puncaknya pada September 2022 sebesar 1,44% dan kemudian melemah di Oktober menjadi 1,13% dan di November menjadi 0,37%. Adapun, kenaikan harga beras dalam empat bulan terakhir dipengaruhi oleh efek musiman atau penurunan produksi beras menjelang akhir tahun dan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM).

BPS mencatat produksi beras pada November 2022 sebesar 2,34 juta ton. Sementara harga beras pada November 2022 telah naik 0,37% secara bulanan dari Rp11.837/kg pada Oktober 2022 menjadi Rp11.877/kg pada November 2022. Sementara secara tahunan atau year-on-year, harga beras telah naik sebesar 4,18% atau naik Rp1.502/kg dari Rp10.375/kg pada November 2021 menjadi Rp11.877/kg pada November 2022.

Advertisement

Kegiatan itu juga bertujuan memastikan bahwa harga beras yang dijual pedagang sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET) sehingga menjamin masyarakat mendapatkan beras dengan harga terjangkau. “Ketika kami mengecek di penggilingan skala kecil hingga besar memang ketersediaan stok tidak ada, kalau ada hanya sedikit,” terang Andy saat ditemui Solopos.com di kantornya pada Senin.

Ia menilai ketika stok sedikit sedangkan kebutuhan tetap, secara ilmu ekonomi, harga akan naik. Sebelumnya, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah, Dyah Lukisari, dalam acara peresmian Rice Mill Unit (RMU) Jamaah Tani Muhammadiyah (Jatam) di Desa Puro, Kecamatan Karangmalang, Sragen pada Minggu (30/10/2022) lalu, menguraikan angka inflasi di Jawa Tengah lebih tinggi daripada angka inflasi nasional.

Pada September lalu angka inflasi Jateng sebesar 6,4%, sedangkan angka inflasi nasional adalah 5,9%. Salah satu faktor penyebabnya adalah kenaikan harga beras.

Advertisement

“Saat ini kondisi pangan masih sangat berisiko terhadap adanya inflasi. Ini terjadi karena pengaruh ekonomi global. Ditambah dengan kondisi internal yang saat ini banyak terjadi bencana akibat cuaca ekstrem. Tentunya hal ini akan berpengaruh pada ketersediaan pangan, ketersediaan pasokan, dan nantinya berpengaruh pada harga pangan,” terang Dyah.

Angka inflasi di Jateng yang lebih tinggi dari nasional tersebut, salah satunya faktornya adalah kenaikan harga beras. Kondisi ini ditengarai karena banyak beras yang lari keluar Jateng.

“Yang mungkin di sana [luar Jateng] harganya lebih tinggi, sehingga banyak pedagang yang berminat menjualnya ke luar Jateng. Hal ini yang perlu diantisipasi supaya para petani lebih berminat menjual di wilayah sendiri,” terang Dyah.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif