SOLOPOS.COM - Ilustrasi hotel. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO – Penyelenggaraan meeting, incentive, convention, exhibition (MICE) di Kota Solo diyakini dapat memengaruhi tingkat keterisian kamar hotel (okupansi) hingga 40 persen.

Ada beberapa faktor yang memengaruhi seberapa besar okupansi yang dihasilkan dari tamu MICE. Hal itu diungkapkan oleh Humas Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) Kota Solo, Sistho A. Sreshtho.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Sebelumnya, Sistho menyampaikan Oktober – Desember, menjadi momen puncak penyelenggaraan meeting, incentive, convention, exhibition (MICE). Catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Solo menunjukkan, tingkat penghunian kamar (TPK) hotel bintang 4 di Kota Solo pada Oktober – Desember menjadi yang tertinggi. Pada 2021, TPK Oktober 2021 sebesar 62,36%, November 67,56%, dan Desember 76,12%. Sementara pada Januari – September selalu di bawah 45%.

Penyelenggaraan MICE diyakini memengaruhi okupansi kamar hotel. Ada beberapa faktor yang memengaruhinya. Pertama, jenis ruangan (venue) yang digunakan. Gelaran MICE di hotel bintang 2 dan bintang 3 akan memberikan dampak okupansi yang berbeda dibanding MICE di hotel bintang 4 dan 5.

“Jadi tergantung tidak ada angka pasti yang bisa saya sampaikan. Pertama tentu faktor dari hotel atau properti. Beda tentunya kegaitan MICE di hotel bintang 2 dan hotel 3 dibanding bintang 4 dan bintang 5,” kata Sistho kepada Solopos.

Baca Juga: Artotel Suites Bianti Hotel Jogja Manjakan Para Pencinta Olahan Daging

Kedua, kapasitas ruangan (venue) yang dipesan. Kapasitas ruangan menjadi faktor penentu seberapa besar pengaruh MICE okupansi kamar hotel. Semakin besar dan banyak kapasitas ruangan yang dipesan, maka peluang meningkatnya okupansi semakin besar pula.

Sistho membandingkan, kegaitan MICE yang digelar di venue berukuran medium dengan kapasitas 50 orang akan berbeda dengan MICE yang digelar di ballroom atau ruangan terbesar di hotel. Misalnya MICE dari pemerintah, instansi, dan perusahaan (corporate) yang cenderung menggunakan ruangan terbesar seperti ballroom.

“Yang kedua faktor dari banyaknya kapasitas ruang pertemuan. Kadang ada kegiatan MICE yang pakai medium misal kapasitas 50 orang. Ada yang menggunakan ballroom atau ruang terbesar di properti. Jadi memang beda-beda,” lanjutnya.

Sistho menegaskan tidak jumlah pasti berapa peserta MICE, tergantung kebutuhan tamu. Namun sejauh ini MICE selalu membawa dampak bagi sektor bisnis food and beverages (FnB) atau pun kamar hotel.

Baca Juga: 7 Mahasiswa Perhotelan Politeknik Indonusa Solo Berangkat ke Taiwan

Sehingga MICE dapat menghasilkan double revenue bagi hotel mau pun properti yang dipesan. MICE di hotel bintang 4 dan bintang 5 bisa menyumbang hampir 40 persen okupansi bulanan. Sementara hotel bintang 2 dan 3 hanya menyumbang kurang dari 30 – 40 persen.

“Mungkin hotel bintang 4 dan 5 itu kegiatan MICE bisa menyumbang hampir 40 persen dari okupansi bulanan. Namun di bintang 2 dan 3 yang meeting room-nya tidak terlalu banyak mungkin less than 30-40 persen. Jadi tidak ada angka pasti,” pungkasnya.

Sementara itu, Ketua PHRI Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Deddy Pranowo Eryana mengungkapkan MICE dapat membantu okupansi hotel dan sektor FnB. Deddy tak menyebut seberapa dampaknya. Namun, saat ada penyelenggaraan MICE di hotel bintang 3 hingga bintang 5 okupansi kamar hotel bisa mencapai 85 persen. Sementara bila di hotel bintang 2 ke bawah okupansi hotel bisa 40 – 60 persen.

“MICE di DIY sangat membantu okupansi hotel, restoran. Tiga bulan ini event di DIY sangat gencar dan terasa dampaknya tercatat okupansi rata-rata bisa 75-85 persen. Untuk bintang 3 sampai bintang 5. Kalau bintang 2 ke bawah capai 40 – 60 persen,” kata Deddy, Kamis (6/10/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya