SOLOPOS.COM - Salah satu siswa berusaha mencelupkan kain batik di Mahkota Batik Laweyan, pada Kamis (2/2/2023). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SOLO — Salah satu pusat produksi batik di Solo, yakni Kampung Batik Laweyan terus melakukan inovasi. Selain pengembangan melalui sektor digital, kawasan tersebut tetap terus mengemas diri menjadi destinasi yang layak dikunjungi.

Kelurahan Laweyan, di Kecamatan Laweyan, Solo, hingga kini masih bertahan sebagai salah satu kawasan penghasil batik di Solo. Saat mengunjungi lokasi tersebut, kita akan banyak menemui outlet-outlet batik dan tempat produksi batik. Konon, pengembangan batik di Laweyan sudah berlangsung secara turun-temurun. Tak heran jika lokasi itu kini dikenal sebagai Kampung Batik Laweyan.

Promosi Kinerja Positif, Telkom Raup Pendapatan Konsolidasi Rp149,2 Triliun pada 2023

Di tengah era digital saat ini, Kampung Batik Laweyan juga turut beradaptasi. Salah satunya dengan mengikuti tren transaksi digital. Produk-produk batik dari Laweyan pun kini sebagian besar sudah bisa dibeli secara online.

Meski begitu, Kampung Batik Laweyan tetap menjaga pelayanan langsung secara off line. Bahkan dengan berkunjung langsung ke Kampung Batik Laweyan, pengunjung tidak hanya akan mendapatkan batik yang diinginkan.

Menurut Ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL), Alpha Febela Priyatmono, selain produk batik, banyak hal menarik yang dapat dijumpai di lokasi tersebut.

“Tidak bisa dihindari, peran digital sangat penting untuk pemasaran. Namun ada sesuatu yang tidak bisa di-online-kan, yakni laboratorium. Kami merupakan laboratorium, perpustakaan, dan museum alam,” kata dia saat ditemui Solopos.com, Jumat (17/6/2023).

Hal itulah yang saat ini tengah dikembangkan di Kampung Batik Laweyan. Masyarakat setempat melalui FPKLB, terus berupaya untuk menjadikan Kampung Batik Laweyan sebagai kawasan yang patut dikunjungi. Di kampung tersebut, pengunjung bisa melihat langsung proses produksi batik, motif-motif batik, budaya masyarakat setempat hingga sejarah perkembangan batik di kampung tersebut.

Menurut Alpha, pasca pandemi saat ini sudah banyak pengunjung yang datang ke Kampung Batik Laweyan. Baik rombongan dari kelompok masyarakat, organisasi masyarakat, mahasiswa, pelajar dan sebagainya.

“Secara tidak langsung ini juga akan mendongkrak penjualan. Meski segmennya juga beda. Tidak hanya batik, tapi juga pelaku usaha lain, seperti suvenir, kuliner dan sebagainya.

Bahkan, untuk memantapkan Kampung Batik Laweyan sebagai laboratorium, perpustakaan dan museum alam, saat ini pihaknya juga tengah bekerja sama dengan salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta, untuk membuat story telling kawasan.

“Secara fisik di tempat kami memang relatif masih terjaga. Namun secara cerita, itu yang perlu digali lagi. Ini juga sebagai bibit terwujudnya museum kawasan,” lanjut dia.

Salah satu pegiat batik yang juga pengurus FPKLB, Arif Budiman Effendi, mengatakan sejauh ini pengunjung Kampung Batik Laweyan merupakan masyarakat dari berbagai daerah. Baik perorangan, rombongan keluarga hingga kelompok. “Ada juga yang mereka menginap di hotel [yang ada di kawasan tersebut], jalan-jalan dan mengunjungi outlet-outlet kami,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya