Bisnis
Minggu, 30 Juli 2023 - 19:34 WIB

Jungkir Balik Pengusaha Pertashop agar Tak Rugi, Ada yang sampai Jualan Sendiri

Gigih Windar Pratama  /  Ika Yuniati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu Pertashop di daerah Kerten, Laweyan, Solo yang masih bertahan dan beroperasi hingga Pukul 21.30 WIB. Kamis (27/7/2023) (Solopos.com/Gigih Windar Pratama).

Solopos.com, SOLO — Sebanyak 29 dari 279 Pertamina Shop atau Pertashop di Soloraya sudah tidak lagi beroperasi pada 2023 ini. Agar bisa bertahan, para pelaku bisnis Pertashop di Soloraya mencoba mengurangi beban operasional.

Advertisement

Menurut Paguyuban Pengusaha Pertashop Jateng dan Jogja, Gunadi Broto Sudarmo, beragam langkah dilakukan pemilik Pertashop agar bisa bertahan.

Bahkan, ada beberapa pemilik Pertashop yang terpaksa mengoperasikan sendiri dispenser pengisi bahan bakar.

Advertisement

Bahkan, ada beberapa pemilik Pertashop yang terpaksa mengoperasikan sendiri dispenser pengisi bahan bakar.

“Untuk tetap beroperasi, teman-teman pemilik Pertashop meminimalkan biaya operasional, seperti pengurangan operator. Sehingga, pemilik Pertashop juga bertugas sebagai operator,” kata Paguyuban Pengusaha Pertashop Jateng dan Jogja, Gunadi Broto Sudarmo, saat dihubungi Solopos.com, Kamis (27/7/2023).

Ia melanjutkan secara data, omzet penjualan Pertashop merosot hingga 90 persen dan tidak mendapatkan keuntungan.

Advertisement

Gunadi juga menjelaskan, ada beberapa solusi dari pihak Pertamina untuk mencegah kerugian dari para pemilik Pertashop seperti menambah unit usaha sebagai agen BRILink hingga Pos Indonesia.

Namun, menurut Gunadi, hal tersebut masih belum efektif karena dibutuhkan modal tambahan, sedangkan dari operasional belum memberikan laba.

“Usaha lain yang menjadi solusi dari Pertamina seperti BRILink, Pos Indonesia, Pupuk nonsubsidi dan Bulog, itu tidak bisa berjalan di Pertashop. Karena butuh tambahan modal seperti berjualan pupuk nonsubsidi dan Bulog, pemilik Pertashop sudah kekurangan modal saat ini. Sedangkan untuk menjadi agen BRILink atau Pos Indonesia  rasanya sulit karena sudah menjamur juga di masyarakat,” lanjutnya.

Advertisement

Gunadi menambahkan, pemilik Pertashop sudah berusaha untuk meminta Pertamina agar Pertashop juga diizinkan untuk berjualan LPG 3 Kg atau gas melon namun masih belum mendapatkan izin.

“Sejauh ini belum diizinkan untuk penjualan LPG dan diarahkan untuk berjualan sesuai yang direkomendasikan dari Pertamina. Tapi untuk pemilik Pertashop saat ini berat di modalnya,” kata dia.

Ia juga menambahkan, adanya penjualan Pertalite di pengecer juga menyulitkan pihak Pertashop. Gunadi mengatakan, perlu ada penindakan bagi para pengecer.

Advertisement

“Pengecer atau Pertamini ilegal dapat margin lebih besar, dapat untung lebih besar, tetapi tidak membayar kewajiban-kewajiban resmi seperti pajak dan biaya lain layaknya penyalur legal. Sedangkan Pertashop yang legal dapat margin kecil, dapat untung lebih kecil, tetapi membayar semua kewajiban resmi seperti pajak dan pungutan legal lainnya,” lanjutnya.

Dilansir dari situs resmi Pertamina, Pertashop merupakan outlet penjualan Pertamina berskala tertentu yang dipersiapkan untuk melayani kebutuhan konsumen BBM nonsubsidi, LPG nonsubsidi, dan produk ritel Pertamina lainnya.

Pertashop mengutamakan lokasi pelayanannya di desa atau di kota yang membutuhkan pelayanan produk ritel Pertamina. Pertashop terdiri atas tiga jenis, yakni Gold, Platinum, dan Diamond.

Pada Pertashop Gold, pengusaha diharuskan membeli paket seharga Rp250 juta dengan margin penjualan Rp850 per liter.

Kemudian Pertashop Platinum dijual  Rp417 juta dengan margin Rp600 per liter, dan Pertashop Diamond sekitar Rp570 juta dengan margin Rp435 per liter.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif