Bisnis
Jumat, 19 Mei 2023 - 19:42 WIB

Jumlah Meningkat, Korban Soceng Perbankan di Solo Mayoritas Laki-Laki

Gigih Windar Pratama  /  Ika Yuniati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kejahatan siber. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Solo menyebut ada peningkatan laporan korban kejahatan social engineering (soceng) pada 2023 dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Sementara, mayoritas korban soceng adalah laki-laki.

Advertisement

Kepala OJK Solo, Eko Yunianto, kepada Solopos.com, Jumat (19/5/2023) menjelaskan pada 2022 pelaporan yang masuk terkait soceng di Solo hanya lima.

Angka ini meningkat pesat menjadi 37 laporan per April 2023.

Advertisement

Angka ini meningkat pesat menjadi 37 laporan per April 2023.

Mayoritas korban penipuan soceng mengadu secara langsung ke kantor OJK Solo yang terletak di Jalan Slamet Riyadi.

“Berdasarkan data kami, pengaduan nasabah terkait soceng ke OJK Solo pada 2022 itu lima pengaduan semuanya via surat. Sedangkan pada 2023 meningkat menjadi 32 laporan melalui walk in customer ke kantor kami dan lima melalui surat,” jelasnya.

Advertisement

“Untuk pengaduan soceng paling banyak itu terkait pinjol, sebanyak 41 persen, lalu ada penipuan soceng terkait perbankan dengan 25 persen, oniline shop sebanyak 16 persen, investasi ilegal 12 persen, yang terakhir jasa ekspedisi,” lanjut Eko.

Eko melanjutkan, mayoritas korban penipuan soceng adalah laki-laki. Meski demikian, ia belum bisa menjelaskan mengapa laki-laki lebih rentan menjadi korban penipuan soceng.

“Kalau secara kategori jenis kelamin yang paling banyak menjadi korban kejahatan soceng itu mayoritas laki-laki dibandingkan perempuan. Kalau faktornya saya belum bisa menjawab, belum menanyakan sampai sejauh itu,” tegasnya.

Advertisement

Eko juga menjelaskan, OJK juga terus mengimbau kepada masyarakat agar berhati-hati dalam bertransaksi secara digital.

“Jangan pernah memberikan kode OTP, password, PIN atau data pribadi, selalu cek di call center resmi bank terkait apabila ada pesan singkat dan jangan mudah percaya dengan pesan yang masuk mengatasnamakan bank,” tegasnya.

Sebelumnya, Executive Vice President Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F Haryn, menyebut faktor manusia atau people, adalah yang paling rentan dalam menjadi korban kejahatan siber seperti soceng.

Advertisement

Untuk itu, Ia menyebut BCA terus melakukan edukasi kepada para nasabah agar tidak mudah tertipu.

People, merupakan rantai paling lemah dalam keamanan digital, melihat hal tersebut, BCA memberikan edukasi dan sosialisasi terkait social engineering secara konsisten kepada para nasabah melalui webinar, berbagai macam konten di media sosial dan website BCA. Kami kolaborasi dengan media publisher, KOL, push ad (digital campaign) di media sosial, serta penempatan iklan edukasi di radio dan program dengan rating tertinggi di sejumlah stasiun TV nasional,” jelasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif