Bisnis
Sabtu, 10 Juni 2023 - 19:08 WIB

Jeritan Hati Gen Z, Kesulitan Cari Kerja hingga Dihantui Sistem Outsourcing

Maymunah Nasution  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi mencari pekerjaan. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO — Generation Z (Gen Z) seolah korban sulitnya mencari kerja di era pandemi Covid-19. Bahkan ketika pandemi sudah mereda, Gen Z  tetap sulit mendapatkan pekerjaan dan ketika sudah bekerja mereka dihantui sistem outsourcing.

Seorang pekerja content writer di salah satu media nasional, Alifia Nuralita, mengaku sejak lulus kuliah akhir 2020 dia mencari pekerjaan yang bisa memberinya keleluasaan bekerja dari rumah atau work from home (WFH).

Advertisement

“Awal 2021 saya fokus tes kerja dan hal-hal lain. Semua serba online, tes psikologi dilakukan online, tes praktik online, ya wajar karena masih pandemi Covid-19. Hal itu membuat saya harus lebih mahir mengoperasikan Internet. Tantangannya saat itu kecepatan Internet dan kemampuan laptop saya di rumah,” ujar Alifia saat dihubungi Solopos.com, Sabtu (10/6/2023).

Dia menambahkan di era Covid-19 Internet menjadi kebutuhan utama, pekerja harus siap memiliki kuota besar dan provider yang stabil. Hal tersebut menjadi tantangan bagi calon pekerja yang tidak memiliki jaringan Wifi di rumah karena membuat mereka boros membeli kuota.

Advertisement

Dia menambahkan di era Covid-19 Internet menjadi kebutuhan utama, pekerja harus siap memiliki kuota besar dan provider yang stabil. Hal tersebut menjadi tantangan bagi calon pekerja yang tidak memiliki jaringan Wifi di rumah karena membuat mereka boros membeli kuota.

Alifia yang setelah lulus tinggal di Bantul, Yogyakarta juga mengaku di kampungnya tidak ada Wifi umum yang gratis bagi masyarakat sehingga dia harus mengumpulkan uang untuk membeli kuota Internet.

Sebelum bekerja di bidang content writing, Alifia mengaku bekerja sebagai kru film dokumenter. Ada tantangan sendiri dalam bidang tersebut karena timnya kesulitan mencari izin shooting di tengah pandemi Covid-19.

Advertisement

Media tempatnya bekerja sudah beberapa kali mengurangi karyawan secara tiba-tiba dengan alasan resesi ekonomi. Sebagai pekerja yang masih berstatus kontrak alias outsourcing, dia khawatir jika menjadi salah satu yang akan diputus kontrak oleh perusahaannya.

Alifia mengaku, terkadang dia berpikir untuk banting setir menjadi kurir paket yang menurutnya saat ini banyak dibutuhkan. Hal itu karena dia takut tidak segera mendapatkan pekerjaan baru jika terkena PHK atau layoff.

Sementara itu, reporter media nasional yang lain, Eko (bukan nama sebenarnya), sejak tahun 2020 sudah harus beradaptasi dengan pandemi Covid-19 di tengah upayanya menyelesaikan skripsi.

Advertisement

“Sejak awal pandemi 2020 saya merasa terpukul dengan keadaan, karena tiba-tiba kebutuhan skripsi tertunda maksimal akibat tutupnya beberapa lokasi penelitian. Padahal saya ada tanggung jawab dengan penyandang dana riset skripsi. Akhirnya saya bisa menyelesaikan skripsi di tengah kondisi ibu saya yang sakit, lalu dia meninggal dunia di saat saya yudisium. Saya merasa sedih terlebih harus mulai mencari kerja,” papar Eko kepada Solopos.com, Sabtu (10/6/2023).

Sejak dia diwisuda oleh salah satu PTN Jogja pada Juli 2021, Eko sudah mengirim ratusan lamaran tetapi hanya empat yang memanggilnya untuk interview lanjutan. Satu dari lamarannya bersifat kerja paruh waktu, satu lagi bekerja penuh waktu sebagai jurnalis, dan dua lainnya dari institusi perbankan.

Eko akhirnya bekerja sebagai wartawan di salah satu media nasional secara penuh waktu sejak 1 Januari 2022. Namun seperti yang dialami Alifia, Eko kaget dengan ekosistem media pascapandemi Covid-19 yang semakin sering melakukan layoff karyawan.

Advertisement

Sehari-harinya, Eko khawatir jika dia tidak dipertahankan oleh perusahaannya. Kesulitan ditambah dengan situasi pergaulan antar karyawan yang tidak sehat dan saling menyikut satu sama lain.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Populix, pandemi Covid-19 memberi tantangan ekstra bagi para lulusan baru dan pencari kerja. Tantangan utama adalah ketidakpastian kapan pandemi berakhir dan ketatnya persaingan di bursa kerja.

Survei menunjukkan pencari kerja menilai gaji dan stabilitas perusahaan atau pekerjaannya menjadi aspek penting saat mencari tempat untuk bekerja.

Itu sebabnya, tiga perusahaan favorit incaran pencari kerja adalah BUMN, instansi pemerintah, dan perusahaan swasta. Startup, perusahaan multinasional dan NGO sepi peminat sejak Covid-19.

Setidaknya ada lima bidang pekerjaan yang diminati pencari kerja saat pandemi, yaitu keuangan, SDM, marketing, media, dan teknologi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif