Bisnis
Jumat, 22 April 2022 - 05:34 WIB

Jelang Lebaran, Produk Impor Ilegal Bayangi Optimisme Pengusaha Tekstil

Reni Lestari  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi industri tekstil dan produk tekstil. (Bisnis-Nurul Hidayat)

Solopos.com, JAKARTA — Optimisme pelaku usaha tekstil dalam negeri justru menurun jelang Lebaran 2022.

Ketua Umum Asosiasi Serat, Benang, dan Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta mengatakan barang-barang impor ilegal terpantau ikut menikmati legitnya pasar Lebaran di Tanah Air, khususnya yang masuk melalui marketplace.

Advertisement

Dicurigai barang-barang tersebut ilegal karena harganya jauh lebih murah dan tidak ada label Standar Nasional Indonesia (SNI). Adapun, untuk pengendalian impor, pemerintah telah menerbitkan sejumlah peraturan bea masuk tindakan pengamanan (BMTP) atau safeguard.

“Kemarin kami sangat optimistis, tetapi begitu lihat masih ada barang-barang [impor ilegal] masuk seperti itu, kami agak khawatir. Mudah-mudahan saja [produk domestik] bisa di-absorb full oleh market,” katanya kepada Bisnis, Kamis (21/4/2022).

Advertisement

“Kemarin kami sangat optimistis, tetapi begitu lihat masih ada barang-barang [impor ilegal] masuk seperti itu, kami agak khawatir. Mudah-mudahan saja [produk domestik] bisa di-absorb full oleh market,” katanya kepada Bisnis, Kamis (21/4/2022).

Baca Juga: Lapor! Perusahaan Tekstil di Solo Hendak Mencicil THR sebanyak 5 Kali

Dia memproyeksikan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dapat mencapai pertumbuhan di atas 3 persen pada semester I/2022.

Advertisement

Sejak awal tahun ini, lanjutnya, produsen bahan baku di hulu sudah memproduksi dengan jumlah melimpah, yang kemudian diserap oleh produsen tekstil dan industri kecil menengah (IKM) garmen.

“Kalau ritelnya bisa absorb, saya kira pertumbuhannya bisa sekitar 5 persen [di kuartal I/2022],” ujarnya.

Baca Juga: Mudik Lebaran Dibolehkan, Ini Harapan Pelaku Industri Tekstil

Advertisement

Selain masuknya barang-barang impor ilegal, yang juga menggerus optimisme pengusaha yakni libur Lebaran yang dinilainya terlampau panjang sehingga akan berdampak pada produktivitas pabrikan.

Redma mengatakan, dengan libur panjang selama 10 hari dan tutupnya operasional sektor-sektor esensial, maka kinerja ekspor dipastikan juga akan terganggu.

“Terus produksi kami juga pasti berkurang. Jadi itu yang membuat kami di kuartal dua ini agak pesimistis,” ujarnya.

Advertisement

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul: Optimisme Pengusaha Tekstil Malah Loyo Jelang Lebaran, Ini Sebabnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif