SOLOPOS.COM - Ilustrasi pakaian. (Freepik)

Solopos.com, JAKARTA – Jelang Hari Raya Idulfitri, pelaku usaha Industri Kecil Menengah (IKM) sektor tekstil mengaku tak ada lonjakan pesanan seperti tahun-tahun sebelumnya.

Para pelaku usaha yang biasanya mengerjakan order para pedagang pasar Tanah Abang dan beberapa pasar lainnya itupun kelabakan.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Bahkan beberapa pengusaha terpaksa memberhentikan sementara kegiatan usahanya jelang lebaran ini lantaran tak ada pesanan untuk dikerjakan. Ketua Ikatan Pengusaha Konveksi Bandung (IPKB) Nandi Herdiaman memperkirakan sepinya pesanan ini disebabkan isu goncangan perekonomian dunia di tahun ini.

Padahal menurutnya, anggota IPKB pada tahun-tahun sebelumnya kerap menjadi produsen dari berbagai produk yang dijajakan di pasar-pasar domestik yang cukup besar, meliputi Pasar Tanah Abang juga Pasar Baru di Jakarta. “Mungkin karena isu resesi ya, si pemodal [pedagang] jadi tidak mau produksi banyak karena takut tidak laku di pasaran, jadinya dampaknya ke kita tidak ada pesanan,” kata Nandi saat dihubungi Bisnis pada Senin (18/4/2023).

Menurutnya, pada tahun-tahun sebelumnya, IPKB yang membawahi 500 IKM di Bandung ini akan kebanjiran pesanan untuk momen Ramadan ini dari enam bulan sebelumnya. Namun kini, anggotanya justru banyak yang menggigit jari.

“IKM kan hanya produksi jadi ukuran sepinya terlihat dari biasanya enam bulan atau tiga bulan sebelum Ramadan itu anggota kami sudah full order, penuh gak bisa lagi terima pesanan. Nah kalau sekarang baik dari sebelum Ramadan sampai hari ini pun masih terima orderan,” tambahnya.

Dengan asumsi ini, Nandi memastikan tidak ada peningkatan pesanan secara year to year (yoy), lantaran tahun lalu pihaknya masih bisa menikmati penuhnya kapasitas produksi IKM di bawah IPKB dari tiga bulan sebelum Ramadan datang.

“Gak ada lonjakan seperti biasanya, malah beberapa IKM itu masih belum ada kerjaan sampai sekarang, mesinnya masih pada kosong, masih mending lebaran tahun lalu, kalau lebaran tahun lalu konveksi penuh orderan dari tiga bulan sebelumnya [Ramadan],” jelas Nandi.

Alih-alih ikut memeriahkan banjirnya pesanan menjelang Lebaran, Nandi justru menyebut pihaknya tertolong dengan mulai masuknya pesanan dari partai politik.

“Bukan orderan lebaran, justru malah ketulungan sama orderan partai,” kata Nandi.

Menurutnya, pesanan dari partai politik menjelang tahun politik 2024 mendatang ini cukup membuat sebagian IKM anggotanya tidak perlu merumahkan pekerja. Meskipun pesanannya belum merata masuk ke seluruh anggota IPKB.

Dengan demikian, ada beberapa anggotanya yang kini masih menantikan pesanan untuk dikerjakan agar bisa mempertahankan kegiatan usahanya.

Memutar Otak

Nandi menyebut kondisi sepinya pesanan ini membuat pihaknya harus memutar otak untuk bisa bertahan, salah satunya dengan melelang produk yang sebelumnya sudah diproduksi dalam jumlah yang besar.

“Saya sekarang di sini pakai sistem lelang, lelang konveksi, bukan konveksinya tapi produknya, ini via grup Whatsapp. Produk yang pasarnya jelek akhirnya dilelang untuk jual modal, untung sedikit,” tutur Nandi.

Hal ini dilakukan lantaran IKM anggotanya yang sudah biasa bekerja sama dengan pedagang di pasar-pasar domestik kehilangan pasarnya. Sistem lelang melalui grup WhatsApp ini menurutnya membantu menjembatani pembeli dan IKM. Dengan demikian, IKM bisa menghabiskan stok produk yang kurang diminati di pasaran.

“Biasanya kan IKM ini sudah kerja sama dengan ritel, pedagang pasar, di Pasar Baru, Pasar Tanah Abang, sekarang enggak, jadi kami jembatani dengan pembeli,” tutup Nandi. Adapun produk-produk yang dilelang pihaknya meliputi produk tekstil seperti gamis, ataupun kaus yang sebelumnya biasa dipesan dalam jumlah yang banyak.

Sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengklaim sudah melakukan inventarisasi terhadap perusahaan-perusahaan di industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dan alas kaki berorientasi ekspor yang terancam gulung tikar.

Direktur Jenderal Industri Kimia Tekstil dan Farmasi (IKFT) Ignatius Warsito menyebutkan inventarisasi industri yang dilakukan Kemenperin ini memang difokuskan pada perusahaan industri padat karya yang berorientasi ekspor.

“Pada dasarnya, inventarisasi industri difokuskan ke industri-industri berbasis padat karya dan berorientasi ekspor,” kata Warsito saat dihubungi, Senin (17/4/2023).

Lebih lanjut Warsito menjelaskan, di sektor IKFT yang dipimpinnya ada dua subsektor industri yang menjadi bagian dari inventarisasi industri ini, yaitu industri TPT serta industri alas kaki.

Dia menyebutkan, saat ini proses inventarisasi perusahaan-perusahaan tersebut masih berjalan. “Perihal inventarisasi perusahaan perusahaan tekstil, masih dalam proses ya, sedang dilakukan mitigasi dan dampaknya,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya