SOLOPOS.COM - Ruang produksi shuttlecock salah satu mitra BRI, yakni kluster shuttlecock T3, di Kampung Makam Bergolo, Serengan, Solo, Rabu (6/3/2024). (Solopos.com/Ika Yuniati).

Solopos.com, SOLO — Kediaman pengusaha shuttlecock di kompleks Makam Bergolo, Serengan, Solo, Sarno, ramai saat Espos berkunjung pada awal bulan ini. Sejumlah pegawai terlihat sibuk menghaluskan bulu-bulu ayam yang bakal digunakan sebagai bahan dasar shuttlecock.

Ridwan, 57, salah satunya. Perajin yang sudah lama bekerja dengan Sarno itu terlihat sedang khusyuk menata bulu ayam di depannya. Sesekali dia bercanda dengan rekan-rekannya sesama pekerja laki-laki di ruang produksi tersebut.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

“Ini bulu-bulu ayam mbak, per biji ya Rp130. Bisa dihitung ya ini berapa biji,” kata dia, Rabu (6/3/2024).

Sebagai perajin senior, dia sudah hafal semua detail proses pembuatan shuttlecock. Total ada delapan tahapan yang harus dilalui mulai dari pemilihan bulu, pemotongan, pembuatan bagian kepala, pemasangan, menjahit, pengeleman, hingga pengetesan.

Setiap proses dilakukan oleh satu orang baik di ruang produksi atau kediaman Kasno maupun di rumah masing-masing pegawainya.

Ridwan tak sendirian, ia menyelesaikan pembuatan shuttlecock Bersama 19 perajin lainnya yang mempunyai bagian tugas masing-masing. Dalam sepekan, satu tim ini bisa menghasilkan 400 hingga 600-an lusin shuttlecock yang siap dijual.

Bank BRI
BRI Kantor Cabang Solo Slamet Riyadi. (Solopos.com/Ika Yuniati).

Total produksi sebulan bisa sampai 2000-an lusin dengan harga jual Rp50.000 hingga Rp70.000 per lusin sesuai kualitas per merek. Merek di tempat dia bekerja ada beberapa sesuai kualitas.

Sarno, 59, mengakui bisnis shuttlecock cukup menjanjikan dan mampu menyerap banyak tenaga kerja. Oleh karena itu, ia menjamin, bisnis ini mampu menekan pengangguran. Upah yang diberikan juga lumayan, melebihi upah minimum kota/kabupaten (UMK) Solo.

“Semua tergantung perajinnya ya mbak. Kalau mereka mau lembur begitu kadang ya bisa dapat banyak. Dulu bahkan pas saya ada acara mantu di Ngawi, pegawai saya di Solo ya banyak yang memaksa tetap kerja,” kata dia. “Omzet juga lumayan. Jumlahnya ya, rahasia,” kelakarnya.

Bapak dua anak ini mulai serius menekuni usaha turun temurun ini sejak tahun 1980-an. Dulu, pegawainya mencapai 60-an orang. Sehingga produksinya cukup besar. Sementara, sekarang ini hanya tersisa 20 orang.

Beberapa karyawan memutuskan resign karena ingin membuat usaha sendiri. Baginya, itu tak jadi masalah. Justru ia senang bisa saling berkolaborasi.

Di kampung Sarno, mayoritas warganya memang bekerja di rumah menjadi pengusaha maupun perajin shuttlecock. Usia mereka bahkan beragam mulai dari anak muda hingga pra lansia.

Jatuh Bangun

Meski terbilang sukses, Sarno, tak mudah mengembangkan usahanya. Awalnya dia juga menjadi buruh di kampung kelahirannya itu.

Ia kemudian memulai usahanya sendiri hingga akhirnya sekarang sukses dengan puluhan pegawai. Berbagai masa sulit pernah dia lalui.

Misalnya Ketika harus memasarkan langsung ke penjual, saat sepi penjualan, hingga kekurangan stok bahan. Biasanya penjualan sepi saat Ramadan, tahun ajaran baru, dan musim hujan. Pada masa masa tersebut, dia harus putar otak agar penjualan tetap bisa stabil.

Ia biasanya menjual shuttlecock dengan merek T3 itu ke Klaten, Tasik Malaya, dan Purwokerto. Mereka semua merupakan pembeli setia yang sudah cukup lama.

Bahan baku dia pasok dari Demak dan Surabaya. Sedangkan untuk bulu-bulunya disiapkan oleh sang anak yang sejak beberapa tahun lalu jadi pengepul bulu shuttlecock.

Permodalan

Salah satu kunci keberhasilan usaha Sarno tentu saja pantang menyerah. Selain itu, dia juga cukup terbantu dalam hal permodalan usaha. Sejak 1988-an ia menjadi nasabah BRI dan memanfaatkan layanan pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR).

Kalau dihitung, ia sudah puluhan kali mengajukan pinjaman modal ke BRI. Nilainya pun mulai Rp 1,5 juta pada tahun 1988 hingga sekarang menjadi hampir Rp100 juta.

Bantuan permodalan ini cukup membantunya dalam pengembangkan usaha. Melalui bantuan ini, Sarno merasa tak perlu lagi khawatir soal pendanaan.

Ia hanya perlu fokus pada produksi dan strategi usaha. Apalagi BRI juga melakukan pendampingan pengembangan usaha, termasuk promosi melalui Localoka.

Sarno menyampaikan alasannya setia dengan BRI sejak puluhan tahun silam. Salah satunya yakni bunga pinjaman yang rendah, juga komunikasi dengan para Mantri yang cukup baik.

“Ya pernah dulu nyoba ke bank lain. Tapi agak ribet, bunganya lebih tinggi. Sekali saja pinjam, balik lagi ke BRI sampai sekarang,” kata dia.

Beberapa tahun terakhir, bahkan Sarno ditetapkan sebagai mitra resmi BRI dengan kluster shuttlecock T3. Melalui kluster tersebut, Sarno, berkesempatan menjadi agen BRILink dan memperoleh beberapa manfaat lainnya.

Salah satu manfaat yang dia peroleh yakni mengoordinir peminjaman kelompok melalui kredit cepat (Kece). Pinjaman tanpa agunan ini, menurut Sarno, sangat bermanfaat bagi para karyawannya.

Beberapa karyawan yang tak memiliki agunan memanfaatkannya untuk pengembangan usaha atau lainnya.

Total anggaran yang diberikan untuk kelompok yang dikelola Sarno terus meningkat. Sebelumnya Rp5 juta menjadi Rp60 juta per tim. Untuk menghindari kredit macet, setoran dilakukan setiap pekan selepas gajian.

“Jumlahnya naik terus sampai Rp60 juta untuk rombongan. Tapi kami hanya ambil Rp20 juta. Saya selalu bilang ke karyawan saya, pinjamlah sesuai kebutuhan meski plafonnya naik,” kata dia.

Pendampingan UMKM

Branch Manager BRI Kantor Cabang Solo Slamet Riyadi, Agung Ari Wibowo, saat ditemui wartawan, Senin (18/3/2024), mengatakan pihaknya juga konsen pada pengembangan UMKM. Khususnya upaya agar membawa para UMKM naik kelas.

Goals tersebut diwujudkan secara menyeluruh sesuai dengan visi mereka yakni memberi makna Indonesia.

Para Mantri BRI tak hanya betugas mencari nasabah yang bisa mendapatkan pendanaan KUR. Melainkan juga menjalankan perannya sebagai financial advisor bagi para UMKM.



Nasabah juga diarahkan untuk bergabung dengan Rumah BUMN Solo agar mendapatkan pendampingan maksimal.

Salah satu tujuannya yakni penyaluran KUR bisa tepat sasaran. Meliputi tepat nasabahnya, tepat manfaatnya, serta tepat usahanya.

“Saya tekankan kepada teman-teman Mantri, bahwa mereka berperan sebagai financial advisor. Misalnya usaha cilok ya yang dibutuhkan berapa modalnya, cara mengembangkanya bagaimana. Enggak sekadar memberi modal sesuai plafon maksimal mereka,” kata Agung, Senin.

Agung menyebut, hingga akhir 2023 lalu, BRI Kanca Solo Slamet Riyadi telah menyalurkan KUR hampir Rp1 triliun. Sementara itu, saat ini penyaluran KUR BRI secara nasional telah mencapai Rp1,545 triliun.

Selain pendampingan, pihaknya juga melakukan sejumlah upaya promosi misal mendata hingga 300-an UMKM yang nantinya siap diajak kolaborasi pameran dan lainnya.

Para UMKM didorong untuk mendaftarkan diri dengan Localoka agar mempermudah BRI memberikan treatment sesuai kebutuhan mereka.

Hal penting lainnya yakni, mereka membangun eksosistem baik antarnasabah maupun ekosistem di komunitas. Salah satu yang saat ini mereka damping yakni kluster car free day (CFD) dan heterospace.

“Misal nasabah kami ada yang usahanya bikin pentol, kami carikan nasabah yang juga menjual daging sapi dari tangan pertama, agar lebih murah,” kata dia.

Di sisi lain, BRI juga telah melakukan beberapa aksi nyata melalui pembentukan Holding Ultra Mikro, bersama dengan Pegadaian dan PNM.



Kolaborasi ini menyediakan layanan keuangan yang terintegrasi dan memastikan nasabah umi dapat naik kelas dalam satu ekosistem yang utuh dalam konsep empower, integrate, dan upgrade.

Pemberdayaan UMKM BRI saat ini tumbuh pesat. Pada 7 Maret 2024 ini misalnya hasil dari holding ultramikro telah menjangkau nasabah kredit hingga 44 juta UMKM dan 173 juta nasabah simpanan/tabungan.





Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya