SOLOPOS.COM - Ilustrasi ekspor (Freepik)

Solopos.com, SOLO – Sejumlah sektor baik skala kecil ataupun menengah masih potensial dalam upaya peningkatan ekspor. Meski demikian ada beberapa kendala yang sering dihadapi pelaku usaha.

Kendala tersebut salah satunya adalah kelengkapan legalitas produk untuk ekspor. Hal tersebut diungkapkan oleh Koordinator Konsultan Pendamping Pusat Layanan Usaha Terpadu Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (PLUT-KUMKM), Teguh Wiji Setyahadi, saat dihubungi Solopos.com pada Kamis (25/5/2023). “Umumnya [kendala] pada masalah pemahaman tata cara atau prosedur ekspor, kelengkapan legalitas, dan kapasitas produksi,” papar Teguh.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Sebelumnya, Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah dan Perindustrian Solo menggelar kegiatan bimbingan teknis klinik ekspor di Gedung IKM Semanggi Harmoni, Pasar Kliwon, Rabu (24/5/2023). Kegiatan itu diikuti oleh 50 IKM yang disiapkan menjadi calon pelaku ekspor pada masa mendatang.

Ada beragam materi pelatihan yang diberikan kepada pelaku IKM. Mereka dibekali wawasan terkait syarat dan mekanisme ekspor, produk berdaya saing, hingga alur pengiriman barang atau logistik ke luar negeri. Dalam kesempatan itu, mereka juga bisa sharing beragam persoalan atau kendala saat berminat melakukan ekspor produk.

Kepala Seksi (Kasi) Kepabeanan dan Cukai V Bea Cukai Solo, Agung Setijono, mengatakan terus meningkatkan literasi ekspor dan impor terhadap para pelaku IKM di Solo. Saat ini, beragam produk IKM hanya dipasarkan di level lokal walau memiliki potensi besar untuk menembus pasar global.

Tentunya, produk tersebut harus melewati proses kurasi untuk meningkatkan kualitas dan daya saing di pasar internasional. “Sebagian besar pelaku IKM yang mengikuti pelatihan memiliki produk fesyen atau craft atau kerajinan. Bagaimana cara mengekspor produk? Bagaimana mendapatkan buyer dari luar negeri? Materi ini akan didapat selama mengikuti pelatihan,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (24/5/2023).

Agung menyebut para pelaku IKM di Solo memiliki potensi naik kelas dan merambah pasar perdagangan internasional. Beragam produk fesyen dan craft hasil karya mereka tak kalah jauh dibanding produk serupa. Hanya, mereka belum menemukan solusi menjadi eksportir pemula yang berhasil mengirim barang keluar negeri.

Kegiatan serupa bakal digeber dengan lokasi yang berbeda-beda di setiap daerah. “Jika sudah menembus pasar global bakal memiliki jaringan lini bisnis di luar negeri. Ini juga proses, butuh waktu yang tidak singkat,” ujar dia.

Bea Cukai memiliki program strategis guna mendongkrak nilai ekspor di perdagangan internasional yakni Kemudahan Impor Tujuan Ekspor atau Kite. Program Kite mampu menurunkan biaya produksi, meningkatkan pengembangan produk, mendukung investasi jangka panjang, serta penyerapan tenaga kerja yang lebih besar.

Sementara itu dilansir dari Bisnis.com, masalah standarisasi produk juga menjadi kendala utama. “Untuk UMKM  banyak produk potensial untuk diekspor. Catatan kami ada yang berasal dari produk pertanian, perikanan, furnitur atau home decoration, produk herbal, dan busana muslim potensial untuk dikembangkan. Selain itu juga dari buah-buahan tropis segar banyak sekali permintaannya,” kata Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki pada acara Peresmian Program Kolaborasi Akselerasi Mencetak 500.000 Eksportir Baru di 2030, Rabu (17/2/2021).

Sebagai instansi yang berfungsi meningkatkan keberdayaan UMKM, Teten mengatakan Kemenkop UKM akan fokus pada peningkatan kapasitas produksi dan daya saing. Meski jumlah UMKM tercatat mencapai 64 juta unit, dia mengatakan skala usaha masih didominasi oleh usaha kecil dengan kemampuan ekspor yang terbatas.

Publikasi Indonesia Eximbank bahkan menunjukkan bahwa usaha kecil hanya mengekspor sekitar 39,3 persen produk yang dihasilkan. Teten menjelaskan bahwa permintaan untuk produk UMKM sejatinya cukup tinggi.

Hanya, kendala terbesar yang dihadapi pelaku usaha adalah soal perizinan dan dukungan logistik. Dia memberi contoh pada sertifikasi untuk ekspor pisang ke Amerika Serikat yang mencapai 21 jenis dan juga tingginya biaya ekspor karena penjualan luar negeri UMKM didominasi oleh produk eceran.

“Kebanyakan UMKM ekspor retail dan segi logistik banyak tidak masuk. Jadi ekspor perlu dalam bentuk borongan untuk kolektif dan perlu agregator agar memecahkan masalah logistiknya,” kata Teten.

Menurut data Kemenkop UKM, kontribusi UMKM terhadap ekspor secara keseluruhan mencapai 14,37%. Namun, jumlah ini masih tertinggal dibandingkan dengan negara Asia Pasifik lain yang bisa mencapai 35%.

Sementara itu, peluang ekspor bagi pelaku usaha saat ini juga difasilitasi oleh marketplace. Misalnya Pemilik Star Bunnies, Purnama Saputra, yang mengaku ikut dalam program Shopee Ekspor. Ia telah aktif dalam di Shopee Ekspor sejak Maret 2020. Hal ini ia lakukan untuk media promosi baru dan memperluas pangsa pasar produk kerajinan kayu pet aksesoris buatannya.

“Ekspedisi dari Shopee, kami kirim ke gudang Shopee terlebih dahulu, baru diteruskan ke pembeli. Untuk jeda pembayaran, sama dengan pembelian lokal, barang sampai transaksi 2 x 24 jam,” papar Purnama.

Purnama menerangkan program Shopee Ekspor ini menguntungkan. Walaupun masalah keuntungan tetap mendapatkan jumlah yang sama, hal ini ia gunakan agar nama usahanya lebih dikenal. Namun kendala yang ia hadapi saat menggunakan program ini adalah waktu pengiriman. Waktu pengiriman yang cukup lama membuat dana mengendap pada akun Shopee tidak bisa ia akses. Hal ini dipengaruhi dari jarak pengiriman, pembayaran dari konsumen akan masuk ketika pesanan telah diterima.

“Dulu pernah mau dapat order dari Perth sama US kami masih binggung kirimnya. Soalnya produk kayu harus ini itu, izin, dan standar pakai peti kayu bubble kardus. Paling banyak saat ini ke Singapura,” ujar Purnama. Menurutnya dengan ikut dalam program tersebut memudahkan pengurusan ekspor untuk produknya.

Dikutip dari laman resmi Shopee, dengan bergabung dalam program Shopee Ekspor, penjual bisa merasakan pengalaman berjualan secara lokal tanpa perlu berhubungan langsung dengan pembeli luar negeri. Pengiriman ke luar negeri dan pelayanan Pembeli luar negeri akan diproses oleh Shopee.

Seluruh pengelolaan toko, seperti pembuatan toko luar negeri, pengelolaan produk dan stok, pengaturan harga, pelayanan chat pembeli, dan pengiriman ke luar negeri akan dilakukan oleh Shopee. Karena seluruh pengelolaan toko dilakukan oleh Shopee, akses ke Seller Centre toko di luar negeri akan sepenuhnya dikelola oleh Shopee.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya